Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

300 Kg Paku Ditebar Di Jalan-jalan Jakarta

Pengendara Diminta Waspada

Senin, 09 Januari 2012, 08:53 WIB
300 Kg Paku Ditebar Di Jalan-jalan Jakarta
ranjau paku

RMOL. Dua karung putih yang sudah disobek memanjang dihamparkan di perempatan Jalan KH Hasyim Asyari, Jakarta Pusat. Di atas karung  itu diletakkan paku dari berbagai ukuran hingga membentuk tiga gundukan yang cukup tinggi.

Di situ juga dipajang beberapa botol air mineral ukuran besar. Isinya juga paku. Ukurannya 3 dan paku yang kebanyakan berukuran 3 dan 5 cm. Paku-paku itu sudah berwarna kecokelatan karena diselimuti karat.

“Paku-paku ini kami dapat setelah melakukan operasi di se­jumlah titik jalan di ibu kota sejak Agustus 2011. Jumlahnya ketika kami timbang mencapai 300 kilo atau 3 kuintal,” jelas Sis­wanto, seorang pria berbadan tinggi yang jongkok persis di sebelah tumpukan paku.

Siswanto merupakan Ketua Sapu Bersih Ranjau Paku (Saber) Community. Komunitas ini di­bentuk untuk membersihkan paku-paku yang diduga ditebar di beberapa jalanan di Jakarta.

Walaupun komunitas ini baru berdiri 6 Agustus 2011, beberapa anggotanya termasuk Siswanto sudah membersihkan paku sejak dua tahun lalu.

Kemarin, Saber Community me­mamerkan hasil operasinya mereka di pinggir jalan KH Ha­s­yim Asyari yang menuju Jalan Gajah Mada, Jakarta Pusat.

Banyaknya paku-paku yang dipamerkan menarik perhatian pengendara motor yang lewat. Apalagi paku-paku itu ditaruh di dekat perempatan. Sehingga pe­ngendara yang berhenti men­ung­gu traffic light berubah warna dari merah ke hijau sejenak me­nga­lihkan pandangannya ke sini.

Beberapa pengendara sepeda motor dari dari arah Roxi menuju Jalan Gajah Mada sengaja me­lam­batkan laju kendaraannya un­tuk melihat paku-paku kerap me­ngincar mereka.  Tak sedikit yang berhenti untuk sekadar melihat dari dekat dan bertanya kepada komunitas Saber.

“Kami memang sengaja ingin menunjukan kepada para peng­gu­na jalan untuk selalu waspada saat berkendara. Mereka harus siap kalau sewaktu-waktu saat di jalan, ban mereka bocor karena me­nginjak paku yang sengaja ditebar,” kata pria yang mengaku tinggal di kawasan Daan Mogot, Jakarta Barat ini.

Darimana saja paku-paku ini berasal? Menurut pria berumur 37 tahun ini, paku-paku tersebut berasal dari beberapa titik di Jakarta Pusat dan Jakarta Barat.  Se­lama rentang waktu Agustus 2011 hingga Januari 2012, Ko­mu­nitas Saber yang kini sudah beranggotakan 20 orang kerap ber­operasi pada malam hari.

Selain jalanan sudah sepi, ke­giatan memungut paku ini tak mengganggu pekerjaan para anggota Saber.

“Tidak semua anggota kami itu pengangguran, sopir atau tukang ojek. Ada beberapa anggota yang juga pekerja kantoran. Makanya kami lebih sering beroperasi pada ma­lam hari, setelah jam pulang kerja,” jelas pria yang mengaku be­kerja di sebuah pabrik ini.

Biasanya, komunitas ini bisa bisa mengumpulkan paku antara 1,5 hingga 2 kilogram saat ber­ope­rasi selama dua jam dari pukul 8 sampai 10 malam. Paku yang terkumpul, kemudian di­ga­bungkan hingga akhirnya men­capai 3 kuintal.

Bahkan sebelum ada gembar-gembor soal ranjau paku, sekali jalan setiap malam mereka bisa mengumpulkan 3-6 kilogram paku dengan berbagai ukuran.

“Ternyata masing-masing ka­wasan beda-beda ukuran paku­nya. Untuk Roxy, ukuran paku­nya 3-4 centimeter. Galur 2 cen­timeter, Setneg 4 centimeter,” jelas Siswanto.

Mau diapakan paku-paku ini? Menurut Siswanto, pihaknya be­lum memikirkannya. Kata dia, ke­mungkinan besar akan dijual. Ha­silnya untuk operasional komunitas.

“Saat belum terbentuk Komu­nitas Saber ini, saya yang sudah mencari paku sejak dua tahun lalu biasanya menjual paku yang ter­kumpul. Lumayan per kilo­gram yang terkumpul dibayar Rp 7.000,” katanya sambil ter­ta­wa. Menurut Siswanto, paku-paku itu bukan kebetulan ada di jalan raya. Ada orang yang se­ngaja menebarnya.  

“Lihat saja paku-paku ini, rata-rata adalah paku-paku baru ka­rena tidak bengkok dan masih ta­jam, meskipun sudah berkarat. Ber­arti memang sengaja ada jaringan yang menyebarkan paku ini hampir setiap hari,” tuturnya sambil memperlihatkan paku-paku di hadapannya.

Dengan semakin banyak yang ditebar, lanjut dia, peluang ban motor tertancap paku semakin be­sar pula. Kalau sudah begitu, tentu tukang-tukang tambal ban bakal meraup untung besar.

Betapa tidak, kalau terkena paku saat malam hari, tukang tam­bal ban seenaknya me­nen­tukan harga ganti ban dalam yang robek. Pengendara mau tidak mau harus mengeluarkan 35.000-Rp 45.000 untuk mengganti ban dalam yang kualitasnya jauh di bawah standar.

“Artinya, semakin banyak kami mendapatkan paku yang ada di jalan, peluang pengendara motor yang terkena paku jadi ke­cil. Tentunya para tukang tambal ban akan dirugikan dengan aksi kami ini,” jelasnya.

Kalau sudah begitu, lanjut dia, akan banyak pihak yang tidak senang dengan sepak terjang ko­munitas Saber. Beberapa kali ancaman dan intimidasi diterima anggota komunitas saat me­mungut paku.

“Soal ancaman sudah hal yang biasa. Bahkan, sampai ada yang mengajak berkelahi, tapi kami tidak hiraukan. Kami nggak mau menyerah, ini kan untuk kema­nusiaan,” tegasnya.

Sampai kapan aksi ini? “Se­lama jalanan di Jakarta masih di­penuhi ranjau paku, kami akan terus beroperasi. Apalagi ada informasi yang datang kalau di Jakarta Utara, Timur dan Selatan juga banyak ranjau paku. Tapi kami belum bisa ke sana karena keterbatasan anggota,” kata Siswanto.

Ban Kempes Mendadak, Patah Kaki

Kerap jadi korban ranjau paku membuat Siswanto tergerak untuk membersihkan jalan-jalan di Jakarta dari paku-paku yang diduga ditebar.

“Saya sering duduk-duduk saat malam hari di sekitar Jalan Daan Mo­got dekat Green Garden, Ja­kar­ta Barat. Banyak sekali p­e­ngen­dara motor yang mencari tempat tambal ban. Ini janggal ka­rena tak mungkin sampai be­gitu banyak pengendara yang ban­nya bocor,” tutur Siswanto.

Bahkan, dia pernah me­nyak­si­kan kecelakaan sepeda motor ha­nya gara-gara ban motornya ter­kena paku dan kempes se­ke­tika. Parahnya lagi, pengen­dara motor itu sampai menderita pa­tah tulang.

“Saya lalu membawanya ke du­kun patah tulang di Taman Kota untuk mengobati kakinya yang patah. Tapi karena tidak me­miliki uang, pengendara itu me­nitipkan KTP miliknya,” tuturnya.

Sejak itulah, Siswanto mulai men­coba menelusuri sepanjang Ja­lan Daan Mogot Jakarta Barat ter­utama yang dekat tempat ting­gal­nya untuk mencari apakah ba­nyak paku. Hasilnya, kata dia, ternyata jumlah paku yang dite­mu­kannya jauh lebih besar dari perkiraan.

Akhirnya Siswanto makin se­ring memungut paku di jalan. Ja­rak­nya pun jauh dari tempat ting­gal­nya. Dari kebiasaan ini, dia bertemu dengan beberapa orang yang sama-sama memiliki niat mulia ini. Dengan besi magnet di tangan, mereka pun janjian untuk menyusuri jalan-jalan wilayah Ja­karta Barat hingga Jakarta Pusat untuk membersihkan ranjau paku.

Lama-kelamaan, lahir keingi­nan membentuk kelompok yang diberi Ko­munitas Sapu Bersih Ranjau Paku (Saber). “Sebe­lum­­n­ya kita tidak saling kenal, ke­betulan kita punya niat dan misi yang sama untuk mem­ban­tu orang biar selamat di jalan,” tuturnya.

Dengan membentuk komunitas ini, kerja sosial mereka bisa ter­arah dan bisa saling membantu dan memudahkan rekan sesama relawan dalam aksi sosialnya. Hingga saat ini, peralatan yang di­gunakan masih sebatas lem­pe­ngan magnet bekas peralatan elek­tronik yang digunakan untuk menarik paku di jalanan.

Aksi sosial yang yang dilaku­kan Komunitas Saber tidak hanya mendapatkan respons positif dari pengguna jalan, tapi juga peme­rin­tah. Pada November tahun lalu, komunitas ini mendapatkan peng­hargaan dari Wali Kota Jakarta Barat, Burhanuddin.

Penghargaan itu merupakan stimulus karena para relawan te­lah melakukan tugas pember­dayaan masyarakat dengan baik. Burhanuddin mengaku senang de­ngan aksi ko­mu­nitas ini. Selain memberikan penghar­gaan, wali kota juga menyerah­kan bantuan peralatan yakni mas­ker, senter, jaket, dan sarung ta­ngan.


Daerah Rawan Ranjau Paku

Sejumlah pelaku kejahatan juga menggunakan ranjau paku untuk mencari mangsa. Biasanya yang diincar pe­ngendara mobil.

Pelaku menebar paku yang terbuat dari potongan rangka payung di sejumlah jalan. Paku ini memiliki lubang di bagian tengah. Tujuannya untuk mengeluarkan udara dari ban.

Bila tertancap paku jenis ini, ban akan langsung kempes. Pengendara mau tidak mau harus menepi. Saat pengendara sibuk mengganti ban, pelaku mendekati mobil dan meng­gasak barang-barang berharga yang ada di dalamnya.

Berikut ini daerah rawan ranjau paku:


Jakarta Pusat:

Jalan Majapahit

Jalan KH Hasyim Asyari

Depan Roxy

Depan Stasiun Gambir

Jalan R Soeprapto dekat Perempatan Coca Cola


Jakarta Barat:

Jalan Daan Mogot

Jalan Kyai Tapa

Jalan S Parman


Jakarta Selatan:

Jalan Sudirman

Jalan Gatot Subroto

Jalan Prof Satrio

Jalan Arteri Pondok Indah

Jalan TB Simatupang


Jakarta Utara:

Jalan Yos Sudarso

Jalan Benyamin


Jakarta Timur:

Jalan TB Simatupang

Jalam MT Haryono  [Harian Rakyat Merdeka]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA