Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

13 Pelaut Indonesia Stres Berat Tapi Sehat

Tujuh Bulan Disandera Perompak Somalia

Minggu, 11 Desember 2011, 09:25 WIB
13 Pelaut Indonesia Stres Berat Tapi Sehat
Perompakan somalia

RMOL. Wajah Imanuel Rahayan terlihat tegang ketika duduk di jok depan Isuzu Phanter warna hitam. Mengenakan topi warna krem, pria asal Maluku ini mencoba menyembunyikan wajahnya.

“Maaf saya tidak bisa ber­ko­men­tar banyak karena masih stres dan ingin segera bertemu keluar­ga,” kata pria berkulit gelap ini.

Kamis malam (8/12), dua belas pelaut asal Indonesia tiba di Bandara Soekarno-Hatta, Kota Tangerang, Banten. Imanuel salah satunya.

“Tolong diberi jalan, kami mau istirahat karena sudah sangat lelah pikiran dan badan. Ingin jum­pa anak istri dulu,” katanya.

Rekan Imanuel yang satu mobil dengannya juga enggan buka mulut. Mereka terlihat ter­buru-buru meninggalkan bandara Soekarno-Hatta.  

Dua belas pelaut itu adalah anak buah kapal (ABK) MT Ge­mini. Kapal itu milik Glory Ship Management Pte Ltd dan ber­ben­dera Singapura. Pada 30 April lalu, MT Gemini dibajak ketika se­dang mengantar 28 ribu mi­nyak sawit ke Kenya.

Pembajakan terjadi di lepas perairan Kenya oleh perompak Somalia. Setelah tujuh bulan dibajak, perompak membebaskan ABK asal Indonesia setelah me­nerima uang tebusan.

Usai dibebaskan, 13 WNI ke­mu­dian terbang dari Doha, Qatar. Menumpang pesawat Qatar Air­ways, ke-13 ABK tiba di Ter­mi­nal 2D, Bandara Soekarno-Hatta Kamis (8/12) pukul 21.40 WIB. Kedatangan mereka ditunggu pu­luhan awak media.

Sejam ditunggu, mereka be­lum muncul juga dari Pintu Ke­da­ta­ngan Luar Negeri. Ternyata me­reka memilih keluar dari Te­r­mi­nal Keberangkatan 2E de­ngan me­numpang tiga mobil. Dua mo­bil telah berangkat ter­lebih dahulu.

Akhirnya, puluhan awak media hanya bisa mencegat satu mobil yang belum sempat jalan. Setelah dicegat, mereka tetap tidak mau ke­luar dari mobil dan memilih te­tap duduk terdiam sambil menge­luarkan sedikit statement.

Konsultan hukum para ABK, Muhammad Ali di lokasi yang sama mengatakan, hanya 12 pe­laut yang tiba secara bersamaan dengan Qatar Airways. Seorang lagi, yakni Djasmil tiba pada Jumat malam (9/12).

Ali menjelaskan, para pelaut di­sandera oleh perompak Soma­lia sejak Mei 2011. “Setelah se­kitar tujuh bulan disandera, kini mereka bisa pulang kembali ke Indonesia. Ini semua berkat ban­tuan Peme­rintah Indonesia juga,” katanya.

Saat ditanya mengenai proses pembebasannya dan berapa ba­nyak uang tebusan yang di­ba­yar­kan perompak, Ali enggan men­jawab lebih jauh. “Itu masalah rahasia dan tidak boleh dike­ta­hui,” katanya.

Kepala Sub Direktorat (Ka­sub­dit) Perlindungan WNI dan Ba­dan Hukum Indonesia (BHI) Ke­menterian Luar Negeri (Ke­men­lu) Nugroho Yuwono Aribhimo me­ngatakan, sebelum diter­bang­kan ke Tanah Air para pelaut di­cek kesehatannya di Doha, Qatar.

“Mereka dalam keadaan sehat semua dan tidak ada yang me­nga­lami tekanan psikis. Bahkan ingin cepat-cepat pulang,” klaimnya.

Untuk itu, kata Nugroho, pe­merintah tidak perlu menyiapkan bantuan psikiater maupun dokter kepada mereka karena tidak mengalami gangguan baik fisik maupun psikis.

Nugroho menjelaskan, kedata­ngan 13 WNI di Bandara Soe­kar­no-Hatta diterima bagian Sub Di­rektorat (Kasubdit) Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indo­ne­sia (BHI). Setelah itu baru dise­rah­kan ke agen yang mem­be­rang­katkan mereka ke Singapura.

Dari agen, mereka langsung di­pulangkan ke daerahnya masing-masing. “Saya dapat info, Jumat pagi mereka sudah pulang se­mua,” katanya

Nugroho mengatakan, mereka dipulangkan ke berbagai daerah, seperti Jakarta sebanyak lima orang, dua orang ke Sulawesi Se­latan, satu orang ke Madura, satu orang ke Solo dan sisanya berasal dari Maluku.

Namun Nugroho tidak me­nge­tahui secara lebih lanjut me­nge­nai apakah mereka akan kembali be­kerja di perusahaan pelayaran Si­ngapura atau tidak.”Saya be­lum mendapatkan info masalah itu. Itu tergantung kesepakatan me­reka dengan perusahaan pe­nya­lurnya,” katanya.

Empat Warga Korsel Masih Disandera

Pihak perusahaan pemilik tan­ker, Glory Ship Company mem­beritahukan, perompak Somalia telah membebaskan kapal tanker yang mengangkut minyak kepala sawit dan 21 awaknya. Tiga belas di antaranya adalah warga negara Indonesia.

Pihak Glory mengatakan, awak kapal yang dibebaskan terdiri dari 13 warga negara Indonesia, 5 war­ga negara China, dan 3 warga negara Myanmar. Kondisi kese­hatan mereka dinyatakan baik.

“Kami bersyukur bahwa 21 awak sudah dibebaskan dan da­lam kondisi sehat. Saat ini kami berusaha semaksimal mungkin untuk membebaskan empat war­ga Korsel yang masih disandera,” tandas pemilik Glory Ship.

Sebelumnya perompak berjanji akan membebaskan 25 kru kapal MT Gemini yang terdiri dari em­pat warga Korsel, 13 warga negara Indonesia, 5 warga negara China, dan tiga asal Myanmar, hari Rabu 30 November 2011.

Namun, di saat-saat terakhir, para perompak mengingkari janji untuk membebaskan seluruh awak. Perompak masih me­nyan­dera empat awak kapal dari Korea Selatan, termasuk kapten kapal.

Para perompak menuntut lima rekan mereka menjalani huku­man di Korea Selatan dibe­bas­kan. Perompak itu diringkus pa­su­kan komando Angkatan Laut Korsel dalam operasi pembe­ba­san sebuah kapal negara itu pada Januari lalu.

Operasi itu berhasil mem­be­bas­kan 21 awak kapal, me­ne­waskan 8 perompak, serta me­nang­kap 5 lainnya. Melalui pro­ses pengadilan, mereka dijatuhi hukuman penjara 13 tahun hing­ga seumur hidup.

“Para perompak (MT Gemini) menuntut kompensasi dari pe­merintah kami atas rekan-rekan mereka yang terbunuh dan pem­be­basan bagi yang saat ini dita­han,” kata seorang pejabat Ke­menterian Luar Negeri Korea Se­latan yang menolak namanya.

“Kami tidak bernegosiasi de­ngan perompak dan kami terus melakukan kontak dengan pe­ru­sahaan Singapura untuk pem­bebasan empat awak yang ter­sisa,” ucapnya.

Pelaut 4 Negara Di Tanker Gemini

Presiden Kesatuan Pelaut Indonesia (KPI), Hanafi Rustandi meminta kepada pemerintah untuk memberi perhatian kepada 13 awak kapal MT Gemini yang dibajak komplotan perompak Somalia pasca dibebaskan.

Ke-13 pelaut Indonesia yang dibebaskan yaitu, Djasmil (second officer), Wahyudin (third officer), Imanuel Rahayaan (third engineer), Mohammad Soleh, Leonard Talahaturusan, Bahtiar dan Suhermanto (semua AB). Kemudian Gunawan (FTR), Rahmad Alam, Bambang Setia­wan, Sutardi Shiodan, Mocha­mad Hasanudin (semua Motor­man) dan Suibu (CK/STWD).

Hanafi yang juga Ketua ITF (International Transport Eorkers Federation) Asia Pasifik me­nga­takan, kapal tersebut sebenarnya milik pengusaha Taiwan tapi di­operasikan oleh operator Korea (Glory Ship Management Co. Ltd.). Selanjutnya kapal tersebut diregistrasikan di Singapura. “Itu sebabnya MT Gemini yang diawaki oleh pelaut multi na­sional itu berbendera Singapura,” katanya.

Kapal tersebut diawaki oleh 25 orang, terdiri dari 4 pelaut Korea, 13 pelaut Indonesia, 3 pelaut dari Myanmar dan 5 lainnya dari Cina. Menurutnya, hal itu juga yang menyebabkan proses pem­bebasan kapal tersebut berjalan sangat lambat dan alot.

KPI bersama dengan Serikat Pe­kerja Pelaut Singapura (SMOU & SOS), lanjut dia, sejak awal saat kapal dibajak telah me­laku­kan koordinasi dan peman­tauan terhadap kapal tersebut dan awak­nya termasuk melakukan ber­bagai upaya dan koordinasi de­ngan pemilik atau operator ka­pal dan otoritas Maritim Singapura.

Pembebasan awak MT Ge­mini, menurut Hanafi, juga dila­kukan dengan tebusan. Namun tidak ada informasi jelas dari mana uang tebusan dan bagai­mana proses pembebasan itu berlangsung.

Masih ditahannya ke empat pelaut Korea tersebut, akibat aksi-aksi militer Korea dalam mengatasi perompakan di Somalia.

Samho Shipping, perusahaan yang kapal disandera akhirnya bangkrut karena harus membayar tebusan juga membiayai biaya operasi militer.

Sudah Bayar 40 Miliar Eh, Mau Dibajak Lagi     

Kapal MV Sinar Kudus yang membawa 31 Anak Buah Kapal (ABK) di mana 20 di antaranya me­rupakan warga Indonesia di­be­baskan setelah disandera se­la­ma 46 hari dengan membayar uang tebusan sebesar Rp 40 miliar.

Kapal berbendera Indonesia ini dibajak pada tanggal 16 Maret di perairan Somalia saat sedang da­lam perjalanan dari Pomalea, Su­lawesi Tenggara, menuju Rot­ter­dam, Belanda. Kapal itu mem­bawa muatan Fero Nikel senilai lebih dari Rp 1,5 triliun rupiah.

Anggota TNI pun dikerahkan untuk membebaskan kapal itu. Operasi pembebasan MV Sinar Kudus melibatkan dua kapal fre­gat yakni KRI Abdul Halim Per­danakusuma-355 dan KRI Yos Su­darso-353, satu kapal LPD KRI Banjarmasin-592 dan satu helikopter.

Personel yang dikerahkan se­ba­nyak 480 orang. Terdiri dari tiga angkatan yakni Komando Pa­sukan Khusus (Kopassus) TNI AD, Korps Marinir TNI AL dan Komando Pasukan Khas TNI AU.

Setelah membayar tebusan, MV Sinar Kudus dibebaskan. Ke­tika menuju lepas pantai Somalia, sekelompok perompak Somalia lainnya mencoba membajak kapal ini.

Kapal TNI yang mengawal MV Sinar Kudus dari kejauhan me­nurunkan pasukan untuk me­nyergap perompak. Empat pe­rompak tewas ditembak. Lainnya kabur.

Desak Singapura Bayar Tebusan

Kepala Subdit Perlindungan WNI dan Badan Hukum In­do­nesia (BHI) Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Nugroho Yu­wono Aribhimo mengatakan, pi­­haknya sejak awal sangat pe­duli dengan proses penyela­ma­tan 13 WNI tersebut.

Salah satu upayanya yakni memerintahkan KBRI di Si­ngapura terus menekan peru­sa­ha­an Singapura yang mem­be­rangkatkan para pelaut untuk melakukan negoisasi dengan pe­rompak. “Akhirnya dengan berbagai upaya seluruh sandera berhasil dilepaskan,” katanya.

Dengan  dibebaskannya 13 orang tersebut, saat ini sudah ti­dak ada lagi WNI yang disan­de­ra oleh perompak Somalia. “Mereka merupakan tawanan ter­akhir warga negara Indo­nesia,” katanya.

Agar kejadian ini tidak ter­ulang lagi, Nugroho menga­ta­kan, Kementerian Luar Negeri menyampaikan iimbauan kepa­da WNI yang berlayar ke daerah rawan perompak seperti di So­malia untuk meminta penga­wa­lan dari polisi maupun TNI demi keselamatan mereka.

Saat ditanya mengenai kepu­langannya yang terkesan di­ra­ha­siakan, Nugroho m­engaku ti­dak mengetahui secara pasti ka­rena setelah diterima pihak Ke­menlu kemudian langsung dise­rahkan kepada perusahaan yang memberangkatkan mereka. “Yang tahu masalah itu agen karena mereka yang mengurus kepulangannya,” katanya.

Sasarannya Kapal Penumpang, Barang Hingga Tanker

Perompak Somalia adalah sebutan bagi para bajak laut yang berada di wilayah perairan Somalia yang meliputi kawasan Samudra Hindia lepas pantai timur Somalia, Laut Arab dan Teluk Aden yang merupakan jalur utama pelayaran dunia.

Para perompak tak pernah pi­lih-pilih kapal. Kapal penum­pang, kapal barang hingga tanker pernah dibajak. Sebuah kapal tanker berbobot mati di atas 100.000 ton pernah di­duduki mereka.

Aksi perompak ini sempat berpengaruh terhadap harga mi­nyak dunia. Sebab, kapal-kapal tanker yang membawa minyak memilih mencari jalur aman agar terhindar dari perompakan. Per­jalanan pun menjadi lebih lama.

Beberapa kapal yang pernah disandera dan akhirnya dibe­bas­kan yaitu, MV Faina (Uk­rai­na) selama 120 Hari (8 Oktober 2008-5 Februari 2009), MT Ma­sindra 7 (Malaysia) selama 230 Hari (16 Desember 2008-3 Agustus 2009), MV Sirlus Star (Arab Saudi) 56 Hari (15 No­vember 2008-10 Januari 2009), Samho Jewelry (Korea Selatan) se­lama 210 Hari (20 Juni 2010-21 Januari 2011), Maran Cen­taurus (Arab Saudi) selama 47 Hari (29 November 2010-15 Januari 2011).

Selain itu, MV Thor Nexus (Thailand) selama 108 Hari (25 Desember 2010-11 April 2011), MV Beluga Nomination (Jer­man) selama 82 Hari (22 Ja­nuari 2011-14 April 2011) dan MV Sinar Kudus (Indonesia, selama 46 Hari (16 Maret 2011-01 Mei 2011).

Ada 25 kapal yang belum di­be­baskan. Yakni Scotra, Ice­berg, Jih-Chun Tsai, Prantalay, Suez, Olib G, Asphalt Venture, Choi­zil, Solar, Yuang Xiang, Albedo, Panama, Renuar, Orna, Shiuh Fu, Vega 5, Blida, Eagle, Hoang Son Sun, Savina Caylin, Sinin, Al­fardous, Dover, Zirku, Susan K.

Banyaknya perompakan di perairan Somalia membuat De­wan Keamanan PBB menge­luar­kan Resolusi Nomor 1838 yang menyerukan kepada se­mua negara agar “aktif me­ngambil bagian” dalam perang melawan perompakan di lepas pantai Somalia.

Satuan operasi bernama Sa­tuan Tugas Bersama 150 yang bertugas melawan perompakan dan teroris di sepanjang lepas pantai Afrika pun dibentuk. Sejak Januari 2009 ada 30 k dari sejumlah negara yang berpatroli di lepas pantai Somalia dan Teluk Aden. [Harian Rakyat Merdeka]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA