RMOL. Sehari setelah diubrak-abrik orang tak dikenal, ruangan anggota DPR dari Demokrat, Sutan Bhatoegana terlihat sepi. Sutan memang datang ke DPR, mengikuti sidang tapi tak masuk ruangannya di lantai 9 Gedung Nusantara I.
Ketika Rakyat Merdeka, meÂngunjungi kantor Sutan, ruaÂnganÂnya tertutup. Di pintu masuk peÂnuh dengan tempelan stiker berÂgambar Sutan.
“Ruangan itu dikunci Mas seÂjak pagi. Karena seluruh staf Pak Sutan tidak ada yang masuk hari ini,†jelas seorang petugas keÂamaÂnan di lantai 9 ketika melihat Rakyat Merdeka mengetuk bebeÂrapa kali ruangan bernomor 905 itu, kemarin.
Menurut petugas keamanan berÂkulit putih itu, sejak insiden keÂmarin siang, ruangan Sutan suÂdah dikunci ketika pihak keÂpoÂlisian melakukan olah TKP. Tapi apa alasannya ruangan itu dikunÂci, dia tidak tahu.
Selain staf, Sutan juga tak daÂtang ke ruangannya. Bahkan, kata dia, saat kejadian kemarin pun, Sutan juga tidak mengecek keÂadaÂan ruangannya.
“Dari pagi saya berjaga di meja resepsionis ini belum melihat Pak Sutan datang. Biasanya sih Pak Sutan itu salah satu anggota yang rajin datang ke kantor,†jelasnya.
Setelah ditelusuri, ternyata SuÂtan Bhatoegana tetap berkantor ke DPR. Wakil Ketua Fraksi Demokrat itu terlihat memasuki ruang rapat Komisi VII DPR yang berada di Lantai I Gedung Nusantara I.
Mengenakan baju batik tangan panjang warna coklat, Sutan duduk paling depan, di sebelah kiri meja pimpinan sidang. SamÂbil mendengarkan pemaparan dari Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan, sesekali Sutan terlihat memainkan hand phone.
Sekitar pukul 16.00 WIB, SuÂtan terlihat berdiri meningÂgalÂkan ruangan sidang dari pintu yang ada di belakang ke arah kamar mandi. Tapi ternyata dia keluar bukan untuk ke kamar mandi, melainkan meninggalkan geÂdung DPR.
Seperti diketahui, Selasa (28/2) siang sekitar pukul 13.00 WIB, dua orang pria mendatangi ruang kerja anggota Sutan BhaÂtoegana. Dua pria yang datang itu dikenali bernama Hasyim dan Akbar Hanafi.
Tiba di ruang kerja Sutan BhaÂtoegana, Hasyim diterima SekÂretaris Pribadi Sutan, Melky Dedi Iskandar. Saat itu, Melky sedang duÂduk dan bekerja di meja kerÂjaÂnÂya yang terletak persis di depan pintu masuk ruang kerja Sutan.
“Ada dua orang. Dia yang daÂtang. Sebut-sebut nama NaÂzaÂrudÂdin. Mana bos kau, saya mau naÂgih utang katanya,†jelas Melky.
Melky hanya menjawab,â€Napa bicara begitu, yang sopanlah. “Hasyim pun semakin marah dan membentak. “Kamu tahu siapa saya ? Saya Hasyim, saudaranya Nazaruddin,†ujar Melky meÂniÂrukan Hasyim.
Asbak, tumpukan koran dan berkas di meja kerja berÂhamÂburan ke lantai, kabel printer pun lepas kaÂrena Hasyim menggebrak meja. “Kabelnya terlepas. PadaÂhal itu cukup kuat, tercabut kaÂrena pukulan kencang, komÂpuÂternya sendiri langsung mati,†kisah Melky.
Akbar Hanafi yang diketahui sebagai anak buah Hasyim terliÂhat hanya berdiri dan menonton sambil keluar masuk ruang kerja Sutan Bhatoegana. Pada saat yang sama itu juga Komandan Kompi Nusantara I, Pamdal DPR, Ujang Sukandi mendapat laporan lewat telepon dari anak buahnya soal adanya keributan di ruang kerja Sutan Bhatoegana.
“Lanta saya naik sekitar pukul 13.30 setelah mendapatkan kaÂbar via telepon. Saya pun langÂsung masuk ruangan kerja di 905. Di sana sedang ada adu muÂlut antara staf dan Pak HaÂsyim,†jelas Ujang.
Karena dianggap bikin ulah dan mengganggu keÂÂtertiban, Ujang menÂcoba meÂngamanÂkan dua orang tamu itu ke pos PamÂdal. SaÂyangÂnya, Hasyim langÂsung masuk ke ruang kerja saudaÂraÂnya, M Nasir yang juga angÂgota Fraksi Partai DeÂmokrat. SeÂdangÂkan Akbar Hanafi, anak buah Hasyim langsung digelanÂdang ke Pos Pamdal untuk diÂminÂtai keterangan.
Ujang tidak kenal pria yang meÂngaku bernama Hasyim. NaÂmun selama ini dirinya sering melihat Hasyim keluar masuk ruangan Fraksi Partai Demokrat di Gedung Nusantara tersebut bersama M Nasir, saudara kanÂdung Nazaruddin.
“Pak Hasyim sering lewat sama dia, saya yakin itu keluarga. Orangnya mirip, gemuknya sama,†pungkas Ujang
Apakah ada pengamanan khuÂsus di ruang Fraksi Demokrat? Pantauan Rakyat Merdeka, tidak ada tanda-tanda bahwa ruangan fraksi yang berada di lantai IX itu mendapatkan ekstra pengaÂmaÂnan. Terlihat hanya dua orang petugas keamaÂnan yang berada di meja resepsionis.
Pintu koridor yang mengÂhuÂbungkan antara ruangan lobi deÂngan ruangan-ruangan kerja angÂgota berada dalam keadaan terÂbuka. Termasuk koridor ruaÂngan Sutan. Mayoritas pekerja yang merupakan staf pribadi angÂgota dewan di lantai IX terÂlihat lalu-lalang dari koridor satu ke koridor lainnya.
“Untuk pengamanan, setiap hari kita memang selalu melaÂkukan pemantauan terhadap akÂtifitas orang luar yang datang ke lantai ini. Karena itu memang peÂrintah dan prosedur pekerjaan,†kata seorang petugas resepsionis.
Menurutnya, seluruh tamu yang datang ke lantai ini akan diÂtanyakan keperluannya dan diÂpersilahkan untuk mengisi buku tamu yang sudah disediakan. SeÂlain sebagai bukti laporan, juga unÂtuk identifikasi siapa saja tamu yang datang ke lantai tersebut.
Bagaimana dengan dua orang kemarin? “Beradasarkan aturan, tenÂtunya mereka mengisi buku tamu. Tapi apakah kemarin mereÂka mengisi atau tidak, itu saya tidak tahu. Karena yang bertugas kemarin bukan saya, tapi teman yang sekarang tidak masuk,†jelasnya.
Ramadhan Pohan Usul Pengamanan Ditingkatkan
Wakil Ketua DPR Ikut Mendukung
PasCa insiden pengrusakan ruang kerja milik politisi DeÂmokÂrat Sutan Bhatoegana, peÂngaÂmaÂnan ekstra untuk anggota dewan kembali digulirkan. Alasannya, anggota dewan juga peÂjabat neÂgara yang wajib diÂlindungi.
Ramadhan Pohan yang juga rekan partai Sutan di DPR, berÂpenÂdapat kalau kejadian ini harus jadi evaluasi dalam proses pengaÂmanan terhadap anggota.
KedeÂpan, kata dia, keamanan anggota DPR lebih dijaga sehingÂga tidak ada lagi yang melabrak ruang anggota DPR.
“Kalau keamanan anggota parÂlemen rentan, gimana perlinÂduÂngan kaum awam ya. Ini jelas mengganggu pelaksanaan tugas anggota Dewan. Pihak keamaÂnan, pamdal dan sekjen harus introspeksi dan ambil hikmah,†tandasnya.
Wakil Ketua DPP Priyo BuÂdiÂsantoso menyambut baik usulan tentang sistem pengaÂmaÂnan yang perlu ditingkatkan bagi anggota. Menurut politisi Golkar ini, sisÂtem keamanan di gedung DPR harus diperbaiki.
Menurut Priyo, tindakan peruÂsaÂkan yang terjadi di ruang kerja Sutan Bhatoegana tidak bisa diÂbenarkan. Karena selaku anggota dewan, Sutan dan wakil rakyat lainnya memiliki hak juga untuk bekerja secara nyaman.
Dengan kekebalan yang meleÂkat pada anggota DPR, lanÂjutnya, harusnya tindakan itu tidak perlu terjadi. Karena itu, sudah sepatutÂnya kalau peÂngamanan di DPR lebih diÂperketat lagi.
“Biar anggota kami bekerja dengan tenang karena punya hak kebal, manakala pernyataan-perÂnyataan politik. Sistem keamanan kami lebih di perbaikilah,†tamÂbah Priyo.
Akbar-Hasyim Dilaporkan Ke Polda Metro Jaya
Tidak terima ruangan kerja miliknya diacak-acak, Sutan Bhatoegana akhirnya meÂlaÂporÂkan Akbar dan Hasyim ke Polda Metro Jaya. Melalui stafnya yang bernama Melky Dedi IsÂkandar, politisi Demokrat itu meÂminta pihak kepolisian meÂngusut aksi perusakan di dalam ruang kerjanya.
“Saya tidak tahu apa moÂtifÂnya, karena memang merasa tiÂdak ada urusan dengan mereka. Makanya, kasus ini harus diÂproses secara hukum biar jelas,†jelas Sutan Bhatoegana di GeÂdung DPR, Jakarta.
Meskipun mengaku kenal dengan Hasyim, akhirnya Sutan resmi melaporkan kasus terseÂbut pada pihak kepolisian. “Yang laporkan staf saya, jadi kita dorong biar tuntas,†jelasnya.
Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Kombes Rikwanto membenarkan pernyataan SuÂtan tersebut. Kata Rikwanto, piÂhaknya telah menerima laporan pengaduan dari Sutan Bhatoegana, soal pengrusakan di ruaÂngan kerjanya.
Pihak pelapor, lanjutnya, diÂwakili oleh Melky Dedi IskÂanÂdar selaku staf pribadi Sutan Bhatoegana pada Selasa malam sekitar pukul 19.00. Pihak yang dilaporkan adalah Hasyim dan Akbar Hanafi.
“Yang dirusak katanya PrinÂter dan tidak ada benda lain. WakÂtu kejadian tersebut pada haÂrib Selasa, pukul 13.00 WIB di ruang 0905 lantai 9 Gedung NuÂsantara 1 DPR RI,†kata KomÂbes Rikwanto, Rabu (29/2).
Berdasarkan kronologis yang ada, Rikwanto meÂngaÂtaÂkan, kalau aksi pengurasakan yang terjadi diduga dilatarÂbeÂlakangi masalah utang piutang. Sebab ceritanya, ada seseorang dengan maksud menagih huÂtang piutang.
Karena yang dicari tidak ada diÂtempat, maka terlapor langÂsung memukul dan merusak printer menggunakan tangan dan masuk ke ruang pelapor deÂngan tanpa ijin ataupun permisi kepada pelapor.
“Untuk kasus hutang piÂutang, kami belum mendalami, saat ini yang diusut hanya laÂpoÂran peÂngerusakan saja,†jeÂlas Rikwanto.
Sebelumnya, usai aksi pengÂruÂsaÂkan yang dilakukan oleh Akbar dan Hasyim, sejumlah aparat kepolisian dari bagian Identifikasi Kriminal Polda MetÂro Jaya langsung melaÂkuÂkan olah tempat kejadian perkaÂra. Olah TKP dilakukan pada maÂlam hari, usai staf pribadi SuÂtan membuat laporan ke PolÂda Metro Jaya.
Menurut AKP Danang dari Reserse Umum Polda Metro Jaya, olah TKP ini merupakan kelanjutan dari laporan yang disampaikan oleh Melky Dedi Iskandar atas perbuatan tidak menyenangkan dan pengrusaÂkan yang dilakukan oleh pelaku. “Kami melakukan cek TKP dan pemeriksaan saksi-saksi,†ujar Danang seusai kegiatan itu.
Selain mengambil gambar temÂpat kejadian perkara, polisi memÂbuat sketsa dan posisi ruang kerja anggota DPR terÂseÂbut. Tak haÂnya itu, petugas dari Polda MetÂro ini juga memeriksa CCTV dan menanyai beberapa saksi mata.
“Printer dan asbak itu diÂbaÂwa, karena ada pengrusaÂkan. PeÂlaku mungkin kecewa karena tidak diterima dengan baik,†tambah AKP Danang.
Setelah melakukan olah TKP selama hampir dua jam, polisi membawa beberapa orang saksi mata ke Polda Metro Jaya terÂmasuk Melky Dedi Iskandar unÂtuk dimintai keterangan. [Harian Rakyat Merdeka]
BERIKUTNYA >
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.