RMOL. Renovasi ruang rapat Badan Anggaran (Banggar) DPR terus berjalan walaupun banjir protes. Renovasi yang menelan biaya sampai Rp 20 miliar itu sudah memasuki tahap akhir. Rencananya, akhir Januari ruangan ini sudah bisa dipakai.
“Kami ditargetkan hari Minggu besok harus sudah selesai pemÂbangunan ruangan ini. Karena habis ini, ruangan akan diÂberÂsihkan dan dipasangkan sistem IT oleh pihak lain,†kata seorang pekerja yang ditemui Rakyat Merdeka.
Pria yang berbicara dengan logat Jawa ini mengatakan meÂreÂka diberi target untuk menyeÂleÂsaiÂkan ruang rapat Banggar ini dalam waktu satu bulan.
“AlÂhamÂdulillah kami bisa selesaikan ruangan ini sesuai target yang diberikan,†tutur pria berambut keriting itu.
Untuk mengejar tenggat waktu itu, kontraktor mengerahkan 100 pekerjaan. Pengerjaan dilakukan sejak pagi sampai tengah malam. Para pekerja dibagi menjadi menÂjadi beberapa shift.
Setelah renovasi memasuki taÂhap akhir, jumlah pekerja diÂkuÂrangi. Pengurangan pekerja diÂlaÂkukan sejak pekan lalu. “MungÂkin yang tersisa tidak lebih dari 20 orang saja. Sisanya sudah pada pulang ke kampung masing-mÂaÂsing di daerah Jawa Tengah sana,†terangnya.
Rakyat Merdeka mengintip ruangan rapat Banggar yang terÂletak di lantai dua gedung NuÂsanÂtara II DPR. Ruangan ini berÂhaÂdapan dengan ruang rapat Komisi III. Bagian samping bersebelahan dengan ruang rapat Komisi I.
Ruangan ini memang diÂperÂuntukkan bagi tempat rapat BaÂdan Anggaran. Tapi selama ini tak pernah digunakan.
Ruangan ini lebih sering dipaÂkai oleh rapat-rapat Panitia Kerja (Panja) yang ada di Banggar. Hasil kerja Panja lalu dibawa ke Banggar untuk dibahas. Rapat pembahasan dilakukan di lantai dasar gedung Nusantara I.
Dua pekerja sedang sibuk meÂmasang list panjang yang terbuat dari alumunium. Listi itu dipaÂsang persis di bawah tulisan “Ruang Sidang Banggar DPR RI†yang terbuat dari dari logam warna silver.
Seorang pria yang terlihat seÂperti mandor tampak mengawasi dua pekerja yang sedang meÂmasang list itu. Ia memerintahkan pekerja yang sedang istirahat di sudut ruangan untuk agar memÂbersihkan sisa cat dan dempul yang jatuh ke lantai.
“Sisa cat dan dempul yang ada di ruang tunggu tamu dan ruang kerja pimpinan dibersihkan. Nanti kalau lengket akan susah dibersihkan,†perintah pria yang mengenakan batik warna coklat.
Perintah itu langsung dijalanÂkan pekerja yang bergegas menuÂju ruang tamu dan ruang pimÂpinan Banggar.
Di sini, ada empat ruangan yang dipakai untuk keperluan Banggar. Selain ruang rapat, ada ruang tamu yang berukuran 3x3 meter, ruang kerja pimpinan dan ruang balkon yang berukuran 7x4 meter.
Ruang rapat dilengkapi furnitur mewah. Furnitur itu masih dibungkus plastik. Ruangan ini akan diisi 200 kursi dengan warna kulit hitam. Meskipun hanya dilapisi busa tipis, saat diduduki kursi itu terasa cukup empuk. Seperti ada pegas di dalamnya.
Kabarnya, kursi ini harganya mahal karena diimpor dari JerÂman. Di belakang kursi yang maÂsih dibungkus plastik ini terdapat stiker bertuliskan “PT Dekorindo Selebytra NUGâ€. Di stiker itu juga tercantum alamat perusaÂhaan itu yakni di Plaza 3 Pondok Indah Blok C, Jalan Simatupang, Jakarta Selatan.
Selain kursi, juga ada meja yang diletakkan memanjang berÂhadap-hadapan dengan kursi. MeÂja ini bagian atasnya terdapat kaca putih dan seluruh bagiannya terbuat dari serat kayu yang diÂpres. Meja ini berwarna cokelat.
Bagian lantai ruangan dilapisi oleh karpet warna abu-abu deÂngan motif garis merah. KaÂbarÂnya, penutup lantai ini bermerek Milliken yang merupakan karpet berkualitas wahid. Konon harÂgaÂnya mencapai Rp 5 juta per meter persegi.
Perlengkapan lain yang meÂnambah kemewahan ruangan yang berukuran 10x10 meter ini adalah perangkat elektronik. Ada 3 televisi raksasa (LCD TV Wall) yang diletakkan di sudut-sudut ruangan.
Sebuah LCD TV Wall dibentuk oleh 12 monitor layar datar yang masing-masing berukuran 46 inchi. Jika menampilkan tayaÂngan, LCD TV wall itu akan menÂjelma jadi televisi raksasa.
Tak hanya perlengkapan elekÂtroÂnik, ruangan ini juga dilengÂkapi dengan lampu-lampu yang jumlahnya mencapai ratusan. Hebatnya, terang dan gelapnya cahaya yang dipancarkan lampu-lampu itu bisa diatur dengan remote control.
Di sebelah kanan ruangan rapat terdapat dua ruangan yang tidak begitu besar yang posisinya saÂling berhadap-hadapan. Sebelah kiri digunakan untuk ruang tunggu tamu. Sementara ruangan di seberangnya untuk ruang kerja pimpinan Banggar.
Dinding dan lantai kedua ruangan ini tidak berbeda dengan yang ada di ruang rapat. Hanya di kedua ruang ini, kursinya tyak berwarna hitam dan berbentuk memanjang ke atas. Pada dua ruangan ini, kursinya model sofa berwarna coklat. Sofa ini masih dibungkus plastik.
Furnitur yang akan melengkapi keÂdua ruangan belum ditata. “BeÂlum ada perintah untuk menata ruangan ini. Kami hanya dituÂgasÂkan untuk bersih-bersih saja. Yang pertama, membersihkan kurÂsi dan meja dari debu,†tutur seorang perempuan cleaning service yang sedang melap meja di ruang kerja pimpinan Banggar.
Di bagian atas ruangan rapat ini, terdapat balkon yang berÂukuÂran sekitar 7x4 meter. Balkon ini merupakan ruangan yang diÂperÂgunakan untuk media dan maÂsyarakat yang ingin menyaksikan proses pembahasan rapat.
Berbeda dengan ruangan rapat, kesan kemewahan tidak terlihat di balkon ini. Kursi berwarna hitam dengan lapisan tempat duduknya yang berwarna merah diletakkan memanjang tanpa dilengkapi meja. Namun peÂneÂrangan, lampu yang ada di balkon ini juga sama dengan yang ada di ruangan rapat.
Jasa Konsultasi Habiskan Rp 800 Juta
Selain biaya pengerjaan dan pembelian perlengkapan, jasa konsultasi untuk renovasi ruang rapat Banggar DPR juga menyeÂdot biaya besar. Untuk jasa koÂnÂsultasi, pihak Setjen DPR mengÂgunakan dua perusahaan dengan biaya hampir Rp 800 juta.
Berdasarkan rincian biaya reÂnoÂvasi ruang rapat Banggar DPR yang dirilis pihak Setjen DPR untuk jasa konsultasi terdiri dari dua jenis, yakni konsultan peÂrenÂcana dan konsultan pengawasan.
Untuk konsultan perencana, pemenang tendernya adalah PT Gubah Larang dengan nilai konÂtrak sebesar Rp 565.000.000. PeÂmenang tende ditetapkan pada 12 September 2011. Sementara tender pengawasan dimenangkan PT Jagat Rona SeÂmesta. Nilai kontraknya Rp 234.390.000. Jadi biaya yang diÂkeluarkan untuk jasa konsultasi mencapai Rp 799.890.000.
Sedangkan tender untuk pelakÂsana pekerjaan dimenangkan PT Pembangunan Perumahan (PerÂsero). SPMK untuk pekerjaan ini terbit pada tanggal 14 NoÂvemÂber 2011 dengan durasi samÂpai deÂngan 31 Desember 2011. Nilai konÂtraknya menÂcaÂpai Rp 19.995.000.000.
Sekretaris Jenderal DPR Nining Indra Saleh mengatakan, untuk mendapatkan pemenang pelaksana pekerjaan, tender terpaksa harus diulang. Tender pertama dilaksanakan pada 29 September 2011 dengan diikuti 11 perusahaan.
Namun, pada saat pembukaan penawaran, hanya ada satu peÂruÂsahaan yang ikut serta, seÂhingga berdasarkan Perpres Nomor 54 tahun 2010 tender dinyatakan gagal. Oleh sebab itu, tender peÂlaksana pembangunan digelar kembali. Tender ulang dilakukan pada 13 Oktober 2011. Ada 13 perusahaan yang mendaftar. SeÂmentara yang memasukkan ÂpÂeÂnawaran hanya 3 perusahaan.
Dari tiga perusahaan itu, dua di antaranya dinyatakan tidak lenÂgÂkap administrasinya, yaitu PT Lince Roauli Raya dan PT Panca Megah Parkasa. Sehingga secara kelengkapan dokumen dan teknis PT Pembangunan Perumahan dinyatakan sebagai pemenang.
“Sekali lagi, ini ada konsultan perencana, harga-harga ini sudah ada standarnya. Kita serahkan ke yang profesional,†kata Nining di Gedung DPR, Jakarta (11/1).
Menyikapi hal tersebut, pimÂpinan DPR merasa kurang puas dengan penjelasan yang dilaÂkuÂkan Setjen DPR. Karena angÂgaÂran sebesar Rp 20,7 miliar diangÂgap tidak masuk akal untuk meÂngerjakan proyek ruangan yang hanya berukuran 10 x 10 meter persegi.
“Saya terkejut karena itu kami tidak tahu dengan model yang terkesan mewah. Itu tidak tepat apalagi anggaran sampai menemÂbus sekian miliar,†kata Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso.
Menurut politikus Golkar ini, anggaran yang digunakan untuk renovasi ruangan rapat Badan AngÂgaran itu dinilai tidak tepat. SeÂjauh mana penggunaan angÂgaÂran itu digunakan sesuai kebutuhan.
Kekesalan juga disampaikan Ketua DPR Marzuki Alie. Politisi Demokrat meminta agar pihak Kesetjenan DPR bisa menjelasÂkan secara rinci anggaran yang teÂlah memperburuk citra DPR ini.
“Tidak ada alasan Setjen untuk tidak membuka hal itu. Tidak ada rahÂasia negara dalam proyek di DPR, apalagi jika ini menyangkut penggunaan anggaran negara. Setjen harus buka itu kalau proÂseÂdurnya dijalankan. Ini meÂnyangÂkut pelaksanaan Undang-undang Nomor 14 tahun 2008 tenÂtang KIP dan transparansi yang kita canangkan bersama,†ujar Marzuki Alie.
Bekas sekjen Partai Demokrat mengatakan dirinya sudah meÂminta BPK untuk mengaudit seÂluÂruh proyek di DPR. Publik, haÂrus tahu, apa yang melaÂtarÂbelakangi penggunaan anggaran mencapai Rp 20 miliar untuk merenovasi ruangan nganggur untuk ruangan rapat Banggar.
“Publik juga harus tahu alasanÂnya mengapa harus produk luar yang dibeli. Kenapa tidak meÂmaÂkai produk dalam negeri? Saya juga minta KPK untuk memeÂrikÂsa. Kalau ada unsur korupsinya, tindak. Renovasi ruangan Rp 20 miliar apapun alasannya sudah kelewatan. Melukai publik dan tiÂdak sensitife dengan nasib rakÂyat,†tegasnya.
“Haram Nginjak Ruangan Itu...â€
Fraksi Partai Amanat NaÂsional (PAN) menghaÂramkan anggotanya yang duduk di BaÂdan Anggaran untuk mengÂguÂnaÂkan ruang rapat bernilai Rp 20 miliar itu.
Sekjen PAN Taufik KurniaÂwan menegaskan fraksinya mengharamkan pada kadernya di Senayan untuk menggunakan ruangan Banggar tersebut. AlaÂsannya, proses renovasi ruaÂngan Banggar ini telah melukai hati masyarakat.
“Tentunya akan semakin meÂlukai hati masyarakat kalau keÂmudian kami ikut menikmati faÂsilitas ruangan Banggar terÂsebut. Karena kami menilai baÂnyak kejanggalan, Fraksi PAN sepakat tidak akan mengÂguÂnaÂkan ruangan itu,†tegas Taufik yang juga wakil ketua DPR itu.
Taufik juga setuju KPK dan BPK turun tangan. Hal ini penÂting untuk memastikan kebÂeÂnaran nilai proyek renovasi ruang rapat Banggar itu.
“Teman-teman DPR harus bijaksana dalam masalah ini. Jangan kita tidak merasa emÂpati. Ini sudah di luar nalar kita,†ujarnya.
Bagi Taufik, duit Rp 20 miÂliar hanya untuk merenovasi ruaÂngan yang luasnya 100 meÂter persegi sudah di luar nalar. Bahkan, menurutnya, kalaupun ruangan itu dilapisi dengan emas, harga Rp 20 miliar juga maÂsih lebih banyak.
“Luasnya hanya 100 meter perÂsegi. Bila dirata-ratakan berÂarti harga per meternya menÂcapai Rp 20 juta. Itu sama deÂngan harga satu kilogram emas. Andai seluruh ruang dilapisi emas, uang Rp 20 miliar itu pasÂti masih tersisa,†kritik Taufik.
Sementara itu, lima orang angÂgota DPR resmi melaporkan indikasi penyalahgunaan angÂgaran renovasi ruang Badan Anggaran (Banggar) ke KPK.
Mereka yakni Bambang SoeÂsatyo (FPG), Fachri Hamzah (F-PKS), Trimedya Panjaitan (F-PDIP), Akbar Faisal(F-Hanura), Lily Wahid (F-PKB) dan SyaÂrifuddin Suding (F-Hanura).
“Kita menyampaikan kepada KPK bahwa ada indikasi penyaÂlahgunaan anggaran Rp 20 miÂliar tersebut. Angka ini sangat tidak masuk akal,†ujar SyaÂriÂfuddin Suding.
Laporan lima anggota DPR keÂpada KPK ini tidak hanya sebatas anggaran Rp 20 miliar untuk renovasi ruang Banggar tapi juga pembangunan lahan parÂkir Rp 3 miliar dan toilet yang menelan biaya Rp 2 miliar. “Uang segitu bisa bangun geÂdung lima lantai,†ujarnya.
Pimpinan DPR Geram Sama Sekjen
Buntut dari renovasi ruang sidang Badan Anggaran, Setjen DPR Nining Indra Saleh terÂancam dipecat dari jabatannya.
Pimpinan DPR sudah komÂpak untuk untuk mengusulkan proses pemecatan Nining ke Presiden Susilo Bambang YuÂdhoÂÂyono. Ketua DPR MarÂzuki Alie membeberkan, saat ini unsur pimpinan sudah mulai gerah dengan sikap yang diÂtunjukkan Nining.
Menurutnya, Nining sebagai pejabat birokrasi tertinggi di DPR kurang bertanggungjawab terhadap hal yang sifatnya kontroversial.
“Beliau (Nining—red) itu eseÂÂlon IA. Artinya pejabat terÂtinggi di DPR. Dia tidak bisa haÂnya melempar persoalan, teÂtapi tidak ada tanggung jawab. Seolah-olah ini semua salah pihak lain, saya hanya sebagai pelaksana. Kalau pelakÂsana cukup eselon III. Eselon IA itu orang yang mengambil keÂbijakan, menegur kalau di bawahnya tidak benar,†jelas Marzuki.
Karena itu, kata dia, piÂmÂpiÂnan DPR memberikan teguran keras terhadap Nining. Teguran itu dalam tertulis.
Tak hanya itu, lanjutnya, pimÂpinan DPR akan menguÂsulÂkan pencopotan Nining. “MaÂyoÂritas pimpinan mereÂkoÂmenÂdasikan untuk memecatnya. Kalau semua pimpinan sepakat untuk mengganti, yah kita ganti. Kalau pimpinan usulkan (pemecatan), jadi barang itu,†ucapnya.
Ketua Fraksi PDIP Tjahjo KuÂmolo setuju kalau Nining dipeÂcat dari jabatannya. Untuk merealisasikan rencananya tersebut, menurut Tjahjo, pimÂpinan dewan cukup mengÂguÂnaÂkan hak mengusulkan perÂganÂtian Setjen DPR saja.
“Ini hal biasa, pimpinan punya hak untuk mengusulkan seorang Sekjen DPR diganti dari jabatannya. Saya menduÂkung usulan ini kalau benar akan dilakukan pimpinan,†ujar Tjahjo.
Namun, lanjutnya, bukan haÂnya Sekjen DPR saja yang diÂusulkan agar diganti. Pimpinan DPR, kata Tjahjo, perlu juga meÂlakukan reformasi di tataran Sekretariat Jenderal dan meÂngeÂvaluasi Badan Urusan Urusan Rumah Tangga (BURT).
“Ketua DPR harus segera usulÂkan reformasi Setjen DPR. Kalau perlu minta perwira tingÂgi TNI bintang dua sebagai SekÂjen DPR. BURT harus segera evaluasi seluruh perencanaan pemÂÂbangunan di lingkungan DPR,†ujar Sekjen PDIP ini. [Harian Rakyat Merdeka]
BERIKUTNYA >
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.