RMOL. Sorot mata Iskandar menatap curiga setiap pengunjung yang menjalani pemeriksaan metal detector di pintu masuk Lembaga Pemasyarakatan Pasir Putih, Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah.
Kepala lapas ini turun langÂsung mengawasi pengunjung yang hendak masuk. “Setiap barang baÂÂwaan pengunjung harus dipeÂrikÂsa,†kata Iskandar ketika diteÂmui Rakyat Merdeka pekan lalu.
Di Nusakambangan terdapat seÂjumlah lapas. Namun hanya LaÂpas Pasir Putih yang berstatus suÂper maximum security alias suÂper ketat pengamanannya. MakÂlum penjara ini dihuni narapidana (napi) kasus berat.
Menurut Iskandar, napi yang ditempatkan di sini divonis huÂkuÂman di atas lima tahun. Ada 16 orang yang dihukum seumur hiÂdup. Dua puluh empat terpidana mati juga mendekam di sini meÂnunggu eksekusi. “Yang mengÂhuni penjara ini umumnya bandar narkoba dan pembunuhan,†teÂrang Iskandar.
Perjalanan menuju penjara ini dimulai dari Pelabuhan Wijaya Pura di Cilacap. Di Pelabuhan ini haÂnya ada satu kapal ferry berÂnama “Pengayoman IIâ€. PeÂlaÂbuÂhan dan ferry itu dikelola KeÂmenÂterian Hukum dan HAM.
Hanya petugas lapas dan keÂluarga napi yang bisa memasuki pelabuhan ini. Keluarga yang henÂdak menjenguk harus meÂngantongi izin. Salah satunya suÂrat jalan dari kelurahan.
Bila semua persyaratan berÂkunjung sudah dipenuhi, keluarga harus menuliskan data diri di buka yang disediakan di pos jaga. Polisi khusus lapas (Polsuspas) lalu memberikan kartu identitas bertuliskan “Pengunjungâ€.
Selanjutnya naik ke ferry berukuran 6x15 meter. Kapal ini mampu mengangkut 150 peÂnumpang, empat kendaraan kecil dan dua bus ukuran sedang.
Tujuan ferry ini adalah PeÂlaÂbuÂhan Sodong, Nusakambangan. Dengan kecepatan 10 knot, perÂjalanan menuju pulau di SamuÂdera Indonesia ini hanya memaÂkan waktu 10 menit.
Tono, anak buah kapal (ABK) mengatakan ferry ini beroperasi mulai pukul 7 pagi sampai 8 maÂlam. Dalam sehari ferry ini bolak-balik Wijaya Pura-Sodong seÂbaÂnyak tujuh kali. “Kapal ini berÂopeÂrasi setiap dua jam sekali.â€
Tiba di Pelabuhan Sodong kita diÂsambut gapura besar warna meÂrah bertuliskan “Pemasyarakatan Nusakambanganâ€.
Di pelabuhan ini kembali terÂdaÂpat pos jaga yang ditunggui emÂpat Polsuspas. Setiap orang yang turun dari kapal harus menÂjalani pemeriksaan di sini, terÂmasuk pemeriksaan persyaratan berkunjung.
Tiga bus “Transpas†milik KeÂmenterian Hukum dan HAM ditempatkan di pelabuhan untuk mengantarkan orang ke enam lapas yang ada di pulau ini. Dua bus dilengkapi AC.
Jalan menghubungkan pelaÂbuÂhan dengan lokasi lapas memiliki tiga lebar meter. Kondisi aspalnya mulus. Di sini kanan dan kiri jalan semak belukar dan hutan. Tak ada penerangan di sepanjang jalan ini.
Lapas Pasir Putih merupakan penÂjara terjauh di NusakamÂbaÂngan. Jaraknya 14 kilometer dari Pelabuhan Sodong.
Tiba di lapas ini, kita disambut pagar besi setinggi lima meter yang dilengkapi kawat berduri di bagian atasnya. Untuk ke penjara melalui sebuah jembatan yang meÂngarah langsung ke gerbang. Di bawah jembatan itu terdapat parit yang dalam. Parit ini dibuat mengelilingi kompleks penjara.
Bentuk bangunan lapas ini miÂrip Lapas Cipinang, Jakarta. DinÂding bangunan dicat warna abu-abu. Tembok lapas ini setinggi lima meter. Di bagian pojok diÂbangun dua menara pemantau setinggi 10 meter.
Penjara super ketat ini meneÂrapkan sistem pengamanan yang berlapis sejak dari pintu masuk. Diawali dengan pemeriksaan baÂrang pengunjung di belakang pinÂtu masuk. Pemeriksaan mengÂgunakan X-ray.
Berikutnya pemeriksaan mengÂgunakan metal detector. Lolos dari sini dilanjutkan pemeÂriksaan di pos ketiga yang berada di tengah lapas. Di belakang pos ini berdiri kokoh pagar besi seÂtinggi lima meter. Di pagar ini terdapat pintu masuk yang dijaga seorang sipir sekaligus pemegang kunci
Di balik pagar tinggi ini terdaÂpat halaman cukup luas. Di haÂlaÂman ini dibangun masjid, laÂpaÂngan tennis dan tempat latihan kerÂja untuk napi.
Iskandar mengatakan, setiap pengunjung yang ingin masuk ke pos ketiga harus menunjukkan kartu kepada petugas bahwa dia telah steril dan tidak membawa barang-barang yang dilarang ada di penjara.
Pemeriksaan keempat dan terÂakhir di depan pintu masuk blok. Lapas Pasir Putih memilik empat blok yakni A, B, C dan D. “SeÂluruh blok mampu menamÂpung 336 napi,†terang Iskandar. Saat ini, lapas hanya dihuni 318 napi.
Blok-blok itu terletak mengeÂliling halaman. Tiga sipir berjaga di pintu masuk setiap blok. Setiap blok berisi puluhan kamar sel.
Semua sel memiliki bentuk dan berukuran sama yakni 2x10 meter. Sel itu memiliki halaman keÂcil. Di belakang halaman terÂdaÂpat kamar mandi dengan pancuran.
Di belakang kamar mandi ini terdapat ruangan yang dilengkapi pintu jeruji besi. Inilah ruangan untuk tidur napi. Tempat tidur terÂbuat dari beton. Di ruangan ini juga terdapat toilet jongkok seÂhingga napi tak perlu keluar sel unÂtuk buang hajat.
Selain penjagaan yang ketat di setiap pintu, Lapas Pasir Putih ini dilengkapi jammer untuk meÂmaÂtikan sinyal selular. Kalaupun ada napi yang bisa memegang handÂphone (HP)—yang diseÂlunÂdupÂkan ke dalam lapas, dia tak berÂkomunikasi dengan pihak luar.
Menurut Iskandar, alat jamÂmer ini mampu mematikan siÂnyal seÂlular dalam radius tiga kiÂlometer. Lalu bagaimana cara peÂtugas lapas berkomunikasi? Iskandar yang telah sembilan buÂlan menÂjadi kepala Lapas Pasir Putih haÂrus pergi ke Pelabuhan Sodong. “Di pelabuhan sinyalÂnya bagus jadi bisa berÂkoÂmuÂniÂkasi,†tuturnya.
Lantaran lokasi penjara ini terpencil, petugas lapas harus siap hidup seadanya. Untuk makan ada warung yang dikelola pegaÂwai lapas. “Tapi menunya seÂadaÂnya,†kata Iskandar tertawa.
Pihak lapas mengatur waktu kunjungan napi yakni Senin sampai Kamis. Mulai pukul 10 pagi sampai 12.30.
Penjara Zaman Belanda Masih Berdiri Kokoh
Pulau Nusakambangan memÂpuÂnyai luas 210.202,50 hektar. SeÂjarah penjara di pulau yang mengÂhadap Samudera Indonesia ini bermulai dari zaman Belanda. SeÂlamÂa kurun 1908-1929 BelanÂda membangun sembilan penjara di sini.
Sejak awal, penjara ini diÂbaÂngun sebagai tempat hukuman para penjahat kelas berat. BelaÂkangan, sejumlah narapidana poÂlitik juga ditempatkan di sini.
Dari sembilan penjara yang dibangun Belanda, hanya tinggal empat yang masih buka. Yakni Lembaga Pemasyarakat (Lapas) Batu, Besi, Kembang Kuning dan Permisan.
Lima lapas lainnya yakni NirÂbaya, Karang Tengah, Limus BunÂtu, Karang Anyar dan Gleger teÂlah ditutup. Kementerian HuÂkum dan HAM lalu membangun lapas khusus narkoba, lapas terÂbuka dan lapas super maximum seÂcurity (Lapas Pasir Putih).
Hanya ada satu pelabuhan di NuÂsakambangan, yakni PelaÂbuÂhan Sodong. Lapas terdekat dari pelabuhan adalah Lapas Batu. Jaraknya hanya lima kilometer.
Letaknya di sisi kanan jalan. Di sekeliling penjara berdiri baÂngunan kokoh setinggi lima meÂter. Di setiap pojoknya dibangun pos pemantauan.
Pemeriksaan di lapas yang pernah dihuni terpidana terorisme Amrozi ini dilakukan dua lapis. Pemeriksaan pertama di belakang pintu masuk. Nerikutnya di pintu masuk setiap blok.
Di tengah penjara terdapat haÂlaÂman yang cukup luas yang diÂgunakan untuk lapangan sepak bola. Di sini juga dibangun masÂjid. Bangunan untuk latihan kerja napi juga berada di halaman ini. Nampak ratusan napi duduk sanÂtai di depan sel mereka.
Satu kilometer dari sini terÂdaÂpat Lapas Besi. Lapas ini juga diÂkelilingi tembok setinggi lima meter. Tidak jauh dari Lapas Besi terdapat Lapas Narkotika. LeÂtakÂnya sedikit ke dalam dari sisin kaÂnan jalan. Di depan penjara diÂbaÂngun pagar kawat berduri seÂtinggi empat meter. Pintu masuk terletak di tengah.
Masuk lebih dalam terdapat bangunan tembok setinggi lima meter. Penjagaan di penjara ini sebanyak dua lapis.
Satu kilometer dari Lapas NarÂkotika, terdapat Lapas Kembang Kuning yang berada di sisi kiri jalan. Tembok setinggi lima meÂter warna kuning menjadi ciri khasnya dan menjadi garda terÂdeÂpan pengamanan.
Masuk ke lapas yang dibangun 1950 ini harus melewati dua lapis penjagaan. Lolos dari pemeÂriksaÂan terhampar beberapa blok penÂjara yang dibangun saling berÂhadap-hadapan. Puluhan napi terÂlihat duduk santai didepan selnya.
Tidak sampai satu kilometer setelah itu terdapat Lapas PerÂmiÂsan yang ditujukan untuk napi keÂjahatan konvensional. Lapas ini tertua di Nusakambangan. Dibangun tahun 1908 ini Masuk lebih dalam terdapat beberapa blok penjara yang mayoritas bangunannya sudah tua.
Lapas paling ujung yaitu Pasir Putih yang super ketat.
Sel Tommy Soeharto Diubah Jadi Dapur
Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Batu di NusakamÂbaÂngan cukup terkenal karena perÂnah dihuni orang-orang beken.
Putra bungsu mendiang SoeÂharto, Hutomo Mandala Putra (Tommy) dan Bob Hasan, kroni penguasa Orde Baru itu pernah mendekam di sini.
Tommy Soeharto dijebloskan ke sini karena kasus pemÂbuÂnuÂhan terhadap Hakim Agung Syafrudin Kartasasmita. Ia berani di sini selama lima tahun.
Saat ini kita tak bisa lagi meÂlihat sel tempat Tommy dan Bob Hasan. “Selnya sudah diÂrenovasi dan diubah menjadi dapur,†kata Imam Santoso, anggota Polisi Khusus Lapas (Polsuspas).
Penjara yang dibangun tahun 1925 ini juga tempat akhir hiÂdup bagi Amrozy, Muklas dan Imam Samudera.
Ketiganya divonis hukuman mati karena melakukan aksi bom Bali I.
Lapas Di Jakarta Penuh, Napi Dipindah Ke Nusakambangan
Akhir pekan lalu, Menteri Hukum dan HAM Amir SyamÂsuddin berkunjung ke NusaÂkamÂbangan. Politisi Partai DeÂmokrat itu melihat-lihat sejumÂlah lapas di pulau ini.
“Ini pertama kali saya ke sini dan apa yang semula ada di gambaran saya, ternyata lebih baik apa yang saya temukan dariÂpada apa yang saya baÂyangkan,†katanya.
Amir mengatakan program pembinaan napi yang dikunÂjuÂnginya cukup baik. “Saya lihat secara simultan, seluruh lapas yang saya kunjungi itu ada progÂram pembinaannya. Saya melihat ini dikelola dengan baik,†katanya menjelaskan hasil kunjungan.
Direktur Jenderal (Dirjen) Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM, Sihabuddin, mengatakan, 1.900 napi yang selama ini berdesak-desakan di sejumlah lapas di Jakarta akan dipindahkan ke Jawa Tengah, Yogyakarta dan NusaÂkamÂbaÂngan. “Pemindahan akan diÂlaÂkukan secara bertahap hingga tiga bulan ke depan,†katanya.
Dia menyebutkan, kapasitas lapas di Jawa Tengah, YogÂyaÂkarÂta dan Nusakambangan maÂsih bisa menampung napi pinÂdahan dari Jakarta.
“Untuk itu, dalam 10 hari ke depan, masih akan ada lagi geÂlombang pemindahan napi dari Jakarta ke beberapa LP di JaÂteng-DIY,†katanya.
Sihabudin berharap dengan pemindahan napi ini lapas di Jakarta tak lagi kelebihan kaÂpasitas. [Harian Rakyat Merdeka]
BERIKUTNYA >
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.