RMOL. Seleksi calon anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah berjalan. Sejumlah orang dianggap lolos seleksi administratif. Di antara mereka yang melaju ke seleksi tahap berikutnya terdapat nama-nama incumbent.
Mereka yakni Sri Nuryanti, Saut Hamonangan Sirait dan I GusÂti Putu Artha. Ketiganya menjabat komisioner KPU saat ini. Apa saja persiapan mereka mengÂhadapi seleksi tahap beÂrikutnya. Yuk kita intip.
Sekitar pukul 9 pagi, mobil Nissan X-Trail bernomor polisi B 1387 RFS memasuki halaman kantor KPU di Jalan Imam BonÂjol, Menteng, Jakarta Pusat.
Dari dalam mobil, turun pria berÂkumis. Ia mengenakan paÂkaian Ende (batik tenun asal Bali) warna biru dipadu dengan celana dari bahan.
Dengan senyumnya yang khas, dia menyapa Rakyat Merdeka yang sudah menunggu di depan pintu masuk gedung KPU.
Dialah I Gusti Putu Artha. Ia menÂjadi perbincangan karena kembali mencalonkan diri sebaÂgai anggota KPU. Apalagi, dia sempat “berseteru†dengan DPR. Putu meminta orang-orang di Senayan jangan mengintervensi seleksi.
Putu lalu mengajak ke ruang kerjanya yang terletak di lantai dua. Ruang kerjanya terletak di sayap kanan gedung tua ini.
Ketika memasuki ruangan kerja berukuran sekitar 8 x 5 meter ini tampak berjejer rapi bangku ukiran. Tempat duduk ini disediakan bagi tamu.
Selain itu, terlihat juga sebuah televisi lengkap dengan pemutar DVD dan beberapa keping CD. Tak jauh dari situ tersedia sebuah dispenser.
Tampak juga meja besar yang di atasnya telah tersedia segelas teh hangat. Di atas meja itu juga tersedia perlengkapan kantor dan tumpukan berkas. Sebuah moniÂtor komputer juga mempermudah Putu dalam mencari informasi dan data.
Di belakang bangku kerjanya, tersedia lemari kaca untuk meÂnaruh buku-buku dan perÂlengÂkapan lainnya. Di lemari ini pula Putu meletakkan foto keÂluarganya.
Dekat pintu masuk, terdapat papan agenda dan whiteboard yang bisanya digunakan Putu untuk rapat dan menuliskan agenda rapat.
Tak berapa lama, Putu menuju ruangan berukuran 3 x 2 meter. Inilah kamar istirahat anggota KPU. Letaknya masih di dalam ruang kerjanya.
Di dalamnya terdapat sebuah kaÂsur berukuran 2 x1 meter, dan kaÂmar mandi lengkap dengan peÂralatan untuk membersihkan diri.
Di dalam kamar istirahat terseÂbut terdapat sebuah lemari penÂdingin satu pintu. Begitu dibuka terlihat beberapa makanan instan dan minuman non alkohol.
Di atas lemari pendingin terseÂbut, terdapat minyak wangi, tusuk gigi, pembersih telinga dan souÂvenir dari Tana Toraja. Buah taÂngan itu pemberian dari anggota KPU setempat.
Putu mengaku, tak ada yang spesial di ruangan kecil ini. NaÂmun manfaatnya baginya sangat besar. Terutama untuk sejenak menghilangkan kepenatan kerja. “Walau kecil, saya tertolong deÂngan keberadaannya.â€
Setelah itu, Putu mengambil air suci, kembang dan dupa. Benda-benÂda itu merupakan perlengÂkaÂpan sembahyang bagi umat HinÂdu. Seperti kebanyakan orang Bali, Putu menganut agama Hindu.
Aktivitas sembahyang dilakuÂkan bapak tiga anak ini sebelum memulai kegiatan. Biasanya, dia sembahyang selama 15 menit. Ritual ini biasa dia lakukan di ruÂmah maupun di pura.
“Maaf saya sembahyang dulu. Biasanya saya berdoa dua kali. Pertama di rumah dan sebelum beraktifitas di kantor,†ucapnya.
Pria yang menempati rumah dinas di kawasan Pejaten rumah bernomor 23 A ini mengaku seÂtelah sembahyang barulah dia meÂmulai pekerjaan.
Saat ditanya mengenai seleksi anggota KPU, Putu mengaku tiÂdak memiliki persiapan khusus menghadapinya.
Dia menuturkan hanya perlu membuka kembali berbagai peÂraturan mengenai pemilu. Dari segi kompetensi dia merasa sudah cukup. Juga merasa memiliki baÂnyak berpengalaman untuk meÂnyelenggarakan pesta demokrasi.
Menurut Putu, selain kemamÂpuan praktis, kemampuan segi teoritis harus diasah kembali. TerÂutama mengenai konsep daerah pemilihan (dapil), konsep sistem pemilu dan peraturan perundang-undangan.
“Saya hanya melakukan penÂdaÂlaman kemampuan teoritis saja, karena ternyata dalam tes komÂpetensi itu semua ditaÂnyaÂkan. Selebihnya hanya menjaga fisik agar tidak sakit,†ujarnya.
Putu mengaku sangat ikhlas daÂlam menerima keputusan seÂlekÂsi nanti, “Posisi saya ikhlas baÂnget, kalau negara menganggap saya masih cukup layak dan bisa memberikan kontribusi kepada bangsa dan negara, saya berÂterima kasih.â€
Putu bercerita, jika negara melÂihat dirinya selama menjadi angÂgota KPU cukup bagus dengan menjaga integritas dan komitÂmen, dia berjanji akan akan menÂjaga kompetensi itu.
“Buat saya bekerja apapun haÂrus bermanfaat untuk orang baÂnyak dan buat saya di KPU secara ekonomi sudah cukup,†katanya sambil tersenyum.
Dia menilai kehormatan lebih mahal dari apapun yang ada di dunia. Karena kehormatan itulah yang diharapkan komunitas maÂsyarakat Bali.
“Saya tidak mewakili diri senÂdiri, tetapi mewakili komunitas saya sebagai orang Bali di InÂdoÂnesia dan mereka berharap baÂnyak saya bisa menjaga citra seÂbaÂgai orang Indonesia yang keÂbetulan lahir sebagai orang Bali,†ungkapnya.
Putu melihat dukungan itu sering menjadi beban. Kedua orang tua yang selalu mengÂingatÂkannya untuk tidak melakukan hal buruk yang bisa merusak citra masyarakat Bali.
Sambil memandang ke atas, Putu mengatakan dari sisi keÂyaÂkinan ada dua hal yang sangat diÂyakininya, yakni konsep hukum karma dan reinkarnasi.
Dalam kehidupan, lanjut Putu, apa yang kita lakukan di dunia hasilnya pasti akan kita terima dengan langsung. “Kebetulan saya sudah merasakan manÂfaatÂnya betul. Jadi saya percaya itu.â€
Putu mengaku, selama ini dia tidak pernah mau memakai uang kotor. Sebab dia meyakini jika anak dan istrinya diberi makan dari hasil uang kotor, maka peÂrilakunya akan buruk karena daÂrahnya telah menjadi kotor.
Jabatan KPU baginya meruÂpaÂkan jabatan terhormat yang jumÂlahnya terbatas, diperebutkan oleh 238 juta orang Indonesia.
“Orang yang ada di antara keÂtujuh anggota KPU adalah orang terhormat. Karena dia orang terhormat, maka itulah yang perÂtama-tama harus dijaga adalah integritas dan komitmen sampai akhir masa jabatan,†katanya.
Putu mengungkapkan, saat melakukan tes psikologi dirinya sempat dicurigai Tim Seleksi kaÂrena hanya memanfaatkan jaÂbaÂtan KPU sebagai batu loncatan.
Dengan tegas Putu bersumpah dirinya tak pernah terbersit itu dibenaknya. Ia siap sewaktu-wakÂtu pulang kampung jika diÂanggap sudah tak berguna.
Di Bali, Putu bisa membuat yaÂyaÂsan untuk membantu meÂnyeÂkolahkan anak-anak miskin dan telantar di Bali.
“Menurut saya membuat yaÂyasan sama mulianya menjadi keÂtua KPU. Pantang bagi saya jaÂbatan KPU hanya dijadikan batu loncatan,†tegasnya.
Wah, Komisioner Baru Perlu Adaptasi 8 Bulan
Tiga anggota KPU mengikuti seÂleksi calon anggota KPU peÂriode 2012-2017. Kritikan dan duÂkungan terhadap mereka pun bermunculan.
I Gusti Putu Artha, anggota KPU yang mendaftar lagi tak amÂbil pusing dengan kritik yang diÂtujukan kepada mereka. Ia berÂtekad mengikuti setiap tahapan seleksi.
Pria yang akrab disapa Putu meÂnganggap mengurusi peÂnyeÂlenggaraan pemilu merupakan peÂkerjaan yang enjoy.
Selain itu, jabatan seperti yang saat ini ia duduki memiliki damÂpak yang sangat besar bagi maÂsyarakat Indonesia.
“Saya ingin pekerjaan ini kaÂrena efek yang luar biasa bagi keÂhidupan masyarakat, makanya saya mau mencalonkan lagi ke sini,†ungkapnya.
Menurut Putu, banyak pekerÂjaan KPU yang belum tuntas. Untuk menuntaskannya harus ada orang lama yang duduk di KPU. Juga untuk kepentingan regenerasi.
“Tidak seperti halnya ketika kita semuanya masih baru. Saat itu seluruh anggota KPU buÂtuh penyesuaian delapan bulan.â€
Putu menceritakan pengÂaÂlaÂman dirinya dan komisioner lainÂnya. Di masa awal menjadi angÂgota KPU, mereka belum bisa beÂkerja karena perlu melakukan penyesuaian dengan kesekjenan dan program-program yang ada.
“Kalau ada orang lama, tenÂtuÂnya ada yang memandu proses ini dengan cepat, agar adaptasinya tiÂdak lama,†ungkapnya.
Putu menuturkan, dirinya berÂmimpi seluruh persoalan yang semÂpat muncul dari sisi regulasi dan kompetensi dapat selesai tahun ini.
Sebab itu, dia merasa perlu unÂtuk mencalonkan kembali menÂjadi anggota KPU. Dalam panÂdangannya, di lembaga ini harus ada orang yang benar-benar meÂngerti permasalahn, punya komÂpetensi, berpengalaman dan yang terpenting adalah memiliki integÂritas, “Saya merasa adalah bagian dari itu, maka saya meÂnÂcalonkan diri,â€
Saat ditanya apakah dirinya tiÂdak takut dijegal saat fit and proÂper test di DPR, Putu yakin lolos karena memiliki kemampuan unÂtuk menjadi anggota KPU. “KaÂlau ada penilaian politik yang berÂbeda, saya serahkan penilaiannya pada DPR,†kaÂtanya.
Belum Dites, Sudah Dianggap Gagal
Nama tiga komisioner, I Gusti Putu Artha, Saut Hamongan Sirait dan Sri Nuryanti berada di antara 106 nama calon yang dinyatakan lulus seleksi adÂministrasi calon anggota KPU periode 2012-2017. Mereka berÂÂhak melaju ke tahapan seÂleksi selanjutnya, yaitu tangÂgaÂpan masyarakat terhadap para calon ini.
Para komisioner itu disorot karena penyelenggaraan PemiÂlu 2009 dianggap amburadul dan banyak terjadi kesalahan. BunÂtutnya, mereka dianggap tak sukses menyelenggarakan pesÂta demokrasi lima tahunan itu.
Beberapa anggota Komisi II DPR mengancam akan menÂcoret nama-nama incumbent yang kembali ikut seleksi calon anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Menurut anggota Komisi II Arif Wibowo, DPR memiliki hak untuk mengembalikan nama-nama yang diserahkan Tim Seleksi Calon Anggota KPU pada saat pelaksanaan uji kelayakan dan kepatutan.
“Mengembalikannya hanya sebagian, bukan semua nama dan pada saat fit and proper test, bukan pada saat Timsel (tim seleksi) menyampaikan lapoÂran. Sebab, DPR tidak bisa meÂngintervensi, hanya mengetahui sejauh mana apa yang dilaÂkuÂkan Timsel, termasuk instruÂmen apa yang digunakan sebaÂgai metode rekrutmen,†ujarnya di gedung DPR.
Politikus dari FPDIP itu meÂnyatakan, kemungkinan besar nama-nama seperti I Gusti Putu Artha dan Sri Nuryanti akan diÂkembalikan kepada pemerintah. Sebab, mereka merupakan angÂgoÂta KPU yang terlibat dalam PeÂmilu 2009 yang dinilai sebaÂgai pemilu paling karut marut dalam sejarah pemilihan umum di Indonesia.
Adapun nama Saut Sirait masih bisa dipertimbangkan meÂngingat yang bersangkutan belum tercatat sebagai anggota KPU saat penyelenggaraan pemilu.
“Tapi bukan berarti kami mendukung Saut karena kami juga harus obyektif. Untuk Putu Artha dan Sri Nuryanti terlibat pada Pemilu 2009. Sebenarnya hal ini kembali pada diri mereka sendiri. Sebab, mereka bagian dari yang gagal. Bahkan, PanÂsus DPR saat itu merekoÂmenÂdasikan untuk pemberhentian kok mereka nekat nyalon lagi,†papar Arif.
Anggota Komisi II dari FrakÂsi PKB, Malik Haramain meÂnamÂbahkan, pihaknya sebenarÂnya berharap anggota KPU inÂcumbent tidak mencalonkan diri kembali karena sudah dianggap gagal. “Seharusnya tugas ini diÂberikan pada orang yang tepat dan mampu,†katanya.
Pihak di luar parlemen sedikit membela komisioner yang ikut seleksi KPU. Ketua Umum ParÂtai Gerindra, Suhardi tidak memÂÂpermasalahkan anggota KoÂmisi Pemilihan Umum (KPU) yang kembali mencaÂlonÂkan diri seÂbagai komisioner untuk periode yang akan datang.
Namun, ada catatan yang harus ditekankan kepada para calon incumbent tersebut. “CaÂlon incumbent diharapkan tidak mengulangi kesalahan-keÂsalahan KPU pada Pemilu 2009,†katanya.
Seperti diketahui, pada PeÂmilu 2009 yang dianggap masih jauh dari sempurna itu, tahapan demi tahapan seolah diperÂmaÂsaÂlahkan banyak pihak, mulai masalah daftar pemilih tetap, berbagai kecurangan saat pelakÂsanaan pemilihan, hingga reÂkaÂpitulasi suara.
Menurut Suhardi, hal tersebut hendaknya menjadi pemÂbeÂlaÂjaran bagi calon-calon inÂcumÂbent tersebut agar bisa langsung memahami sistem penyeÂleÂngÂgaraan pemilu. [Harian Rakyat Merdeka]
BERIKUTNYA >
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.