RMOL. Dua karung putih yang sudah disobek memanjang dihamparkan di perempatan Jalan KH Hasyim Asyari, Jakarta Pusat. Di atas karung itu diletakkan paku dari berbagai ukuran hingga membentuk tiga gundukan yang cukup tinggi.
Di situ juga dipajang beberapa botol air mineral ukuran besar. Isinya juga paku. Ukurannya 3 dan paku yang kebanyakan berukuran 3 dan 5 cm. Paku-paku itu sudah berwarna kecokelatan karena diselimuti karat.
“Paku-paku ini kami dapat setelah melakukan operasi di seÂjumlah titik jalan di ibu kota sejak Agustus 2011. Jumlahnya ketika kami timbang mencapai 300 kilo atau 3 kuintal,†jelas SisÂwanto, seorang pria berbadan tinggi yang jongkok persis di sebelah tumpukan paku.
Siswanto merupakan Ketua Sapu Bersih Ranjau Paku (Saber) Community. Komunitas ini diÂbentuk untuk membersihkan paku-paku yang diduga ditebar di beberapa jalanan di Jakarta.
Walaupun komunitas ini baru berdiri 6 Agustus 2011, beberapa anggotanya termasuk Siswanto sudah membersihkan paku sejak dua tahun lalu.
Kemarin, Saber Community meÂmamerkan hasil operasinya mereka di pinggir jalan KH HaÂsÂyim Asyari yang menuju Jalan Gajah Mada, Jakarta Pusat.
Banyaknya paku-paku yang dipamerkan menarik perhatian pengendara motor yang lewat. Apalagi paku-paku itu ditaruh di dekat perempatan. Sehingga peÂngendara yang berhenti menÂungÂgu traffic light berubah warna dari merah ke hijau sejenak meÂngaÂlihkan pandangannya ke sini.
Beberapa pengendara sepeda motor dari dari arah Roxi menuju Jalan Gajah Mada sengaja meÂlamÂbatkan laju kendaraannya unÂtuk melihat paku-paku kerap meÂngincar mereka. Tak sedikit yang berhenti untuk sekadar melihat dari dekat dan bertanya kepada komunitas Saber.
“Kami memang sengaja ingin menunjukan kepada para pengÂguÂna jalan untuk selalu waspada saat berkendara. Mereka harus siap kalau sewaktu-waktu saat di jalan, ban mereka bocor karena meÂnginjak paku yang sengaja ditebar,†kata pria yang mengaku tinggal di kawasan Daan Mogot, Jakarta Barat ini.
Darimana saja paku-paku ini berasal? Menurut pria berumur 37 tahun ini, paku-paku tersebut berasal dari beberapa titik di Jakarta Pusat dan Jakarta Barat. SeÂlama rentang waktu Agustus 2011 hingga Januari 2012, KoÂmuÂnitas Saber yang kini sudah beranggotakan 20 orang kerap berÂoperasi pada malam hari.
Selain jalanan sudah sepi, keÂgiatan memungut paku ini tak mengganggu pekerjaan para anggota Saber.
“Tidak semua anggota kami itu pengangguran, sopir atau tukang ojek. Ada beberapa anggota yang juga pekerja kantoran. Makanya kami lebih sering beroperasi pada maÂlam hari, setelah jam pulang kerja,†jelas pria yang mengaku beÂkerja di sebuah pabrik ini.
Biasanya, komunitas ini bisa bisa mengumpulkan paku antara 1,5 hingga 2 kilogram saat berÂopeÂrasi selama dua jam dari pukul 8 sampai 10 malam. Paku yang terkumpul, kemudian diÂgaÂbungkan hingga akhirnya menÂcapai 3 kuintal.
Bahkan sebelum ada gembar-gembor soal ranjau paku, sekali jalan setiap malam mereka bisa mengumpulkan 3-6 kilogram paku dengan berbagai ukuran.
“Ternyata masing-masing kaÂwasan beda-beda ukuran pakuÂnya. Untuk Roxy, ukuran pakuÂnya 3-4 centimeter. Galur 2 cenÂtimeter, Setneg 4 centimeter,†jelas Siswanto.
Mau diapakan paku-paku ini? Menurut Siswanto, pihaknya beÂlum memikirkannya. Kata dia, keÂmungkinan besar akan dijual. HaÂsilnya untuk operasional komunitas.
“Saat belum terbentuk KomuÂnitas Saber ini, saya yang sudah mencari paku sejak dua tahun lalu biasanya menjual paku yang terÂkumpul. Lumayan per kiloÂgram yang terkumpul dibayar Rp 7.000,†katanya sambil terÂtaÂwa. Menurut Siswanto, paku-paku itu bukan kebetulan ada di jalan raya. Ada orang yang seÂngaja menebarnya.
“Lihat saja paku-paku ini, rata-rata adalah paku-paku baru kaÂrena tidak bengkok dan masih taÂjam, meskipun sudah berkarat. BerÂarti memang sengaja ada jaringan yang menyebarkan paku ini hampir setiap hari,†tuturnya sambil memperlihatkan paku-paku di hadapannya.
Dengan semakin banyak yang ditebar, lanjut dia, peluang ban motor tertancap paku semakin beÂsar pula. Kalau sudah begitu, tentu tukang-tukang tambal ban bakal meraup untung besar.
Betapa tidak, kalau terkena paku saat malam hari, tukang tamÂbal ban seenaknya meÂnenÂtukan harga ganti ban dalam yang robek. Pengendara mau tidak mau harus mengeluarkan 35.000-Rp 45.000 untuk mengganti ban dalam yang kualitasnya jauh di bawah standar.
“Artinya, semakin banyak kami mendapatkan paku yang ada di jalan, peluang pengendara motor yang terkena paku jadi keÂcil. Tentunya para tukang tambal ban akan dirugikan dengan aksi kami ini,†jelasnya.
Kalau sudah begitu, lanjut dia, akan banyak pihak yang tidak senang dengan sepak terjang koÂmunitas Saber. Beberapa kali ancaman dan intimidasi diterima anggota komunitas saat meÂmungut paku.
“Soal ancaman sudah hal yang biasa. Bahkan, sampai ada yang mengajak berkelahi, tapi kami tidak hiraukan. Kami nggak mau menyerah, ini kan untuk kemaÂnusiaan,†tegasnya.
Sampai kapan aksi ini? “SeÂlama jalanan di Jakarta masih diÂpenuhi ranjau paku, kami akan terus beroperasi. Apalagi ada informasi yang datang kalau di Jakarta Utara, Timur dan Selatan juga banyak ranjau paku. Tapi kami belum bisa ke sana karena keterbatasan anggota,†kata Siswanto.
Kerap jadi korban ranjau paku membuat Siswanto tergerak untuk membersihkan jalan-jalan di Jakarta dari paku-paku yang diduga ditebar.
“Saya sering duduk-duduk saat malam hari di sekitar Jalan Daan MoÂgot dekat Green Garden, JaÂkarÂta Barat. Banyak sekali pÂeÂngenÂdara motor yang mencari tempat tambal ban. Ini janggal kaÂrena tak mungkin sampai beÂgitu banyak pengendara yang banÂnya bocor,†tutur Siswanto.
Bahkan, dia pernah meÂnyakÂsiÂkan kecelakaan sepeda motor haÂnya gara-gara ban motornya terÂkena paku dan kempes seÂkeÂtika. Parahnya lagi, pengenÂdara motor itu sampai menderita paÂtah tulang.
“Saya lalu membawanya ke duÂkun patah tulang di Taman Kota untuk mengobati kakinya yang patah. Tapi karena tidak meÂmiliki uang, pengendara itu meÂnitipkan KTP miliknya,†tuturnya.
Sejak itulah, Siswanto mulai menÂcoba menelusuri sepanjang JaÂlan Daan Mogot Jakarta Barat terÂutama yang dekat tempat tingÂgalÂnya untuk mencari apakah baÂnyak paku. Hasilnya, kata dia, ternyata jumlah paku yang diteÂmuÂkannya jauh lebih besar dari perkiraan.
Akhirnya Siswanto makin seÂring memungut paku di jalan. JaÂrakÂnya pun jauh dari tempat tingÂgalÂnya. Dari kebiasaan ini, dia bertemu dengan beberapa orang yang sama-sama memiliki niat mulia ini. Dengan besi magnet di tangan, mereka pun janjian untuk menyusuri jalan-jalan wilayah JaÂkarta Barat hingga Jakarta Pusat untuk membersihkan ranjau paku.
Lama-kelamaan, lahir keingiÂnan membentuk kelompok yang diberi KoÂmunitas Sapu Bersih Ranjau Paku (Saber). “SebeÂlumÂÂnÂya kita tidak saling kenal, keÂbetulan kita punya niat dan misi yang sama untuk memÂbanÂtu orang biar selamat di jalan,†tuturnya.
Dengan membentuk komunitas ini, kerja sosial mereka bisa terÂarah dan bisa saling membantu dan memudahkan rekan sesama relawan dalam aksi sosialnya. Hingga saat ini, peralatan yang diÂgunakan masih sebatas lemÂpeÂngan magnet bekas peralatan elekÂtronik yang digunakan untuk menarik paku di jalanan.
Aksi sosial yang yang dilakuÂkan Komunitas Saber tidak hanya mendapatkan respons positif dari pengguna jalan, tapi juga pemeÂrinÂtah. Pada November tahun lalu, komunitas ini mendapatkan pengÂhargaan dari Wali Kota Jakarta Barat, Burhanuddin.
Penghargaan itu merupakan stimulus karena para relawan teÂlah melakukan tugas pemberÂdayaan masyarakat dengan baik. Burhanuddin mengaku senang deÂngan aksi koÂmuÂnitas ini. Selain memberikan pengharÂgaan, wali kota juga menyerahÂkan bantuan peralatan yakni masÂker, senter, jaket, dan sarung taÂngan.
Daerah Rawan Ranjau Paku
Sejumlah pelaku kejahatan juga menggunakan ranjau paku untuk mencari mangsa. Biasanya yang diincar peÂngendara mobil.
Pelaku menebar paku yang terbuat dari potongan rangka payung di sejumlah jalan. Paku ini memiliki lubang di bagian tengah. Tujuannya untuk mengeluarkan udara dari ban.
Bila tertancap paku jenis ini, ban akan langsung kempes. Pengendara mau tidak mau harus menepi. Saat pengendara sibuk mengganti ban, pelaku mendekati mobil dan mengÂgasak barang-barang berharga yang ada di dalamnya.
Berikut ini daerah rawan ranjau paku:
Jakarta Pusat:
Jalan Majapahit
Jalan KH Hasyim Asyari
Depan Roxy
Depan Stasiun Gambir
Jalan R Soeprapto dekat Perempatan Coca Cola
Jakarta Barat:
Jalan Daan Mogot
Jalan Kyai Tapa
Jalan S Parman
Jakarta Selatan:
Jalan Sudirman
Jalan Gatot Subroto
Jalan Prof Satrio
Jalan Arteri Pondok Indah
Jalan TB Simatupang
Jakarta Utara:
Jalan Yos Sudarso
Jalan Benyamin
Jakarta Timur:
Jalan TB Simatupang
Jalam MT Haryono [Harian Rakyat Merdeka]
BERIKUTNYA >
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.