RMOL. Penyakit malas anggota DPR untuk menghadiri rapat susah dihilangkan. Agar terlihat rajin banyak anggota Dewan yang menyuruh “joki†untuk mengisi absen saat sidang paripurna.
Istilah joki absen muncul dari internal DPR. Sebutan itu untuk seseorang yang mengisi tanda taÂngan anggota Dewan pada daftar absensi yang ada di depan pintu masuk ruang sidang paripurna.
Karena daftar absensi sudah diteken secara administrasi angÂgoÂta Dewan tersebut tercatat mengÂhadiri rapat. Padahal, angÂgota dewan yang bersangkutan sama sekali tidak menunjukkan batang hidungnya.
“Saya kira sudah rahasia umum, beberapa anggota DPR tiÂdak pernah hadir tapi absennya peÂnuh, bisa jadi ada joki-joki yang bertugas di sini,†ungkap SaÂleh Husin, anggota DPR dar FrakÂsi Partai Hanura.
Ketua Badan Kehormatan (BK) DPR M Prakosa heran meÂlihat banyak kursi yang kosong saat rapat paripurna. “Lebih kaget lagi ketika BK mengecek pada daftar absensi anggota yang diseÂdiakan oleh sekretariat DPR. TerÂnyata hampir seluruh anggota terÂcatat membubuhkan tandatangan pada daftar absensi yang ada,†terangnya kepada Rakyat Merdeka.
Padahal, menurut Prakosa, anggota DPR yang hadir di rapat tak sebanyak yang tertera di daftar absensi. Karena itu, dia menÂduga selama ini telah ada manipulasi tanda tangan di daftar absensi rapat.
Menyikapi temuan itu, BK beberapa kali melakukan moniÂtoÂring rapat paripurna. Bukan haÂnya daftar absensi yang dipelototi tapi juga kondisi ruang rapat termasuk anggota yang hadir.
Untuk memantau jumlah angÂgota yang hadir, BK memÂanÂfaatÂkan kamera CCTV yang memang dipasang di ruang sidang pariÂpurna. Ada beberapa kamera peÂngawas yang di ruangan ini. Salah satunya dipasang di bagian depan. Gambar yang diambil kamera ada kursi-kursi anggota yang mengÂhadap meja pimpinan rapat.
Ruang rapat paripurna DPR terletak di lantai empat gedung NuÂsantara II. Persis di depan pinÂtu masuk ruangan paripurna seÂdiÂkit ke arah kanan, terdapat meja panjang yang menyerupai mimÂbar besar. Pada meja inilah dileÂtakÂkan daftar absensi anggota DPR yang akan mengikuti rapat.
Meja tempat daftar absensi ini diletakkan dijaga staf Setjen DPR dan petugas pengamanan dalam (Pamdal). Daftar absensi rapat hanya berupa kertas putih yang berisi nama-nama anggota DPR berdasarkan asal fraksinya. KoÂlom di sebelah kiri berisi nama angÂgota. Sedangkan kolom di kaÂnan dikosongkan untuk tempat membubuhkan tanda tangan.
“Hasil pengamatan kami, terÂnyata membuktikan kecuriÂgaÂan kami selama ini. Daftar absensi angÂgota tidak sesuai dengan keÂhadiran fisik anggota DPR dalam sidang paripurna,†kata Prakosa.
Lantas siapa yang jadi joki abÂsen itu? Menurut politisi PDIP, orang yang biasa ditugaskan meÂngisi tandatangan berasal dari inÂternal DPR sendiri. Mereka adalah asisten pribadi (Aspri) maupun tenaga ahli anggota DPR sendiri.
“Para aspri dan tenaga ahli iniÂlah yang biasanya mengisi daftar absensi anggota dan memberikan tandatangan. Tapi mereka juga yang biasanya memberitahukan tentang alasan anggota tidak haÂdir,†terang pria berkepala botak ini.
Prakosa melanjutkan, bukan hanya aspri dan tenaga ahli saja yang biasa memanipulasi tanÂdaÂtangan anggota DPR. MeÂnuÂrutÂnya, tak sedikit staf Setjen yang terlibat praktek joki absen.
“Anggota dewan bekerjasama dengan pihak kesekretariatan DPR untuk mengisi tandÂaÂtaÂnganÂnya pada daftar hadir di sidang paripurna. Namun bagaimana bentuk kerjasamanya, kami maÂsih menyelidiki itu semua,†ungÂkap Prakosa.
Anggota DPR dari Fraksi PDIP Eva Kusuma Sundari tidak memÂbantah adanya permainan dalaÂm daftar absensi. Namun permainan absensi ini muncul karena sistem di DPR memang tak tertib.
“Orang itu berperilaku sesuai deÂngan setting sistem. Kalau abÂsen jadi indikator kinerja, ya akan dipenuhi bahkan dengan cara yang tidak elok. Ada pemalsuan tanda tangan biasanya kolusi deÂngan kesetjenan. Atau, tandaÂtaÂngan saja lalu ngilang,†beber Eva.
Anggota Komisi III itu meÂngaku mendapati jadwal rapat di waktu yang sama. Lantaran jadÂwalnya bertabrakan dia harus pinÂtar-pintar mencari cara agar bisa menghadiri rapat-rapat itu. TerÂkadang dia hanya hadir beberapa menit kemudian berpindah ke tempat rapat lain. Ini untuk meÂmeÂnuhi daftar kehadiran.
“Di banyak kasus, karena jadÂwal bentrok hingga ada 4 meeting paralel. Sehingga saya hanya teÂken, 10 menit hadir secara berÂgiÂliran. Saya tunjukkan kehadiran fisik, dan bukan kualitas keÂhaÂdiran,†jelas Eva.
Meski begitu, Eva berharap fraksi memaksimalkan penerÂtiÂban absensi. Tentu harus diimbÂaÂngi dengan reward agar anggota DPR kian rajin mengikuti rapat-rapat.
“Tapi sebaiknya, fraksi meÂmakÂsimalkan peluang menerÂtibÂkan disiplin anggota. Akan fair jika indikator absensi ini sebagai bagian dari performance review para anggota. Jika tidak ada tinÂdakan apa-apa, tidak mengÂimpÂleÂmentasikan reward system, ya para anggota tetap cuek dan maÂnipulasi. Soalnya kalau menungÂgu kesadaran, agak berat, tidak ada motif,†terang Eva.
Absen Sidik Jari Cegah Manipulasi
Demi memutus mata rantai dari sepak terjang ‘joki absen’ di DPR, pimpinan Dewan dan Badan Kehormatan (BK) seÂpakat untuk menerapkan sistem fringer print mulai masa sidang depan. Nantinya, anggota DPR yang hadir dalam sidang pariÂpurna di absen melalui sidik jari yang sudah terekam di sistem komputerisasi.
“Sistem ini akan membuat orang berlaku jujur dulu. SeÂkaÂrang ini absennya banyak yang nggak jujur. Ada absennya nggak ada orangnya, banyak yang nggak jujur,†kata Ketua DPR Marzuki Alie.
Dengan sistem yang baru ini tidak dimungkinkan anggota DPR bisa menitip absen. KaÂrena kehadiran harus dibuktikan dengan absen sidik jarinya.
“Rekaman sidik jari tersebut nantinya akan masuk dalam sistem yang selalu terpantau oleh Badan Kehormatan DPR. Karenanya system ini harus segera dilaksanakan pada masa sidang depan,†ujar Marzuki.
Ketua BK DPR M Prakosa juga membenarkan kalau piÂhakÂnya telah berkoordinasi deÂngan pimpinan dewan dalam pelaksanaan sistem fringer print di masa sidang depan. Karena deÂngan sistem baru inilah, keÂdisiplinan anggota dewan mengÂhadiri rapat-rapat bisa terÂpantau secara akurat.
Apakah absen sidik jari akan diterapkan di semua rapat DPR? Menurut Prakosa, peneÂrapan fringer print awalnya haÂnya untuk sidang paripurna. SeÂhingga, alat yang digunakan unÂtuk data absensi anggota diÂseÂdiakan di depan sidang ruang paripurna.
Kenapa? “Kelemahan DPR, jadwal rapat yang harus diikuti oleh anggota terkadang kerap bentrok. Anggota DPR yang tergabung dalam komisi juga ikut dalam alat kelengkapan lain. Dan dalam sehari, bisa tiga-empat rapat yang harus diÂikuti oleh anggota dalam waktu yang bersamaan,†terangnya kepada Rakyat Merdeka.
Namun saat sidang pariÂpurÂna, sambung Prakosa, tidak ada lagi kegiatan lain seperti rapat atau sidang yang di gelar di kompleks parlemen secara berÂsamaan. Karena itu, tidak ada alasan bagi anggota tak mengiÂkuti sidang paripurna.
“Kalau manajemen pengaÂtuÂran waktu rapat sudah bisa diÂperbaiki sehingga tidak ada yang bentrok. Barulah fringer print itu akan diterapkan juga pada sidang-sidang komisi. Tapi karena masih bentrok, makanya sistem ini baru bisa diÂterapkan dalam sidang pariÂpurna saja,†kata politisi PDIP ini.
Sementara itu, Kepala Biro Humas Setjen DPR Zakaria mengatakan, saat ini pihaknya tengah memperÂsiapÂkan segala hal yang berÂkaitan dengan pengadaan sisÂtem absen sidik jari. Sehingga saat masuk masa reses nanti, sistem ini sudah bisa dipasang di ruang sidang paripurna.
“Ini sudah jadi permintaan pimÂpinan DPR, BURT dan BaÂdan Kehormatan. Karenanya itu, kami dari Setjen harus siap unÂtuk merealisasikannya,†kaÂtaÂnya keÂpada Rakyat Merdeka. [Harian Rakyat Merdeka]
BERIKUTNYA >
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.