Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Lukisan Kapal Hiasi Ruang Tamu Bos Pelni

Yuk, Ngintip Fasilitas Mewah BUMN (5/Selesai)

Rabu, 30 November 2011, 08:45 WIB
Lukisan Kapal Hiasi Ruang Tamu Bos Pelni
PT Pelni

RMOL. Pintu di bagian muka gedung cokelat itu tak berhenti membuka dan menutup. Orang keluar masuk melalui pintu otomatis ini.

Dua pintu kaca di kiri dan kanan gedung juga ramai dilalui orang. Ketiga pintu merupakan akses masuk ke gedung kantor pusat PT Pelni di Jalan Gajah Mada, Ja­karta Pusat.

Diperhatikan, sebagian besar orang masuk keluar kantor Pelni justru tak memiliki kepentingan de­ngan perusahaan negara yang bergerak di bidang jasa angkutan laut itu. Mereka datang untuk melakukan transaksi keuangan.

Di bagian luar gedung terpam­pang tulisan HSBC dengan warna yang kontras dinding. Bila melihat tulisan ini, orang bakal mengira gedung ini kantor bank asal Cina.

Namun bila menatap secara cer­mat ke bagian atas gedung, ter­lihat tulisan PT Pelni. Tulisan ini terbaca jelas bila melihat dari kejauhan.

Memasuk ke halaman kantor, ter­dapat sebuah taman di depan teras gedung. Taman ini dileng­kapi kolam dan air mancur. Air mancur tersebut tidak menyala, sehingga yang tampak hanya ko­lam dan reliefnya saja.

Melewati pintu otomatis di bagian gedung, kita mendapat lobby. Lantai dan dinding lobby dilapisi marmer hitam.

Lobby ini disekat menjadi be­berapa ruangan. Misalnya, untuk kantor Bank Mandiri dan HSBC. Orang yang keluar masuk gedung ini didominasi nasabah kedua bank tersebut.

Kantor Bank Mandiri berada di bagian belakang gedung. Ber­ja­lan lurus dari pintu kita akan men­dapat kantor bank pelat me­rah itu. Bank HSBC menempati sudut kanan lobby.

Sebelum  menuju ke dua bank itu, setiap orang harus melalui pe­tugas keamanan yang berjaga di meja resepsionis. Letaknya tak jauh dari pintu masuk.

Petugas keamanan juga di­tem­patkan di depan lift dan di dekat tangga untuk naik ke lantai dua. Tangga ini berada di bagian tengah lobby.

Direktur utama Pelni berkantor di lantai dua. Untuk mencapai lantai ini bisa melalui tangga di lobby atau menggunakan lift.

Memilih naik lift, hanya be­be­rapa detik sudah tiba di lantai yang dituju. Begitu keluar dari lift, seorang petugas keamanan mencegat.

“Maaf tidak bisa masuk ke ruangan direktur utama tanpa ada yang mengantar dari Humas atau Sekretaris Perusahaan,” jelas pe­tugas keamanan bernama Dar­mawan itu.

Apalagi, lanjut Darmawan, Di­rektur Utama, Jussabella Sahea se­dang tidak ada di ruangan. Kata­nya, dia sedang tugas luar kota sejak seminggu lalu.

Ruang kerja Dirut berada di sebelah kanan gedung di lantai 2 yang selalu dijaga seorang petu­gas keamanan. Pintunya tertutup, sehingga tidak bisa terlihat dari luar kondisi di dalam.

Dinding kaca yang menjadi se­kat pem­ba­tas ruangan juga dipa­sangi gor­den yang menghalangi pan­dangan. “Tidak ada yang isti­mewa di ruangan kerja milik pim­pinan. Bagian dalam dan fasi­litas­nya tak jauh berbeda dengan rua­ngan yang lain,” kata Darmawan.

Di ruang tamu direksi, lanjut dia, hanya ada sofa, meja dan te­levisi untuk menonton. Menurut Darmawan, tak ada fasilitas me­wah di kantor ini.

Untuk penggunaan pendingin ruangan (AC), kata dia, diatur ketat. Paling lambat pukul lima sore, AC dimatikan secara serem­pak. Kecuali ruang kerja direksi.

Ruang kerja karyawan karena pada jam itu mereka sudah pu­lang. Jam kerja karyawan mulai pukul 8 pagi sampai 4 sore.

Ma­sih ada waktu satu jam bagi kar­yawan un­tuk bersiap-siap pu­lang sebelum pendingin ruangan dimatikan.

“Kalau direksi karena biasanya keluar malam dimatikan paling be­lakangan. Tapi kalau ruangan lain, dimatikan secara ber­barengan. Bahkan lampu-lampu yang ada di ruangan pun dimati­kan seluruhnya,” jelasnya.

Rakyat Merdeka lalu naik ke lantai tiga. Begitu keluar dari lift kembali berhadapan dengan petu­gas keamanan. Di lantai ini terdapat sebuah ruang kerja yang besar. Ruang kerja ini milik Direktur SDM dan Umum, Agus Sumitro.

Sayangnya, pintu dan dinding yang terbuat dari kayu ukiran ber­warna coklat muda kondisi tertu­tup. Mengintip dari sela-sela gor­den yang menutupi dinding kaca, terlihat dua orang sedang ber­bincang-bincang.

Kantor Agus Sumitro terdiri dari beberapa ruangan. Di bagian tengah diperuntuk bagi ruang ker­ja sekretaris dan ruang tunggu tamu.

Di ruang tamu ini dipajang miniatur kapal. Lukisan kapal menghiasi dinding ruangan ini. Sofa besar berwarna coklat, ditaruh di kanan ruangan. Lurus dari sini terdapat ruang kerja sekretaris.

“Di kantor ini ada lima di­reksi. Kantornya tersebar di se­tiap lan­tai. Mulai dari lantai dua sam­pai lan­tai enam,” kata se­orang pegawai.

Direktur utama membawahi lima direktur. Yakni Direktur Usaha, Direktur Armada, Direk­tur Keuangan, dan Direktur SDM dan Umum.     

Seorang staf humas menu­tur­kan, direksi dan sekretaris peru­sahaan tak ada di kantor karena sedang melakukan kunjungan ke Pangkalpinang, Bangka Belitung. “Hampir semua petinggi sedang tidak ada di kantor sejak se­ming­gu ini,” kata dia.

Perusahaan Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni) menyediakan jasa angkutan transportasi laut yang meliputi jasa angkutan pe­numpang dan jasa angkutan mua­tan barang antar pulau.

Masih banyak keluhan yang di­layangkan pengguna jasa peru­sa­haan pelat merah ini. Mulai dari jadwal yang molor, fasilitas kapal rusak hingga makanan penum­pang yang tanpa rasa.

Menteri BUMN Dahlan Iskan bertekad menurunkan fasilitas yang diterima direksi bila kinerja perusahaan yang mereka pimpin dan pelayanan kepada masya­ra­katnya tak bagus.

Ini merupakan cambuk bagi perusahaan negara yang bergerak di bidang layanan publik agar le­bih mengutamakan kepentingan masyarakat.

Dibentuk Untuk Saingi Belanda

PT Pelni lahir dari kesepakatan ber­sama antara Menteri Perhu­bu­ngan dan Menteri Pekerjaan Umum. Pada 5 September 1950 kedua menteri mengeluarkan ke­putusan bersama untuk men­di­ri­kan Yayasan Penguasaan Pusat Kapal-kapal (Pepuska).

Yayasan ini dibentuk untuk me­nyaingi maskapai Belanda yang masih menguasai pelayaran di In­donesia saat itu. NV Ko­ninklijke Paketvaart Mats­chappij (KPM), maskapai Belan­da me­no­lak meng­gunakan bendera Merah Pu­tih ketika ber­operasi di Indonesia.

Dengan modal delapan 8 kapal ber­tonase 4.800 DWT (death weight ton), Pepuska membuka se­jumlah jalur pelayaran untuk me­nyaingi KPM. Tentu saja, per­sai­ngan ini tak imbang. Dari ung­gul dari segi jumlah kapal, arma­da KPM juga telah ber­pe­nga­la­man se­tengah abad melayari per­airan Indonesia.

Tak mau bersaing dengan mas­­kapai Belanda, Pepuska di­bu­­bar­kan pada 28 April 1952. Sebagai gantinya didirikan PT Pelni. Perusahaan ini lahir lewat ke­pu­tusan Menteri Perhubungan No­mor M.2/1/2 tanggal 28 Feb­ruari 1952 dan Nomor A.2/1/2 tanggal 19 April 1952, serta Be­rita Ne­gara Republik Indonesia Nomor 50 tanggal 20 Juni 1952.

R. Ma’moen Soemadipraja di­angkat sebagai presiden direktur pertama. Ia memimpin selama tiga tahun dari 1952 sampai 1955.

Delapan kapal milik Yayasan Pepuska diserahkan ke Pelni sebagai modal awal. Tapi jum­lah armada ini jauh dari me­madai. Bank Ekspor Impor lalu menye­dia­kan dana untuk pem­belian ka­pal sebagai tambahan dan me­mesan 45 “coaster” dari Eropa.

Sambil menunggu datangnya “coaster”, Pelni mencarter kapal-kapal asing. Langkah ini diambil untuk mengisi trayek-trayek yang ditinggalkan KPM. Setelah itu satu per satu kapal-kapal yang dicarter itu diganti dengan “coas­ter” yang telah tiba dari Eropa. Kemudian ditambah lagi dengan kapal-kapal hasil rampasan pe­rang dari Jepang.

Status PT Pelni dua kali me­ngalami perubahan. Pada tahun 1961 pemerintah menetapkan sebagai perusahaan negara (PN). Perubahan status ini dicantumkan dalam Lembaran Negara RI No­mor LN 1961. Empat tahun ke­mu­dian, status­nya kembali di­ubah. Kali ini menjadi perseroan terbatas (PT). sesuai Akte Pen­dirian Nomor 31 tanggal 30 Oktober 1975.

3 Tahun Rugi Terus

Tiga tahun berturut-turut PT Pelni merugi. Perusahaan pelat merah yang bergerak di bidang jasa pelayaran ini pasrah bila nanti direstrukturisasi.

“Pada prinsipnya Pelni siap menerima instruksi dan men­du­kung kebijakan dari peme­rin­tah. Bila terjadi restrukturisasi, sebaiknya mengefektifkan pe­rusahaan,” kata Kepala Humas Pelni, Mungi P Retno.

Kerugian yang dialami Pelni karena jumlah penumpang me­nurun dan meningkatnya harga bahan bakar minyak (BBM).

Mungi mengaku belum me­ngetahui rencana pemerintah yang hendak merestrukturisasi Pelni. Makanya perusahaannya memilih bersikap pasif saja. Ka­lau pun dilakukan  restruk­tu­risasi, Mungi berharap se­baik­nya dilakukan kajian antara pemerintah dan BUMN terkait.

Soal capaian dan target Pelni, walaupun tidak menyebutkan angka, Mungi mengungkapkan, selama tahun 2009 dan 2010, perusahaannya mengalami kerugian.

Menurutnya, kerugian yang dialami Pelni merupakan dari suatu rangkaian yang ber­sam­bung, dan akibat dari kenaikan harga BBM, dan penurunan jumlah penumpang.

“Harga BBM yang mahal, dan jumlah penumpang yang menu­run buat kita merugi,” ucap­nya. Untuk menangani ke­­rugian perusahaan, Pelni mem­buat program unggulan ta­hun 2011. Di antaranya me­nambah jalur pelayaran ke pu­lau-pulau terluar.

“Pelni akan lebih intensif lagi menjaga dan mengawasi daerah perbatasan Indonesia demi ikut serta menjaga NKRI, dan mem­perbaiki kesiapan transportasi armada laut supaya semakin baik,” ujarnya.

Dipakai SEA Games, Penumpang Telantar

PT Pelni turut mengais ke­untu­ngan dari penyelenggaraan SEA Games ke-26 yang digelar di Ja­karta maupun Palembang, Jakar­ta. Salah satu kapal ter­baik­nya, KM Lambelu dijadi­kan hotel te­rapung bagi 625 wa­sit yang me­ngatur pertandingan SEA Games.

Seminggu sebelum acara pembukaan di Jakabaring, Su­ma­tera Selatan, kapal ini me­ra­pat di Pelabuhan Boom Baru, Palembang. Kapal ini buang sauh di di dermaga Pertamina Refinary III, Plaju.

Wasit yang tinggal di kapal ter­diri dari 480 wasit nasional dan 145 orang wasit Interna­sio­nal dari negara-negara peserta SEA Games.

Panitia SEA Games meng­klaim fasilitas yang ada di kapal ini setara dengan hotel. Ada fa­silitas air dingin dan panas bagi penghuni kelas I. Sehingga bisa disebut hotel terapung. Kapa­sitas kapal ini juga tak kalah dari hotel.

Sebuah kapal TNI AL juga di­ja­dikan hotel terapung saat pesta olahraga negara Asia Tenggara ini. Kedua kamar bisa menam­pung 4.000 orang. Tapi hanya sebagian kamar yang terisi.

Karena kapal KM Lambelu dipakai SEA Games, sejumlah pelayaran dibatalkan. Ini mem­buat ratusan penumpang kecewa.

Dua ratus orang penumpang yang akan berangkat dari Bin­tan menuju Tanjungpriok, Sura­baya dan Bau-bau pun kecewa. Tiba-tiba Pelni membatalkan keberangkatan

“Udah akan berangkat tapi keberangkatan dibatalkan se­harusnya kan penumpang diberi tahu,” ungkap M. Isnawi, pe­mudik yang akan bertolak ke Bau-bau.

GM Pelni Tanjungpinang, Yohanes Wagiu beralasan peru­ba­han rencana pelayaran terse­but terjadi sewaktu KM Lam­belu dalam perjalanan menuju Kijang, Bintan.

“Pas lagi on the way, ada pem­­beritahuan hal ini. Bahwa ka­pal akan dipakai untuk me­nunjang kelancaran SEA Ga­mes di Pa­lembang. Jadi me­mang kita akui hal ini tiba-tiba,” kilahnya. “Se­mua tiket yang sudah di­beli pe­numpang kami kem­bali­kan 100 persen, “ jelas Yohanes.

Kekesalan penumpang ini cu­kup beralasan. Sebab di an­ta­ra me­reka yang hendak pu­lang kam­pung guna merayakan Idul Adha. Misalnya, Alex yang ingin mu­dik ke kampungnya di Jawa Timur.

Tapi kekesalannya sedikit berkurang karena semua uang tiket dikembalikan penuh. Untuk mendapatkan tiket ke Surabaya, Alex membayar Rp 395 ribu. [Harian Rakyat Merdeka]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA