Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Jelang Imlek, Pemburu Angpao Nginap di Vihara

Datang Dari Luar Jakarta, Dapat 20 Ribu di Amplop Merah

Minggu, 22 Januari 2012, 08:54 WIB
Jelang Imlek, Pemburu Angpao Nginap di Vihara
ilustrasi/ist
RMOL.Sudah empat hari Umbai, 57 tahun, berada di sekitar Vihara Dharma Bakti di Jalan Petak IX, Glodok Jakarta Barat. Kedatangannya ke situ tak lain untuk berburu angpao yang biasa dibagikan setiap perayaan Imlek.

Di hari yang keempat, wanita yang sering tidur di emperan stasiun Manggarai dan gereja di daerah Sarinah, Jakarta Pusat ini akhirnya mendapatkan apa yang dicarinya. Kemarin siang (21/1), Umbai akhirnya mendapatkan angpao dari pengunjung vihara yang datang.

“Alhamdulillah setelah empat hari di sini saya kebagian angpao dan satu bungkus nasi tadi. Dan saya buka isinya uang Rp 20 ribu yang ditaruh dalam amplop warna merah,” tuturnya.

Kendati sudah mendapatkan angpao, Umbai masih tetap ber­ta­han di vihara, sampai puncak perayaan Imlek hari Senin be­sok. Alasannya, uang angpao yang diperolehnya masih jauh dari target.

“Kalau ngobrol dengan teman-teman di sini, masih banyak ang­pao yang akan dibagi-bagi. Apa­lagi besok itu hari puncaknya, pasti akan  banyak tamu yang hadir. Mudah-mudahan saja saya dapat lagi,” jelasnya.

Wanita yang rambutnya sudah di­penuhi uban ini berencana ka­lau dirinya berhasil mendapatkan angpao banyak, dia akan pulang ke kampung halamannya di Majalengka, Jawa Barat.

Pardi, 49 tahun, warga Jem­ba­tan Lima, Kota Jakarta Pusat juga tidak mau ketinggalan berburu angpao. Bersama anak lelakinya yang masih berusia 9 tahun, Pardi  ikut duduk-duduk di halaman Viha­ra Dharma Bakti sejak pukul 6 pagi.

“Namanya usaha, kan tidak ada salahnya. Kalau tahun-tahun se­be­lumnya saya datang kesini ber­sama teman-teman dari rumah. Sekarang saya ajak anak saya, mudah-mudahan aja dapatnya dobel,” jelas pria yang sehari-hari ber­profesi sebagai pemulung ini.

Namun sampai siang kemarin, Pardi yang mengenakan celana pendek dengan kaos salah satu partai ini mengaku baru men­da­patkan Rp 6 ribu saja. Itu pun se­telah digabung dengan angpao yang diperoleh anaknya.

Padahal, uang tersebut di­per­olehnya sebanyak dua kali dari hasil antrean angpao. Sayangnya, angpao yang diperolehnya itu ma­sing-masing hanya berisi seribu dan dua ribu rupiah.

“Saya sih tadi sudah senang ba­nget dapat dua kali angpao. Ren­cananya saya mau langsung pu­lang, tapi kalau jumlahnya segini, le­bih baik saya tunggu sampai sore dan besok balik lagi,” tuturnya.

Pardi mengaku tahun lalu bisa mendapatkan uang hingga lima ratus ribu rupiah setelah beberapa kali datang ke vihara ini. Men­jelang Imlek tahun ini dia sudah dua kali datang ke vihara ini. Uang yang diperolehnya tidak lebih dari Rp 50 ribu.

“Kalau dibilang ramai, setiap t­a­hun memang begini-begini saja. Mungkin untuk angpao pemba­gian­nya paling banyak besok kali,” tuturnya pria berkulit hitam ini.

Setiap perayaan imlek, Vihara Dharma Bakti selalu diserbu ra­tu­san tunawisma atau peminta mu­siman. Vihara yang diba­ngun se­jak tahun 1650 ini me­mang se­lalu membagi-bagikan uang angpao.

Kemarin Rakyat Merdeka me­ngunjungi Vihara Dharma Bakti di Jalan Petak IX, Glodok Jakarta Barat ini. Suasana Imlek mulai terasa begitu mendekat ke kawa­san vihara yang terletak persis di sebelah  pasar tradisional.

Bau hio yang terus-menerus di­bakar oleh pengurus vihara mau­pun oleh warga Tionghoa yang datang kesitu tercium sangat menyengat.

Keberadaan pengemis sendiri sudah tampak dari sejak mema­suki Jalan Petak Sembilan hingga Jalan Kemenangan III seputar Vihara Dharma Bhakti yang pan­jangnya mencapai 200 meter.

Jum­lah para pengemis yang kabarnya juga berasal dari luar Ja­karta ini mencapai ratusan orang. Mereka selalu muncul di sini setiap tahun menjelang pe­rayaan Imlek.

Berbaur dengan para pedagang yang berada di sepanjangjalan itu, para pengemis yang terdiri dari anak-anak hingga orang dewasa itu duduk berjejer di sepanjang ja­lan menuju vihara.

Tak hanya di luar, di dalam tempat ibadah itu para pengemis yang kabarnya juga berasal dari luar Jakarta, ikut berbaur dengan orang yang hendak sembahyang.

Petugas hansip yang berjaga di sekitar vihara menuturkan penge­mis mulai datang ke sini sejak satu minggu lalu. Tidak sedikit para pengemis yang tidur di se­kitar vihara pada malam hari.

“Yang saya tahu para pengemis yang datang dari berbagai daerah seperti Pandeglang, Rangkas­bitung, Sukabumi, Bogor, Bekasi, Tasikmalaya dan daerah sekitar Jawa Tengah. Pada puncak pe­ra­yaan imlek, jumlah mereka bisa men­capai 500 orang,” jelas pria yang mengaku bernama Ujang ini.

Camat Tamansari Imron Syah­rin mengatakan, pihaknya sudah mengetahui keberadaan pe­nge­mis yang akan menyerbu vihara. Mengingat Vihara Dharma Bhak­ti merupakan vihara yang cukup besar dan banyak dikunjungi umat Buddha yang hendak ber­sembahyang. Tak heran kalau se­tiap tahun akan menjadi tempat berkumpulnya para pengemis yang jumlahnya bisa mencapai ratusan hingga ribuan orang.

Karena itu, demi memberikan kenyamanan umat yang hendak bersembahyang, pihaknya sejak seminggu lalu sudah meng­an­ti­si­pasi dengan berkoordinasi de­ngan lurah, RT, dan RW setempat serta menyebar 10 petugas Satpol PP. Untuk pengamanan, pihaknya juga melibatkan hansip RW untuk menjaga agar para pengemis itu tidak sampai menyulitkan pe­ngunjung vihara.

“Ini sebagai bentuk antisipasi agar para pengemis itu tidak sam­pai meresahkan, jumlah petugas akan kami tambah menjadi 50 pe­tugas gabungan Satpol PP, TNI, dan Polri. Agar para pengemis tidak berkeliaran, hanya berada di seputar halaman vihara, nanti akan kami beri pembatas,” kata Imron.

Polisi: Pembagian Angpao Harus Tertib

Untuk mengamankan pera­ya­an Imlek, Kepolisian Dae­rah Metro Jaya akan menge­rah­kan per­sonel di sejumlah tempat yang jadi pusat kera­maian. Tem­pat-tempat yang akan men­jadi target penga­ma­nan polisi ada­lah vihara-vi­ha­ra dan sej­um­lah pusat per­be­lan­jaan di Jakarta.

“Kita sebarkan anggota di tempat-tempat peribadatan dan pusat-pusat perbelanjaan,” kata Kepala Bidang Humas Polda Met­ro Jaya, Kombes Rikwanto di kantornya, kemarin.

Rikwanto menuturkan, sela­ma ini perayaan Imlek biasanya diisi dengan tradisi pembagian amplop kecil berisi uang (ang­pao). Ba­nyak orang yang ber­buru angpao. Pe­tu­gas polisi di­kerahkan agar pem­ba­gian ang­pao ini ber­langsung tertib.

Polisi mewaspadai antrean war­ga yang umumnya dari ka­la­ngan  tidak mampu itu agar tak meng­ganggu kenyamanan pe­ngunjung vihara. Juga agar pem­bagian itu tidak me­nim­bul­kan korban jiwa bila tidak di­atur de­ngan baik. Se­bab, saat pembagian angpao, sudah pasti orang saling berebut.

Karena itu, Rikwanto me­ngim­bau masyarakat yang hen­dak memberi angpao agar me­nye­rah­kan sistem pem­ba­gian­nya ke pe­ngurus klenteng.

Tu­juannya, agar proses pem­bagian bisa lancar dan tertib, se­mentara pengunjung vi­hara juga bisa beribadah dengan tenang.

Rikwanto mengungkapkan setiap klenteng akan mendapat penjagaan polisi dengan jumlah kekuatan yang disesuaikan de­ngan tingkat kerawanan ma­sing-masing. Klenteng besar, se­perti Vihara Dharma Bakti di Petak Sembilan Glodok, akan men­da­pat pengamanan berbeda diban­ding klenteng lainnya.

Berapa jumlah personel yang akan diterjunkan? “Jumlah ang­gota yang disediakan diten­tukan oleh masing-masing Polres,” kata Rikwanto.

Selain mengamankan tempat per­ibadatan, polisi juga menga­man­kan pusat perbelanjaan. Pada saat li­bur Imlek diperkirakan pe­ngunjung akan lebih banyak di pu­sat per­be­­lan­jaan. “Selain itu juga tempat wi­sata. Di­perkirakan akan terjadi kema­cetan di pusat-pu­sat per­­bel­an­jaan,” pungkasnya.

Buang Sial Dengan Lepas Burung Gereja

Lusi 36 tahun baru saja keluar dari salah satu bangunan di ka­wa­san Dharma Bakti, Petak Sem­bi­lan, Glodok Jakarta Barat. Ber­sama seorang anaknya, Lusi ke­mu­dian meninggalkan kawa­san vihara dengan Honda Jazz warna silver.

Lusi datang ke vihara ini seki­tar pukul 13.00 WIB sengaja un­tuk beribadah. Perempuan yang tinggal di Depok ini memilih ber­ibadah di Vihara Dharma Bakti karena klenteng ini tertua di Jakarta. “Saya datang ke sini ber­sama anak saya memang untuk ibadah dan menyampaikan ba­nyak harapan,” ujarnya.

Sebelum meninggalkan vihara, perempuan berkulit putih ini masih sempat melakukan ritual bu­rung. Setelah dirinya memberi penghormatan pada arwah le­luhur, dewa-dewi, kemudian dia melepaskan beberapa burung gereja di sekitar vihara.

“Ritual lepas burung ini se­ba­gai simbol buang sial. Ke­per­ca­ya­an ini hanya dilakukan oleh sebagian kecil warga Tionghoa. Mudah-mudahan di tahun baru ini dapat hoki,” jelasnya.

Perayaan Imlek yang jatuh pada hari Senin (23/1) juga dise­but sebagai tahun baru Cina ke-2563 yang merupakan tahun na­ga. Naga bagi orang Tionghoa me­rupakan shio terkuat dan pa­ling beruntung. Shio naga suka mem­beri, cerdas, dan tahu apa yang diinginkan. Be­gitu pun dengan tahunnya.

“Naga itu melambangkan he­wan yang penuh tekad dan punya kharisma alami. Ia akan mengatur tahun 2012 dengan caranya yang unik dalam memberikan kesejah­ter­aan dan keberuntungan kepada umat manusia," tutur Yu Ie, pen­jaga Wihara Dharma Bhakti.

Vihara Dharma Bakti sendiri sudah dipadati masyarakat Tiong­hoa yang berkunjung sejak pekan lalu untuk melakukan ritual menjelang Imlek. Besok (hari ini-red) akan berlangsung ritual Toa Pek Kong atau doa untuk para leluhur agar mendapat kese­la­ma­tan di alam baka.

Hari berikutnya pengurus vi­ha­ra akan memandikan rupang (pa­tung dewa dan dewi). “Ritual ini hanya dilakukan sekali setahun menjelang Imlek. Setelah itu, ru­pang tidak diperkenankan untuk disentuh,” jelasnya.

Jelang Imlek, Wihara Dharma Bhakti selalu ramai dikunjungi masyarakat, baik dari sekitar Ja­karta maupun luar kota. Mereka khusyuk melakukan ritual per­sem­bahyangan dengan meng­gu­nakan hio/dupa.

Setelah bersembahyang di vihara, banyak yang dari mereka kemudian mengunjungi toko-toko di kawasan itu yang menjual per­nik-pernik Imlek seperti lam­pion. Salah satu toko yang diberi nama Indah Alam, terlihat di­penuhi pembeli.

Klenteng Dibersihkan dan Dicat Ulang

Djunaedi, 53 tahun, harus berburu dengan waktu untuk me­nyelesaikan perbaikan Pe­kong di Vihara Dharma Bakti, Jalan Petak Sembilan, Glodok, Ja­karta Barat. Bersama de­ngan empat temannya, Dju­nae­di mem­percantik Pekong de­ngan membersihkan lalu me­­ngecatnya.

Djunaedi sendiri bertugas membersihkan Pekong dari debu dan bekas cat yang me­nem­pel di sekitar lantai. De­ngan mengenakan kape, pria berkumis ini mengerus sisa cat dari lantai.

Sementara dua temannya si­buk mengecat atap Pekong de­ngan tiga warna, yakni merah, kuning dan sedikit warna hi­jau. Ke­dua orang yang ma­sih muda itu memanfaatkan atap yang ter­buat dari kayu se­bagai tem­pat duduk mereka dalam mengecat.

“Hari ini kami harus selesai memperbarui kembali Pekong ini. Karena nanti malam dan be­sok sudah masuk puncak pe­rayaan Imlek. Tidak mungkin kalau masih dicat dan di­ber­sih­kan,” kata Djunaedi saat ber­bin­cang dengan Rakyat Merdeka, kemarin.

Djunaedi yang mengaku ting­gal di sekitar wilayah terse­but sengaja diperbantukan oleh pengelola vihara untuk mela­ku­kan perbaikan di sekitar vihara. Proses pengerjaannya, kata dia, sudah dilakukan sejak dua minggu lalu.

“Perbaikan ini bukan me­renovasi, tapi hanya mengecat dan membersihkan seluruh ba­gian di Vihara ini. Bahkan un­tuk cat pun tidak ada peru­ba­ha­an warna. Semua warna sama, hanya dicat lagi saja biar lebih baru,” terangnya.

Tak hanya Djunaedi, bebera­pa pekerja lain juga sibuk me­ngerjakan bagian yang lain dari vihara yang sudah berusia ratu­san tahun itu. Ada yang me­ma­sang lampu lampion, mengecat dinding dan  menyiapkan alat-alat ibadah seperti hio.

Empat orang tampak meng­go­tong dua buah lilin raksasa yang masih terbungkus plastik. Dua lilin diletakkan ke salah satu bangunan vihara yang juga banyak didatangi pengunjung untuk beribadah.

“Saat ini cuma ada pem­ber­si­han dari vihara secara total se­perti pemasangan lampion, mem­bersihkan lampu me­nyiap­kan alat-alat ibadah," kata pe­nang­gung jawab vihara, Herman.

Herman menuturkan puncak Imlek tahun ini akan ber­lang­sung pada Minggu tengah ma­lam atau Senin dini hari. Vihara ini, menurutnya, akan terus di­datangi warga dari sejumlah daerah untuk beribadah hingga Senin pagi.

“Kalau tidak salah, Gubernur DKI Jakarta juga akan hadir dalam perayaan puncak Imlek di hari senin nanti. Makanya kami juga meminta aparat keamanan ditambah untuk jaga-jaga,” ujarnya. [Harian Rakyat Merdeka]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA