Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Waspadai Flu Burung, Unggas Di-sweeping

Warga Sunter Meninggal Mendadak

Rabu, 11 Januari 2012, 09:01 WIB
Waspadai Flu Burung, Unggas Di-sweeping
ilustrasi, Waspadai Flu Burung

RMOL. Telepon genggam Yuli Absari berdering. Pegawai Suku Dinas Peternakan dan Perikanan Kota Jakarta Selatan ini lalu mengangkatnya. Percakapan pun terjadi. Cukup lama sekitar 15 menit.

Dalam percakapan itu sempat menyinggung soal unggas. No­mor telepon genggam Yuli me­mang dijadikan salah satu hotline bagi warga Jakarta Selatan yang ingin melaporkan dugaan kasus flu burung.

Namun hingga kemarin belum ada laporan kasus flu burung yang masuk ke Posko Pengaduan Suku Dinas Peternakan dan Pe­r­ikanan Kota Jakarta.

“Ada beberapa warga yang te­lepon memberitahukan banyak unggas di daerah mereka. Umum­nya, mereka khawatir dengan keberadaan unggas-unggas itu dan meminta Pemda meme­rik­sa­nya,” kata Yuli.

Kasus flu burung kembali jadi mo­mok. Belum lama, Puguh Dwi Yanto (23), seorang warga Sunter, Jakarta Utara meninggal dunia. Se­belum meninggal, dia me­nun­j­uk­kan gejala terjangkit flu burung.

ASR (5), keponakan yang sempat kontak dengan Puguh menjalani pemeriksaan untuk memastikan apakah dia terjangkit virus flu burung atau tidak.

Mengantisipasi kembali merebaknya wabah flu burung, Dinas Kelautan dan Perikanan DKI Jakarta menyiagakan enam Posko Pengaduan. Posko itu dibentuk di Suku Dinas di enam wilayah Jakarta.

“Dengan adanya enam pos pe­ngaduan ini, kami bisa be­rgerak lebih cepat melakukan pe­na­nga­nan, antisipasi, penyembuhan, dan pencegahan penyebaran virus flu burung,” kata Kepala Dinas Kelautan dan Pertanian DKI Ja­karta Ipih Ruyani.

Ia mengimbau warga yang me­nemukan unggas mati mendadak di wilayahnya agar tidak segan me­nelepon pos pengaduan. La­poran segera ditindaklanjuti de­ngan mengirim petugas untuk me­ngambil sampel dan peme­rik­saan lebih lanjut terhadap lin­g­ku­ngan tersebut.

Tak hanya itu, warga yang me­ngetahui ada orang yang me­n­da­dak setelah kontak langsung de­ngan unggas juga bisa melapor ke Posko Penga­duan. “Jika warga me­nangkap gejala panas tinggi pada anggota keluarganya. Se­baiknya segera bawa ke rumah sakit,” kata Ipih.

Posko Pengaduan Flu Burung Suku Dinas Peternakan dan Per­ikanan Kota Jakarta terletak di lantai 12 Gedung A, Kompleks Wali Kota Jakarta Selatan.

Di lantai ini, Dinas Peternakan dan Perikanan berbagi ruangan de­ngan Dinas Pertanian dan Per­hu­tanan. Keluar lift, dua ruangan kedua Dinas itu tertutup pintu berwarna coklat.

Masuk ke dalam Dinas Peter­na­kan dan Perikanan, tak ada petunjuk mengenai keberadaan Posko Pengaduan Flu Burung. Pamflet mengenai penyakit me­matikan itu juga tak terlihat.

Yang terlihat hanyalah ruang kerja yang dipenuhi meja kerja yang ditata berderet membentuk barisan panjang.

Saat ditanya mengenai Posko Pengaduan, seorang pegawai perempuan yang mengenakan jilbab lalu menunjuk kepada Yuli Absari. “Ibu Yuli itu Kepala Seksi Peternakan yang ditugaskan me­nangani soal Posko Flu Burung,” kata dia.

Yuli Absari yang mengenakan pakaian dinas berwarna coklat dengan kerudung merah mem­be­nar­kan dirinya yang bertugas me­layani pengaduan masyarakat soal flu burung.

Lalu di mana poskonya? “Se­cara fisik posko itu memang tidak ada. Dan seluruh wilayah yang juga dijadikan posko pengaduan flu burung juga tidak membuat pos­ko dalam arti fisik,” tutur Yuli.

Pengertian posko itu, kata Yuli, hanya instruksi langsung dari Gu­bernur Jakarta agar setiap wi­la­yah selalu waspada terhadap pe­nyebaran virus flu burung.

Salah satu bentuk kewas­pa­da­an menghadapi wabah ini yakni membuka saluran informasi bagi warga yang ingin melapor soal penyebaran flu burung.

Menurut Yuli, warga tidak per­lu repot-repot langsung datang ke kantor Dinas untuk melaporkan dugaan flu burung. Cukup meng­hubungi nomor yang tertera di masing-masing wilayah saja.

“Jadi saat ini, kami merasa be­­lum perlu untuk membuat pos­ko khusus untuk laporan flu bu­rung. Kalau ada warga yang mau lapor silakan datang atau telepon saja, kami akan tindak­lanjuti,” jelas Yuli.

Hal senada juga disampaikan Nur Hasan, Kepala Seksi Penga­wasan dan Pengendalian Suku Dinas Peternakan dan Perikanan Jakarta Selatan.

Menurut dia, wilayah Jakarta Selatan masih relatif aman dari wabah penyebaran flu burung. “Dari tahun 2010 hingga se­ka­rang, kami belum menemukan adanya kasus flu burung di wi­layah Jakarta Selatan. Tapi kami tetap waspada akan bahaya pe­nye­barannya,” ujar Hasan.

Hasan mengatakan, sejak adanya instruksi membuat posko, pihaknya langsung bergerak. Selain menunggu laporan dari masyarakat, pihaknya juga terjun langsung ke lapangan.

Misalnya, mendatangi kawa­san Tebet yang dilaporkan ba­nyak terdapat unggas peliharaan. “Tadi (kemarin—red) kami ber­hasil membakar lima kandang, me­musnahkan beberapa unggas berupa ayam dan burung mer­pati,” ujar Hasan.

Rencananya, Rabu pihaknya akan menyisir kawasan Jati­pa­dang, Jagakarsa dan Lenteng Agung untuk mencari unggas-unggas peliharaan. Posko Penga­duan Flu Burung di Suku Dinas Kelautan dan Per­ikanan Jakarta Pusat juga belum menerima lapo­ran mengenai flu burung.

Hingga kemarin baru satu lapo­ran yang masuk lewat telepon. “Itu pun bukan laporan soal ada du­gaan flu burung, melainkan per­mintaan agar Pemda menda­ta­ngi beberapa lokasi di warga yang masih memiliki banyak ung­gas di rumahnya,” jelas Ida, pe­gawai Dinas Kelautan dan Per­ikanan yang nomornya dipakai sebagai pusat informasi.

Petugas Datang, Kandang Sudah Dikosongkan

Wilayah Jakarta sebenarnya tertutup bagi enam jenis unggas. Tapi masih banyak warga yang bandel memeliharanya. Sehingga ibukota tetap rawan penyebaran virus flu burung.

“Dalam Perda disebutkan ka­lau ada enam unggas yang dil­a­rang untuk dipelihara. Yakni Ayam, Itik, Soang, Entok, Bu­rung Dara dan Buruh Puyuh,” ujar Kepala Seksi Pengawasan dan Pengendalian Suku Dinas Pe­ternakan dan Perikanan Jakarta Se­latan, Nur Hasan.

Perda yang dimaksud yakni No­mor 4 Tahun 2007 tentang Pe­ngendalian, Pemeliharaan dan Peredaran Unggas di Jakarta. Ka­rena itu, kata Hasan, kalau masih ada yang memelihara unggas yang sudah dilarang, harus siap bila sewaktu-waktu di-sweeping petugas. Warga yang unggasnya dimusnahkan tak akan mendapat ganti rugi.

Namun menurut Hasan, pihak­nya belum sampai tahap itu. Saat ini, masih mengimbau kepada warga agar tak memelihara ung­gas yang dilarang.

Bila imbauan ini tak digubris, pihaknya akan memberikan surat peringatan. “Tapi kalau warga ma­sih bandel dan ada dugaan ung­gas yang dipeliharanya mem­ba­hayakan, akan langsung di­mus­nahkan. Hewan dipotong dan bangkainya di kubur, sementara ba­rang-barang yang ada di seki­tar­nya akan dibakar,” tegas Hasan.

Hasan mengungkapkan, sela­ma melakukan sweeping kan­dang unggas di sejumlah wilayah ke­rap bersitegang dengan warga. Warga menolak hewan peli­ha­ra­an­nya diambil dan dimusnahkan.

Hasan pun kerap berhadapan de­n­gan pejabat yang ternyata me­miliki hobi memelihara unggas yang rawan terjangkit flu burung.

“Misalnya saat sweeping bu­rung Dara, ada pemiliknya tokoh terkenal atau pejabat tinggi ke­polisian dan TNI. Kalau sudah be­gitu, kami serba salah,” tutur pria berkacamata ini.

Warga, kata Hasan, juga kerap kucing-kucingan dengan petugas. Mereka bisa tahu bila akan dila­kukan sweeping. Sehingga me­nyembunyikan unggas peli­ha­raan­nya. Ketika petugas datang, kandang sudah kosong.

“Ini mungkin yang menjadi penyebab kenapa masih ada flu burung di Jakarta. Bersyukur wilayah kami masih relatif aman dari flu burung. Coba kalau ada kasus, mungkin aksi sweeping yang kami lakukan bisa berbeda,” ujarnya.

Indonesia Belum Bebas Flu Burung

Tak mau kecolongan, Ke­men­terian Kesehatan membentuk tim untuk menangani kasus flu bu­rung yang diduga kembali mewabah.  Sebelumnya, se­orang warga Jakarta Utara di­kabarkan meninggal dengan ge­jala-gejala mengidap penyakit flu burung.

Wakil Menteri Kesehatan, Ali Gufron Mukti, mengatakan pi­hak­nya ingin melakukan pena­nga­nan yang lebih profesional. Karenanya, langkah antisipatif agar flu burung tidak menular ke beberapa orang atau bebe­ra­pa tempat perlu segera dilakukan.

“Kita dengan tim-tim yang sudah ditunjuk bergerak lebih efektif dan efisien untuk me­na­ngani flu burung,” ujarnya.

Dalam kasus penyebaran flu burung ini, dia mengimbau agar masyarakat lebih peduli dengan melakukan pencegahan sejak dini. Tujuannya tidak lain agar agar flu burung tidak mewabah dan menjalar ke daerah lainnya.

Ali juga mengatakan pihak­nya sudah berupaya untuk me­nangani dan mencegah agar flu burung tidak menjalar ke orang lain dan daerah lain. “‘Sumber-sum­ber penularan kita upaya­kan untuk ditangani. Nah, kalau sudah kena, rumah sakit sudah kita siapkan,” katanya.

Menteri Pertanian Suswono menegaskan kalau sampai hari ini Indonesia memang belum se­penuhnya bebas dari flu bu­rung, termasuk Jakarta. Me­nu­rut cata­tan kementeriannya, baru satu provinsi saja yang bisa dikatakan sudah aman dari virus H5N1.

“Kalau tidak salah baru satu provinsi yang bebas dari flu bu­rung itu yakni wilayah Maluku Utara sana,” tegasnya di Jakarta kemarin.

Karena itu, dia memerin­tah­kan bawahannya untuk me­la­ku­kan pemantauan ke wilayah-wi­layah yang rawan terjangkit vi­rus ini. Seluruh Dinas Peter­na­kan dan juga Dinas Kesehatan harus diminta waspada.

Suswono mengaku khawatir dengan adanya indikasi secara global kemungkinan untuk pe­nu­laran antar manusia meski­pun hal tersebut belum benar-benar valid. “Ini warning saja, kemungkinan bisa terjadi dan inilah yang sedang kita pantau,” katanya.

Seperti diketahui, kasus flu bu­rung kembali menyerang war­­ga Jakarta. Puguh Dwi Yanto (23) warga Sunter Agung, Tan­jung Priok, Jakarta Utara me­ninggal pada 7 Januari lalu. Ia di­deteksi positif mengidap vi­rus H5N1 setelah kontak de­ngan burung merpati peliharaannya.

Ini sudah ditegaskan Kepada Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Dien Emmawati, yang menya­ta­kan Puguh meninggal karena suspect flu burung. Sebelum me­ninggal, korban sempat me­ngalami demam dengan kondisi suhu badan panas tinggi pada malam pergantian tahun baru.

Flu burung atau avian inf­luen­za adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus H5N1 yang biasanya men­jang­kiti burung dan mamalia. Virus ini dapat menular melalui udara atau pun kontak makanan, mi­nu­man dan sentuhan. Namun virus ini akan mati dalam suhu yang cukup tinggi. [Harian Rakyat Merdeka]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA