RMOL. Wajah Imanuel Rahayan terlihat tegang ketika duduk di jok depan Isuzu Phanter warna hitam. Mengenakan topi warna krem, pria asal Maluku ini mencoba menyembunyikan wajahnya.
“Maaf saya tidak bisa berÂkoÂmenÂtar banyak karena masih stres dan ingin segera bertemu keluarÂga,†kata pria berkulit gelap ini.
Kamis malam (8/12), dua belas pelaut asal Indonesia tiba di Bandara Soekarno-Hatta, Kota Tangerang, Banten. Imanuel salah satunya.
“Tolong diberi jalan, kami mau istirahat karena sudah sangat lelah pikiran dan badan. Ingin jumÂpa anak istri dulu,†katanya.
Rekan Imanuel yang satu mobil dengannya juga enggan buka mulut. Mereka terlihat terÂburu-buru meninggalkan bandara Soekarno-Hatta.
Dua belas pelaut itu adalah anak buah kapal (ABK) MT GeÂmini. Kapal itu milik Glory Ship Management Pte Ltd dan berÂbenÂdera Singapura. Pada 30 April lalu, MT Gemini dibajak ketika seÂdang mengantar 28 ribu miÂnyak sawit ke Kenya.
Pembajakan terjadi di lepas perairan Kenya oleh perompak Somalia. Setelah tujuh bulan dibajak, perompak membebaskan ABK asal Indonesia setelah meÂnerima uang tebusan.
Usai dibebaskan, 13 WNI keÂmuÂdian terbang dari Doha, Qatar. Menumpang pesawat Qatar AirÂways, ke-13 ABK tiba di TerÂmiÂnal 2D, Bandara Soekarno-Hatta Kamis (8/12) pukul 21.40 WIB. Kedatangan mereka ditunggu puÂluhan awak media.
Sejam ditunggu, mereka beÂlum muncul juga dari Pintu KeÂdaÂtaÂngan Luar Negeri. Ternyata meÂreka memilih keluar dari TeÂrÂmiÂnal Keberangkatan 2E deÂngan meÂnumpang tiga mobil. Dua moÂbil telah berangkat terÂlebih dahulu.
Akhirnya, puluhan awak media hanya bisa mencegat satu mobil yang belum sempat jalan. Setelah dicegat, mereka tetap tidak mau keÂluar dari mobil dan memilih teÂtap duduk terdiam sambil mengeÂluarkan sedikit statement.
Konsultan hukum para ABK, Muhammad Ali di lokasi yang sama mengatakan, hanya 12 peÂlaut yang tiba secara bersamaan dengan Qatar Airways. Seorang lagi, yakni Djasmil tiba pada Jumat malam (9/12).
Ali menjelaskan, para pelaut diÂsandera oleh perompak SomaÂlia sejak Mei 2011. “Setelah seÂkitar tujuh bulan disandera, kini mereka bisa pulang kembali ke Indonesia. Ini semua berkat banÂtuan PemeÂrintah Indonesia juga,†katanya.
Saat ditanya mengenai proses pembebasannya dan berapa baÂnyak uang tebusan yang diÂbaÂyarÂkan perompak, Ali enggan menÂjawab lebih jauh. “Itu masalah rahasia dan tidak boleh dikeÂtaÂhui,†katanya.
Kepala Sub Direktorat (KaÂsubÂdit) Perlindungan WNI dan BaÂdan Hukum Indonesia (BHI) KeÂmenterian Luar Negeri (KeÂmenÂlu) Nugroho Yuwono Aribhimo meÂngatakan, sebelum diterÂbangÂkan ke Tanah Air para pelaut diÂcek kesehatannya di Doha, Qatar.
“Mereka dalam keadaan sehat semua dan tidak ada yang meÂngaÂlami tekanan psikis. Bahkan ingin cepat-cepat pulang,†klaimnya.
Untuk itu, kata Nugroho, peÂmerintah tidak perlu menyiapkan bantuan psikiater maupun dokter kepada mereka karena tidak mengalami gangguan baik fisik maupun psikis.
Nugroho menjelaskan, kedataÂngan 13 WNI di Bandara SoeÂkarÂno-Hatta diterima bagian Sub DiÂrektorat (Kasubdit) Perlindungan WNI dan Badan Hukum IndoÂneÂsia (BHI). Setelah itu baru diseÂrahÂkan ke agen yang memÂbeÂrangÂkatkan mereka ke Singapura.
Dari agen, mereka langsung diÂpulangkan ke daerahnya masing-masing. “Saya dapat info, Jumat pagi mereka sudah pulang seÂmua,†katanya
Nugroho mengatakan, mereka dipulangkan ke berbagai daerah, seperti Jakarta sebanyak lima orang, dua orang ke Sulawesi SeÂlatan, satu orang ke Madura, satu orang ke Solo dan sisanya berasal dari Maluku.
Namun Nugroho tidak meÂngeÂtahui secara lebih lanjut meÂngeÂnai apakah mereka akan kembali beÂkerja di perusahaan pelayaran SiÂngapura atau tidak.â€Saya beÂlum mendapatkan info masalah itu. Itu tergantung kesepakatan meÂreka dengan perusahaan peÂnyaÂlurnya,†katanya.
Empat Warga Korsel Masih Disandera
Pihak perusahaan pemilik tanÂker, Glory Ship Company memÂberitahukan, perompak Somalia telah membebaskan kapal tanker yang mengangkut minyak kepala sawit dan 21 awaknya. Tiga belas di antaranya adalah warga negara Indonesia.
Pihak Glory mengatakan, awak kapal yang dibebaskan terdiri dari 13 warga negara Indonesia, 5 warÂga negara China, dan 3 warga negara Myanmar. Kondisi keseÂhatan mereka dinyatakan baik.
“Kami bersyukur bahwa 21 awak sudah dibebaskan dan daÂlam kondisi sehat. Saat ini kami berusaha semaksimal mungkin untuk membebaskan empat warÂga Korsel yang masih disandera,†tandas pemilik Glory Ship.
Sebelumnya perompak berjanji akan membebaskan 25 kru kapal MT Gemini yang terdiri dari emÂpat warga Korsel, 13 warga negara Indonesia, 5 warga negara China, dan tiga asal Myanmar, hari Rabu 30 November 2011.
Namun, di saat-saat terakhir, para perompak mengingkari janji untuk membebaskan seluruh awak. Perompak masih meÂnyanÂdera empat awak kapal dari Korea Selatan, termasuk kapten kapal.
Para perompak menuntut lima rekan mereka menjalani hukuÂman di Korea Selatan dibeÂbasÂkan. Perompak itu diringkus paÂsuÂkan komando Angkatan Laut Korsel dalam operasi pembeÂbaÂsan sebuah kapal negara itu pada Januari lalu.
Operasi itu berhasil memÂbeÂbasÂkan 21 awak kapal, meÂneÂwaskan 8 perompak, serta meÂnangÂkap 5 lainnya. Melalui proÂses pengadilan, mereka dijatuhi hukuman penjara 13 tahun hingÂga seumur hidup.
“Para perompak (MT Gemini) menuntut kompensasi dari peÂmerintah kami atas rekan-rekan mereka yang terbunuh dan pemÂbeÂbasan bagi yang saat ini ditaÂhan,†kata seorang pejabat KeÂmenterian Luar Negeri Korea SeÂlatan yang menolak namanya.
“Kami tidak bernegosiasi deÂngan perompak dan kami terus melakukan kontak dengan peÂruÂsahaan Singapura untuk pemÂbebasan empat awak yang terÂsisa,†ucapnya.
Pelaut 4 Negara Di Tanker Gemini
Presiden Kesatuan Pelaut Indonesia (KPI), Hanafi Rustandi meminta kepada pemerintah untuk memberi perhatian kepada 13 awak kapal MT Gemini yang dibajak komplotan perompak Somalia pasca dibebaskan.
Ke-13 pelaut Indonesia yang dibebaskan yaitu, Djasmil (second officer), Wahyudin (third officer), Imanuel Rahayaan (third engineer), Mohammad Soleh, Leonard Talahaturusan, Bahtiar dan Suhermanto (semua AB). Kemudian Gunawan (FTR), Rahmad Alam, Bambang SetiaÂwan, Sutardi Shiodan, MochaÂmad Hasanudin (semua MotorÂman) dan Suibu (CK/STWD).
Hanafi yang juga Ketua ITF (International Transport Eorkers Federation) Asia Pasifik meÂngaÂtakan, kapal tersebut sebenarnya milik pengusaha Taiwan tapi diÂoperasikan oleh operator Korea (Glory Ship Management Co. Ltd.). Selanjutnya kapal tersebut diregistrasikan di Singapura. “Itu sebabnya MT Gemini yang diawaki oleh pelaut multi naÂsional itu berbendera Singapura,†katanya.
Kapal tersebut diawaki oleh 25 orang, terdiri dari 4 pelaut Korea, 13 pelaut Indonesia, 3 pelaut dari Myanmar dan 5 lainnya dari Cina. Menurutnya, hal itu juga yang menyebabkan proses pemÂbebasan kapal tersebut berjalan sangat lambat dan alot.
KPI bersama dengan Serikat PeÂkerja Pelaut Singapura (SMOU & SOS), lanjut dia, sejak awal saat kapal dibajak telah meÂlakuÂkan koordinasi dan pemanÂtauan terhadap kapal tersebut dan awakÂnya termasuk melakukan berÂbagai upaya dan koordinasi deÂngan pemilik atau operator kaÂpal dan otoritas Maritim Singapura.
Pembebasan awak MT GeÂmini, menurut Hanafi, juga dilaÂkukan dengan tebusan. Namun tidak ada informasi jelas dari mana uang tebusan dan bagaiÂmana proses pembebasan itu berlangsung.
Masih ditahannya ke empat pelaut Korea tersebut, akibat aksi-aksi militer Korea dalam mengatasi perompakan di Somalia.
Samho Shipping, perusahaan yang kapal disandera akhirnya bangkrut karena harus membayar tebusan juga membiayai biaya operasi militer.
Sudah Bayar 40 Miliar Eh, Mau Dibajak Lagi
Kapal MV Sinar Kudus yang membawa 31 Anak Buah Kapal (ABK) di mana 20 di antaranya meÂrupakan warga Indonesia diÂbeÂbaskan setelah disandera seÂlaÂma 46 hari dengan membayar uang tebusan sebesar Rp 40 miliar.
Kapal berbendera Indonesia ini dibajak pada tanggal 16 Maret di perairan Somalia saat sedang daÂlam perjalanan dari Pomalea, SuÂlawesi Tenggara, menuju RotÂterÂdam, Belanda. Kapal itu memÂbawa muatan Fero Nikel senilai lebih dari Rp 1,5 triliun rupiah.
Anggota TNI pun dikerahkan untuk membebaskan kapal itu. Operasi pembebasan MV Sinar Kudus melibatkan dua kapal freÂgat yakni KRI Abdul Halim PerÂdanakusuma-355 dan KRI Yos SuÂdarso-353, satu kapal LPD KRI Banjarmasin-592 dan satu helikopter.
Personel yang dikerahkan seÂbaÂnyak 480 orang. Terdiri dari tiga angkatan yakni Komando PaÂsukan Khusus (Kopassus) TNI AD, Korps Marinir TNI AL dan Komando Pasukan Khas TNI AU.
Setelah membayar tebusan, MV Sinar Kudus dibebaskan. KeÂtika menuju lepas pantai Somalia, sekelompok perompak Somalia lainnya mencoba membajak kapal ini.
Kapal TNI yang mengawal MV Sinar Kudus dari kejauhan meÂnurunkan pasukan untuk meÂnyergap perompak. Empat peÂrompak tewas ditembak. Lainnya kabur.
Desak Singapura Bayar Tebusan
Kepala Subdit Perlindungan WNI dan Badan Hukum InÂdoÂnesia (BHI) Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Nugroho YuÂwono Aribhimo mengatakan, piÂÂhaknya sejak awal sangat peÂduli dengan proses penyelaÂmaÂtan 13 WNI tersebut.
Salah satu upayanya yakni memerintahkan KBRI di SiÂngapura terus menekan peruÂsaÂhaÂan Singapura yang memÂbeÂrangkatkan para pelaut untuk melakukan negoisasi dengan peÂrompak. “Akhirnya dengan berbagai upaya seluruh sandera berhasil dilepaskan,†katanya.
Dengan dibebaskannya 13 orang tersebut, saat ini sudah tiÂdak ada lagi WNI yang disanÂdeÂra oleh perompak Somalia. “Mereka merupakan tawanan terÂakhir warga negara IndoÂnesia,†katanya.
Agar kejadian ini tidak terÂulang lagi, Nugroho mengaÂtaÂkan, Kementerian Luar Negeri menyampaikan iimbauan kepaÂda WNI yang berlayar ke daerah rawan perompak seperti di SoÂmalia untuk meminta pengaÂwaÂlan dari polisi maupun TNI demi keselamatan mereka.
Saat ditanya mengenai kepuÂlangannya yang terkesan diÂraÂhaÂsiakan, Nugroho mÂengaku tiÂdak mengetahui secara pasti kaÂrena setelah diterima pihak KeÂmenlu kemudian langsung diseÂrahkan kepada perusahaan yang memberangkatkan mereka. “Yang tahu masalah itu agen karena mereka yang mengurus kepulangannya,†katanya.
Sasarannya Kapal Penumpang, Barang Hingga Tanker
Perompak Somalia adalah sebutan bagi para bajak laut yang berada di wilayah perairan Somalia yang meliputi kawasan Samudra Hindia lepas pantai timur Somalia, Laut Arab dan Teluk Aden yang merupakan jalur utama pelayaran dunia.
Para perompak tak pernah piÂlih-pilih kapal. Kapal penumÂpang, kapal barang hingga tanker pernah dibajak. Sebuah kapal tanker berbobot mati di atas 100.000 ton pernah diÂduduki mereka.
Aksi perompak ini sempat berpengaruh terhadap harga miÂnyak dunia. Sebab, kapal-kapal tanker yang membawa minyak memilih mencari jalur aman agar terhindar dari perompakan. PerÂjalanan pun menjadi lebih lama.
Beberapa kapal yang pernah disandera dan akhirnya dibeÂbasÂkan yaitu, MV Faina (UkÂraiÂna) selama 120 Hari (8 Oktober 2008-5 Februari 2009), MT MaÂsindra 7 (Malaysia) selama 230 Hari (16 Desember 2008-3 Agustus 2009), MV Sirlus Star (Arab Saudi) 56 Hari (15 NoÂvember 2008-10 Januari 2009), Samho Jewelry (Korea Selatan) seÂlama 210 Hari (20 Juni 2010-21 Januari 2011), Maran CenÂtaurus (Arab Saudi) selama 47 Hari (29 November 2010-15 Januari 2011).
Selain itu, MV Thor Nexus (Thailand) selama 108 Hari (25 Desember 2010-11 April 2011), MV Beluga Nomination (JerÂman) selama 82 Hari (22 JaÂnuari 2011-14 April 2011) dan MV Sinar Kudus (Indonesia, selama 46 Hari (16 Maret 2011-01 Mei 2011).
Ada 25 kapal yang belum diÂbeÂbaskan. Yakni Scotra, IceÂberg, Jih-Chun Tsai, Prantalay, Suez, Olib G, Asphalt Venture, ChoiÂzil, Solar, Yuang Xiang, Albedo, Panama, Renuar, Orna, Shiuh Fu, Vega 5, Blida, Eagle, Hoang Son Sun, Savina Caylin, Sinin, AlÂfardous, Dover, Zirku, Susan K.
Banyaknya perompakan di perairan Somalia membuat DeÂwan Keamanan PBB mengeÂluarÂkan Resolusi Nomor 1838 yang menyerukan kepada seÂmua negara agar “aktif meÂngambil bagian†dalam perang melawan perompakan di lepas pantai Somalia.
Satuan operasi bernama SaÂtuan Tugas Bersama 150 yang bertugas melawan perompakan dan teroris di sepanjang lepas pantai Afrika pun dibentuk. Sejak Januari 2009 ada 30 k dari sejumlah negara yang berpatroli di lepas pantai Somalia dan Teluk Aden. [Harian Rakyat Merdeka]
BERIKUTNYA >
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.