Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Hadiri Rapat Dengan Menhut, Sutan Tidak Naik Ke Lantai 9

Mengunjungi Kantor Anggota DPR Yang Diubrak-abrik

Kamis, 01 Maret 2012, 09:40 WIB
Hadiri Rapat Dengan Menhut, Sutan Tidak Naik Ke Lantai 9
Sutan Bhatoegana

RMOL. Sehari setelah diubrak-abrik orang tak dikenal, ruangan anggota DPR dari Demokrat, Sutan Bhatoegana terlihat sepi. Sutan memang datang ke DPR, mengikuti sidang tapi tak masuk ruangannya di lantai 9 Gedung Nusantara I.

Ketika Rakyat Merdeka, me­ngunjungi kantor Sutan, rua­ngan­nya tertutup. Di pintu masuk pe­nuh dengan tempelan stiker ber­gambar Sutan.

“Ruangan itu dikunci Mas se­jak pagi. Karena seluruh staf Pak Sutan tidak ada yang masuk hari ini,” jelas seorang petugas ke­ama­nan di lantai 9 ketika melihat Rakyat Merdeka mengetuk bebe­rapa kali ruangan bernomor 905 itu, kemarin.

Menurut petugas keamanan ber­kulit putih itu, sejak insiden ke­marin siang, ruangan Sutan su­dah dikunci ketika pihak ke­po­lisian melakukan olah TKP. Tapi apa alasannya ruangan itu dikun­ci, dia tidak tahu.

Selain staf, Sutan juga tak da­tang ke ruangannya. Bahkan, kata dia, saat kejadian kemarin pun, Sutan juga tidak mengecek ke­ada­an ruangannya.

“Dari pagi saya berjaga di meja resepsionis ini belum melihat Pak Sutan datang. Biasanya sih Pak Sutan itu salah satu anggota yang rajin datang ke kantor,” jelasnya.

Setelah ditelusuri, ternyata Su­tan Bhatoegana tetap berkantor ke DPR. Wakil Ketua Fraksi Demokrat itu terlihat memasuki ruang rapat Komisi VII DPR yang berada di Lantai I Gedung Nusantara I.

Mengenakan baju batik tangan panjang warna coklat, Sutan duduk paling depan, di sebelah kiri meja pimpinan sidang. Sam­bil mendengarkan pemaparan dari Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan, sesekali Sutan terlihat memainkan hand phone.

Sekitar pukul 16.00 WIB, Su­tan terlihat berdiri mening­gal­kan ruangan sidang dari pintu yang ada di belakang ke arah kamar mandi. Tapi ternyata dia keluar bukan untuk ke kamar mandi, melainkan meninggalkan ge­dung DPR.

Seperti diketahui, Selasa (28/2) siang sekitar pukul 13.00 WIB, dua orang pria mendatangi ruang kerja anggota Sutan Bha­toegana. Dua pria yang datang itu dikenali bernama Hasyim dan Akbar Hanafi.

Tiba di ruang kerja Sutan Bha­toegana, Hasyim diterima Sek­retaris Pribadi Sutan, Melky Dedi Iskandar. Saat itu, Melky sedang du­duk dan bekerja di meja ker­ja­n­ya yang terletak persis di depan pintu masuk ruang kerja Sutan.

“Ada dua orang. Dia yang da­tang. Sebut-sebut nama Na­za­rud­din. Mana bos kau, saya mau na­gih utang katanya,” jelas Melky.

Melky hanya menjawab,”Napa bicara begitu, yang sopanlah. “Hasyim pun semakin marah dan membentak. “Kamu tahu siapa saya ? Saya Hasyim, saudaranya  Nazaruddin,” ujar Melky me­ni­rukan Hasyim.

Asbak, tumpukan koran dan berkas di meja kerja ber­ham­buran ke lantai, kabel printer pun lepas ka­rena Hasyim menggebrak meja. “Kabelnya terlepas. Pada­hal itu cukup kuat, tercabut ka­rena pukulan kencang, kom­pu­ternya sendiri langsung mati,” kisah Melky.

Akbar Hanafi yang diketahui sebagai anak buah Hasyim terli­hat hanya berdiri dan menonton sambil keluar masuk ruang kerja Sutan Bhatoegana. Pada saat yang sama itu juga Komandan Kompi Nusantara I, Pamdal DPR, Ujang Sukandi mendapat laporan lewat telepon dari anak buahnya soal adanya keributan di ruang kerja Sutan Bhatoegana.

“Lanta saya naik sekitar pukul 13.30 setelah mendapatkan ka­bar via telepon. Saya pun lang­sung masuk ruangan kerja di 905. Di sana sedang ada adu mu­lut antara staf dan Pak Ha­syim,” jelas Ujang.

Karena dianggap bikin ulah dan mengganggu ke­­tertiban, Ujang men­coba me­ngaman­kan dua orang tamu itu ke pos Pam­dal. Sa­yang­nya, Hasyim lang­sung masuk ke ruang kerja sauda­ra­nya, M Nasir yang juga ang­gota Fraksi Partai De­mokrat. Se­dang­kan Akbar Hanafi, anak buah Hasyim langsung digelan­dang ke Pos Pamdal untuk di­min­tai keterangan.

Ujang tidak kenal pria yang me­ngaku bernama Hasyim. Na­mun selama ini dirinya sering melihat Hasyim keluar masuk ruangan Fraksi Partai Demokrat di Gedung Nusantara tersebut bersama M Nasir, saudara kan­dung Nazaruddin.

“Pak Hasyim sering lewat sama dia, saya yakin itu keluarga. Orangnya mirip, gemuknya sama,” pungkas Ujang

Apakah ada pengamanan khu­sus di ruang Fraksi Demokrat? Pantauan Rakyat Merdeka, tidak ada tanda-tanda bahwa ruangan fraksi yang berada di lantai IX itu mendapatkan ekstra penga­ma­nan. Terlihat hanya dua orang petugas keama­nan yang berada di meja resepsionis.

Pintu koridor yang meng­hu­bungkan antara ruangan lobi de­ngan ruangan-ruangan kerja ang­gota berada dalam keadaan ter­buka. Termasuk koridor rua­ngan Sutan. Mayoritas pekerja yang merupakan staf pribadi ang­gota dewan di lantai IX ter­lihat lalu-lalang dari koridor satu ke koridor lainnya.

“Untuk pengamanan, setiap hari kita memang selalu mela­kukan pemantauan terhadap ak­tifitas orang luar yang datang ke lantai ini. Karena itu memang pe­rintah dan prosedur pekerjaan,” kata seorang petugas resepsionis.

Menurutnya, seluruh tamu yang datang ke lantai ini akan di­tanyakan keperluannya dan di­persilahkan untuk mengisi buku tamu yang sudah disediakan. Se­lain sebagai bukti laporan, juga un­tuk identifikasi siapa saja tamu yang datang ke lantai tersebut.

Bagaimana dengan dua orang kemarin? “Beradasarkan aturan, ten­tunya mereka mengisi buku tamu. Tapi apakah kemarin mere­ka mengisi atau tidak, itu saya tidak tahu. Karena yang bertugas kemarin bukan saya, tapi teman yang sekarang tidak masuk,” jelasnya.

Ramadhan Pohan Usul Pengamanan Ditingkatkan

Wakil Ketua DPR Ikut Mendukung

PasCa insiden pengrusakan ruang kerja milik politisi De­mok­rat Sutan Bhatoegana, pe­nga­ma­nan ekstra untuk anggota dewan kembali digulirkan. Alasannya, anggota dewan juga pe­jabat ne­gara yang wajib di­lindungi.

Ramadhan Pohan yang juga rekan partai Sutan di DPR, ber­pen­dapat kalau kejadian ini harus jadi evaluasi dalam proses penga­manan terhadap anggota.

Kede­pan, kata dia, keamanan anggota DPR lebih dijaga sehing­ga tidak ada lagi yang melabrak ruang anggota DPR.

“Kalau keamanan anggota par­lemen rentan, gimana perlin­du­ngan kaum awam ya. Ini jelas mengganggu pelaksanaan tugas anggota Dewan. Pihak keama­nan, pamdal dan sekjen harus introspeksi dan ambil hikmah,” tandasnya.

Wakil Ketua DPP Priyo Bu­di­santoso menyambut baik usulan tentang sistem penga­ma­nan yang perlu ditingkatkan bagi anggota. Menurut politisi Golkar ini, sis­tem keamanan di gedung DPR harus diperbaiki.

Menurut Priyo, tindakan peru­sa­kan yang terjadi di ruang kerja Sutan Bhatoegana tidak bisa di­benarkan. Karena selaku anggota dewan, Sutan dan wakil rakyat lainnya memiliki hak juga untuk bekerja secara nyaman.

Dengan kekebalan yang mele­kat pada anggota DPR, lan­jutnya, harusnya tindakan itu tidak perlu terjadi. Karena itu, sudah sepatut­nya kalau pe­ngamanan di DPR lebih di­perketat lagi.

“Biar anggota kami bekerja dengan tenang karena punya hak kebal, manakala pernyataan-per­nyataan politik. Sistem keamanan kami lebih di perbaikilah,” tam­bah Priyo.

Akbar-Hasyim Dilaporkan Ke Polda Metro Jaya

Tidak terima ruangan kerja miliknya diacak-acak, Sutan Bhatoegana akhirnya me­la­por­kan Akbar dan Hasyim ke Polda Metro Jaya. Melalui stafnya yang bernama Melky Dedi Is­kandar, politisi Demokrat itu me­minta pihak kepolisian me­ngusut aksi perusakan di dalam ruang kerjanya.

“Saya tidak tahu apa mo­tif­nya, karena memang merasa ti­dak ada urusan dengan mereka. Makanya, kasus ini harus di­proses secara hukum biar jelas,” jelas Sutan Bhatoegana di Ge­dung DPR, Jakarta.

Meskipun mengaku kenal dengan Hasyim, akhirnya Sutan resmi melaporkan kasus terse­but pada pihak kepolisian. “Yang laporkan staf saya, jadi kita dorong biar tuntas,” jelasnya.

Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Kombes Rikwanto membenarkan pernyataan Su­tan tersebut. Kata Rikwanto, pi­haknya telah menerima laporan pengaduan dari Sutan Bhatoegana, soal pengrusakan di rua­ngan kerjanya.

Pihak pelapor, lanjutnya, di­wakili oleh Melky Dedi Isk­an­dar selaku staf pribadi Sutan Bhatoegana pada Selasa malam sekitar pukul 19.00. Pihak yang dilaporkan adalah Hasyim dan Akbar Hanafi.

“Yang dirusak katanya Prin­ter dan tidak ada benda lain. Wak­tu kejadian tersebut pada ha­rib Selasa, pukul 13.00 WIB di ruang 0905 lantai 9 Gedung Nu­santara 1 DPR RI,” kata Kom­bes Rikwanto, Rabu (29/2).

Berdasarkan kronologis yang ada, Rikwanto me­nga­ta­kan, kalau aksi pengurasakan yang terjadi diduga dilatar­be­lakangi masalah utang piutang. Sebab ceritanya, ada seseorang dengan maksud menagih hu­tang piutang.

Karena yang dicari tidak ada di­tempat, maka terlapor lang­sung memukul dan merusak printer menggunakan tangan dan masuk ke ruang pelapor de­ngan tanpa ijin ataupun permisi kepada pelapor.

“Untuk kasus hutang pi­utang, kami belum mendalami, saat ini yang diusut hanya la­po­ran pe­ngerusakan saja,” je­las Rikwanto.

Sebelumnya, usai aksi peng­ru­sa­kan yang dilakukan oleh Akbar dan Hasyim, sejumlah aparat kepolisian dari bagian Identifikasi Kriminal Polda Met­ro Jaya langsung mela­ku­kan olah tempat kejadian perka­ra. Olah TKP dilakukan pada ma­lam hari, usai staf pribadi Su­tan membuat laporan ke Pol­da Metro Jaya.

 Menurut AKP Danang dari Reserse Umum Polda Metro Jaya, olah TKP ini merupakan kelanjutan dari laporan yang disampaikan oleh Melky Dedi Iskandar atas perbuatan tidak menyenangkan dan pengrusa­kan yang dilakukan oleh pelaku. “Kami melakukan cek TKP dan pemeriksaan saksi-saksi,” ujar Danang seusai kegiatan itu.

Selain mengambil gambar tem­pat kejadian perkara, polisi mem­buat sketsa dan posisi ruang kerja anggota DPR ter­se­but. Tak ha­nya itu, petugas dari Polda Met­ro ini juga memeriksa CCTV dan menanyai beberapa saksi mata.

“Printer dan asbak itu di­ba­wa, karena ada pengrusa­kan. Pe­laku mungkin kecewa karena tidak diterima dengan baik,” tambah AKP Danang.

Setelah melakukan olah TKP selama hampir dua jam, polisi membawa beberapa orang saksi mata ke Polda Metro Jaya ter­masuk Melky Dedi Iskandar un­tuk dimintai keterangan. [Harian Rakyat Merdeka]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA