Setelah lantai bersih, petugas cleaning service ini kemudian berÂÂsandar di dinding toilet meÂlepas lelah. “Kalau airnya sudah menggenang banyak baru dipel lagi,†kata dia.
Ade mengatakan, genangan munÂcul karena air dari toilet tak meÂngalir lancar ke saluran pemÂbuangan alias mampet. Padahal, menurut dia, toilet ini belum lama selesai direnovasi.
“Baru dua minggu lalu diÂreÂnoÂvasi total, tapi saluran airnya baÂnyak yang tidak berfungsi baik. Mungkin karena (kerjanya) boroÂngan, jadi pengerjaannya kurang maksimal,†katanya mengira-kira penyebab genangan ini.
Pria yang mengenakan kemeja warna biru ini mengatakan, setiap ada orang yang masuk toilet diÂrinya harus sigap dengan peralaÂtan mengepel.
Kalau tidak dibersihkan, genaÂngan air itu bisa menganggu keÂnyaÂÂmanan pengguna toilet. KeÂjaÂdian ini, masih menurut Ade, berÂlangsung sejak seminggu lalu dan belum ada upaya untuk diÂperÂbaikinya. “Kalau bisa seÂceÂpatÂnya. Soalnya khawatir genaÂngan air bisa semakin meninggi,†katanya.
Ade mengatakan, enam toilet di lantai dasar Gedung Nusantara 1 DPR telah direnovasi total. SeÂdangkan toilet di lantai dua ke atas belum tersentuh renovasi kaÂrena masih menunggu pengeÂceÂkan lebih lanjut.
Untuk mengetahui lebih jauh tenÂtang kondisi toilet setelah diÂrenovasi, Rakyat Merdeka meÂlihat lebih dekat kondisi toilet yang berada lorong sebelah kanan ruang rapat Badan Legislasi DPR.
Menuju ke toilet harus meleÂwati lorong selebar satu meter. Terdapat dua toilet. Di sebelah kanan untuk pria. Sebelah kiri untuk wanita.
Masuk ke dalam toilet tersedia pintu masuk yang terbuat dari kaca putih yang diburamkan. Cara membukanya dengan diÂgeÂser. Di belakang pintu masuk seÂbelah kiri tersedia ruangan seÂlebar satu meter untuk tempat wudhu. Hanya satu keran yang disediakan.
Di depan tempat wudhu, terÂdaÂpat dua wastafel yang dilengkapi dengan cermin. Tak lupa diseÂdiaÂkan tisu dan cairan sabun tangan (hand soap).
Di bagian dinding toilet dilapisi dengan batu granit warna hitam dengan pencahayaan berasal dari lampu yang diletakkan di belÂaÂkang cermin.
Empat urinoir disediakan di toilet ini. Tempat kencing ini diÂlengkapi mika yang mencegah air seni terpercik ke pakaian.
Untuk buang air besar diseÂdiaÂkan tiga bilik. Tinggi bilik sekitar dua dengan bagian atas dan baÂwah terbuka. Pintu dan dinding biÂlik terbuat dari kaca yang dicat warna putih susu.
Hanya dua bilik yang berÂfungÂsi. Satu lagi rusak. Tak ada peÂnguÂmuman mengenai kondisi kloÂset yang rusak ini. Kondisi lanÂtai toilet terlihat bersih karena petugas cleaning service selalu sigap membersihkan lantai.
Bau pesing tak tercium. SeÂbuah pewangi ruangan yang diÂpasang di dinding atas rutin meÂnyemprotkan parfum untuk mengÂharumkan toilet.
Bentuk dan model toilet di lanÂtai dasar gedung Nusantara I sama. Rakyat Merdeka mencoba meÂngintip ke dalam toilet di sebelah kiri ruang rapat Komisi VII.
Di toilet ini juga terdapat emÂpat urinoir yang dilengkapi miÂka. Namun hanya tiga yang berÂfungsi baik. Satu lagi tak bisa diÂgunakan karena air untuk memÂbilas tak keluar.
Cara membersihkan urinoir maÂsih manual. Setelah kecil, unÂtuk membilas perlu menekan tomÂbol kecil yang terletak di atas uriÂnoir. Air pun mengalir dari atas membersihkan sisa-sisa air kencing.
Untuk buang air besar juga diÂsediakan tiga bilik yang bersebÂeÂlahan. Hanya dua toilet yang bisa digunakan, sedangkan satu lagi dalam keadaan rusak. Di depan pintunya ditempel sobekan kertas putih yang bertuliskan “rusakâ€.
Lantai toilet tampak kotor kaÂrena selalu digenangi air bila ada pengguna yang sedang masuk toilet. Petugas cleaning service namÂpak sibuk mengepel lantai agar tidak kotor.
Kepala Biro Pemeliharaan BaÂngunan dan Instalasi Sekretariat Jenderal DPR, Soemirat meÂngaÂtakan, renovasi toilet di Gedung Nusantara I dilakukan karena anggota Dewan kerap mengeÂluhÂkan kondisi tempat buang hajat itu. “Ada anggota minta secepatÂnya untuk toilet (diperbaiki). Suara-suara itu banyak,†katanya.
Soemirat mengatakan, setelah dicek, kondisi toilet di beberapa lantai di gedung itu memang tak sesuai persyaratan Undang-UnÂdang Nomor 28 Tahun 2002 tenÂtang Bangunan Gedung.
Undang-undang itu mengatur syarat-syarat teknis toilet yakni yang mencakup aspek keseÂlaÂmatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan.
“Sekarang yang jadi perÂmaÂsaÂlaÂhan yaitu tingkat kebersihan. Dari segi kesehatan, bau. Itu diÂpakai untuk umum juga. Padahal, faktor kesehatan harus diteÂkanÂkan,†kata Soemirat.
Soemirat menambahkan, toilet di Gedung Nusantara I belum perÂnah direnovasi sejak gedung itu diÂbangun 17 tahun lalu. Selama ini, hanya dilakukan pemeÂliÂhaÂraÂan berupa pergantian keran yang bocor, keramik, dan lainnya.
Soemirat mengatakan renovasi 220 toilet memakan biaya Rp 2 miÂliar. Anggaran diperoleh seteÂlah dilakukan survei untuk meÂliÂhat tingkat kerusakan masing-masing toilet. “Karena kondisi toiÂlet itu sangat memprihatinkan dari segi keselamatan, segi keÂseÂhatan, segi kenyamanan, dan segi kemudahan,†ujarnya.
Soemirat menjelaskan, renoÂvasi toilet tidak akan dipukul saÂma rata. Namun disesuaikan tingÂkat keruÂsaÂkan masing-masing toilet. “MuÂlai dari lantai 2 sampai lanÂtai 23 tiÂdak sama kerusaÂkanÂnya. Kami harap semua bisa diÂperbaiki. Tapi kaÂlau anggaran tiÂdak cukup, seÂbagian bisa diangÂgarkan di tahun berikutnya,†katanya.
Setiap lantai di gedung NuÂsanÂtara I memiliki 10 toilet. Ada perÂbedaan toilet untuk pria dan waÂnita. Untuk pria memiliki tiga kloÂset, dua wastafel, tempat wudhu dan lima urinoir. SeÂdangkan di toilet wanita tak ada urinoir.
Ketua DPR: Kenapa Semua yang Dikerjakan Dianggap Salah
Ketua DPR Marzuki Alie siap pasang badan agar proyek renoÂvasi toilet bisa berjalan. “Saya, daÂlam hal ini siap berbeda penÂdaÂpat dengan siapa saja yang tidak boleh memperbaiki kerusaÂkan toilet anggota DPR.
Masalah anggaran, ada yang bertanggung jawab. Kementerian PU ikut dalam masalah teknisnya dan Sekjen yang bertanggung jawab,†katanya.
Menurutnya, toilet di gedung DPR sudah rusak parah. Karena itu ia berharap semua pihak tidak mempersoalkan proyek renovasi toilet ini.
“Sekarang semua sudah tidak rasional lagi karena hanya ingin pencitraan seolah berpihak kepaÂda rakyat,†katanya.
Marzuki mempersilakan, maÂsyarakat melihat sendiri baÂgaiÂmana kondisi toilet di Gedung NuÂÂsantara I. “WC yang mampet. Air tidak mengalir. Untuk wudhu saja menjadi ragu-ragu keabÂsaÂhanÂnya, padahal agama mengaÂjarÂkan kebersihan,†katanya.
Marzuki menambahkan, konÂdisi toilet sudah berusia 18 tahun dan banyak yang rusak. “Kalau tiÂdak diperbaiki sangat jelas kita hanya berpikir tentang citra, suÂdah tidak rasional lagi,†katanya.
Marzuki mengimbau LSM tiÂdak asal mengritisi DPR. MeÂnuÂrutÂnya, masih ada anggota DPR yang serius bekerja seperti dirinya.
“Bagaimana mungkin, toilet buntu, rusak dibiarkan, dimana logika kita? Kita bekerja untuk rakyat. Seribu empat ratus triliun dana (APBN) yang dibahas di DPR. Jangan apriori karena perÂbuatan beberapa orang yang tiÂdak amanah sebagai anggota DPR,†katanya.
Marzuki menambahkan, masih banyak anggota yang baik, yang amanah melaksanakan fungsi-fungÂsi DPR. “Apalagi hanya menÂdengarkan LSM yang tidak ada baiknya. Semua yang dikerÂjaÂkan DPR adalah salah,†katanya.
Marzuki ingin ingin menyamÂpaiÂkan, bila rusak wajib hukumÂnya diperbaiki. Tidak perlu yang mahal yang penting kuat dan muÂdah dibersihkan.
Tahun Baru, Proyek Baru
Selain proyek renovasi toilet, ada dua proyek yang mulai diÂkerjakan pada awal tahun. YakÂni pengadaan sistem absen elekÂtronik (finger print) dan tempat parkir sepeda motor.
Kepala Biro Pemeliharaan BaÂngunan dan Instalasi SekÂreÂtariat Jenderal DPR, Soemirat menjeÂlasÂkan pihaknya mengaÂloÂkasikan anggaran Rp 3,7 miÂliar untuk peÂngadaan finger print. SebaÂnyak 16 alat absen akan dipasang di ruang rapat paripurna DPR.
“Waktu itu, ada vendor yang menawarkan Rp 4 miliar. SeÂkaÂrang ada yang lebih murah lagi hanya Rp 3,7 miliar. Kita baÂnÂdingkan lagi,†kata Soemirat.
Dia menjelaskan, sistem abÂsen ini akan terhubung dengan server. “Jadi nanti sudah terÂinÂtegrasi dengan sistem visitor. Itu lengkap ada CCTV dan lainÂnya, software-nya ternyata maÂhal,†ujarnya.
Soemirat mengatakan, peÂngaÂdaan ini sudah disepakati seÂmua fraksi. Tender dimulai per 16 Januari 2012. “Tender akan dilakukan terbuka dan transÂparan agar tidak ada keÂcurigaan publik,†kata dia.
Sementara untuk proyek temÂpat parkir sepeda motor disÂeÂdiaÂkan dana Rp 3 miliar. “Untuk yang parkir itu sudah dilelang dan sudah mulai jalan,†kata Soemirat.
Ia menjelaskan, kontraktorÂnya PT Baitul Rahmat Jaya. RenÂcaÂnanya tempat parkir kenÂdaraan roda dua ini terdiri dari dua lantai. Letaknya di bagian barat.
Tenpat parkir ini mampu meÂnampung 2.000 sepeda motor milik staf maupun tamu. Saat ini, tempat parkir DPR hanya mampu menampung 800 motor. “Rencana proyek jalan bulan Januari ini akan segera tuntas,†kata Soemirat.
Forum Indonesia untuk TransÂparansi Anggaran (Fitra) menÂcurigai ada pemborosan angÂgaran renovasi toilet, pengaÂdaan peralatan finger print, dan perbaikan areal parkir motor.
“Menghadapi tahun baru buÂkan kinerja yang mereka beÂnaÂhi, tetapi lebih fokus kepada proÂyek yang yang sangat tidak masuk akal, seperti renovasi toilet DPR, finger print absen, dan parkiran motor,†kata KoorÂdinator Advokasi dan InvesÂtiÂgasi Fitra, Uchok Sky Khadafi.
Uchok mencium aroma tak sedap dalam renovasi toilet Rp2 miliar. “Bila ada 220 tolilet yang akan direnovasi, renovasi satu toilet membutuhkan anggaÂran Rp 9 juta,†kata dia.
Perhitungan ini, menurut dia, tak masuk akal. Lagi pula, kata Uchok, toilet anggota dewan itu masih bagus dan layak dipakai.
Pengunaan anggaran untuk finger print DPR dan parkiran, sambung Uchok, juga sama boÂrosÂnya. “Lihat saja, hari perÂtama absen semua anggota deÂwan akan hadir. Lama-kelaÂmaÂan, fiÂnger print ini juga akan diÂpolitisi alias diakali, di mana angÂgota deÂwan tercatat dalam finger print, tapi fisik tidak haÂdir dalam rapat-rapat,†jelasnya. [Harian Rakyat Merdeka]
BERIKUTNYA >
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.