RMOL. Pintu di bagian muka gedung cokelat itu tak berhenti membuka dan menutup. Orang keluar masuk melalui pintu otomatis ini.
Dua pintu kaca di kiri dan kanan gedung juga ramai dilalui orang. Ketiga pintu merupakan akses masuk ke gedung kantor pusat PT Pelni di Jalan Gajah Mada, JaÂkarta Pusat.
Diperhatikan, sebagian besar orang masuk keluar kantor Pelni justru tak memiliki kepentingan deÂngan perusahaan negara yang bergerak di bidang jasa angkutan laut itu. Mereka datang untuk melakukan transaksi keuangan.
Di bagian luar gedung terpamÂpang tulisan HSBC dengan warna yang kontras dinding. Bila melihat tulisan ini, orang bakal mengira gedung ini kantor bank asal Cina.
Namun bila menatap secara cerÂmat ke bagian atas gedung, terÂlihat tulisan PT Pelni. Tulisan ini terbaca jelas bila melihat dari kejauhan.
Memasuk ke halaman kantor, terÂdapat sebuah taman di depan teras gedung. Taman ini dilengÂkapi kolam dan air mancur. Air mancur tersebut tidak menyala, sehingga yang tampak hanya koÂlam dan reliefnya saja.
Melewati pintu otomatis di bagian gedung, kita mendapat lobby. Lantai dan dinding lobby dilapisi marmer hitam.
Lobby ini disekat menjadi beÂberapa ruangan. Misalnya, untuk kantor Bank Mandiri dan HSBC. Orang yang keluar masuk gedung ini didominasi nasabah kedua bank tersebut.
Kantor Bank Mandiri berada di bagian belakang gedung. BerÂjaÂlan lurus dari pintu kita akan menÂdapat kantor bank pelat meÂrah itu. Bank HSBC menempati sudut kanan lobby.
Sebelum menuju ke dua bank itu, setiap orang harus melalui peÂtugas keamanan yang berjaga di meja resepsionis. Letaknya tak jauh dari pintu masuk.
Petugas keamanan juga diÂtemÂpatkan di depan lift dan di dekat tangga untuk naik ke lantai dua. Tangga ini berada di bagian tengah lobby.
Direktur utama Pelni berkantor di lantai dua. Untuk mencapai lantai ini bisa melalui tangga di lobby atau menggunakan lift.
Memilih naik lift, hanya beÂbeÂrapa detik sudah tiba di lantai yang dituju. Begitu keluar dari lift, seorang petugas keamanan mencegat.
“Maaf tidak bisa masuk ke ruangan direktur utama tanpa ada yang mengantar dari Humas atau Sekretaris Perusahaan,†jelas peÂtugas keamanan bernama DarÂmawan itu.
Apalagi, lanjut Darmawan, DiÂrektur Utama, Jussabella Sahea seÂdang tidak ada di ruangan. KataÂnya, dia sedang tugas luar kota sejak seminggu lalu.
Ruang kerja Dirut berada di sebelah kanan gedung di lantai 2 yang selalu dijaga seorang petuÂgas keamanan. Pintunya tertutup, sehingga tidak bisa terlihat dari luar kondisi di dalam.
Dinding kaca yang menjadi seÂkat pemÂbaÂtas ruangan juga dipaÂsangi gorÂden yang menghalangi panÂdangan. “Tidak ada yang istiÂmewa di ruangan kerja milik pimÂpinan. Bagian dalam dan fasiÂlitasÂnya tak jauh berbeda dengan ruaÂngan yang lain,†kata Darmawan.
Di ruang tamu direksi, lanjut dia, hanya ada sofa, meja dan teÂlevisi untuk menonton. Menurut Darmawan, tak ada fasilitas meÂwah di kantor ini.
Untuk penggunaan pendingin ruangan (AC), kata dia, diatur ketat. Paling lambat pukul lima sore, AC dimatikan secara seremÂpak. Kecuali ruang kerja direksi.
Ruang kerja karyawan karena pada jam itu mereka sudah puÂlang. Jam kerja karyawan mulai pukul 8 pagi sampai 4 sore.
MaÂsih ada waktu satu jam bagi karÂyawan unÂtuk bersiap-siap puÂlang sebelum pendingin ruangan dimatikan.
“Kalau direksi karena biasanya keluar malam dimatikan paling beÂlakangan. Tapi kalau ruangan lain, dimatikan secara berÂbarengan. Bahkan lampu-lampu yang ada di ruangan pun dimatiÂkan seluruhnya,†jelasnya.
Rakyat Merdeka lalu naik ke lantai tiga. Begitu keluar dari lift kembali berhadapan dengan petuÂgas keamanan. Di lantai ini terdapat sebuah ruang kerja yang besar. Ruang kerja ini milik Direktur SDM dan Umum, Agus Sumitro.
Sayangnya, pintu dan dinding yang terbuat dari kayu ukiran berÂwarna coklat muda kondisi tertuÂtup. Mengintip dari sela-sela gorÂden yang menutupi dinding kaca, terlihat dua orang sedang berÂbincang-bincang.
Kantor Agus Sumitro terdiri dari beberapa ruangan. Di bagian tengah diperuntuk bagi ruang kerÂja sekretaris dan ruang tunggu tamu.
Di ruang tamu ini dipajang miniatur kapal. Lukisan kapal menghiasi dinding ruangan ini. Sofa besar berwarna coklat, ditaruh di kanan ruangan. Lurus dari sini terdapat ruang kerja sekretaris.
“Di kantor ini ada lima diÂreksi. Kantornya tersebar di seÂtiap lanÂtai. Mulai dari lantai dua samÂpai lanÂtai enam,†kata seÂorang pegawai.
Direktur utama membawahi lima direktur. Yakni Direktur Usaha, Direktur Armada, DirekÂtur Keuangan, dan Direktur SDM dan Umum.
Seorang staf humas menuÂturÂkan, direksi dan sekretaris peruÂsahaan tak ada di kantor karena sedang melakukan kunjungan ke Pangkalpinang, Bangka Belitung. “Hampir semua petinggi sedang tidak ada di kantor sejak seÂmingÂgu ini,†kata dia.
Perusahaan Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni) menyediakan jasa angkutan transportasi laut yang meliputi jasa angkutan peÂnumpang dan jasa angkutan muaÂtan barang antar pulau.
Masih banyak keluhan yang diÂlayangkan pengguna jasa peruÂsaÂhaan pelat merah ini. Mulai dari jadwal yang molor, fasilitas kapal rusak hingga makanan penumÂpang yang tanpa rasa.
Menteri BUMN Dahlan Iskan bertekad menurunkan fasilitas yang diterima direksi bila kinerja perusahaan yang mereka pimpin dan pelayanan kepada masyaÂraÂkatnya tak bagus.
Ini merupakan cambuk bagi perusahaan negara yang bergerak di bidang layanan publik agar leÂbih mengutamakan kepentingan masyarakat.
Dibentuk Untuk Saingi Belanda
PT Pelni lahir dari kesepakatan berÂsama antara Menteri PerhuÂbuÂngan dan Menteri Pekerjaan Umum. Pada 5 September 1950 kedua menteri mengeluarkan keÂputusan bersama untuk menÂdiÂriÂkan Yayasan Penguasaan Pusat Kapal-kapal (Pepuska).
Yayasan ini dibentuk untuk meÂnyaingi maskapai Belanda yang masih menguasai pelayaran di InÂdonesia saat itu. NV KoÂninklijke Paketvaart MatsÂchappij (KPM), maskapai BelanÂda meÂnoÂlak mengÂgunakan bendera Merah PuÂtih ketika berÂoperasi di Indonesia.
Dengan modal delapan 8 kapal berÂtonase 4.800 DWT (death weight ton), Pepuska membuka seÂjumlah jalur pelayaran untuk meÂnyaingi KPM. Tentu saja, perÂsaiÂngan ini tak imbang. Dari ungÂgul dari segi jumlah kapal, armaÂda KPM juga telah berÂpeÂngaÂlaÂman seÂtengah abad melayari perÂairan Indonesia.
Tak mau bersaing dengan masÂÂkapai Belanda, Pepuska diÂbuÂÂbarÂkan pada 28 April 1952. Sebagai gantinya didirikan PT Pelni. Perusahaan ini lahir lewat keÂpuÂtusan Menteri Perhubungan NoÂmor M.2/1/2 tanggal 28 FebÂruari 1952 dan Nomor A.2/1/2 tanggal 19 April 1952, serta BeÂrita NeÂgara Republik Indonesia Nomor 50 tanggal 20 Juni 1952.
R. Ma’moen Soemadipraja diÂangkat sebagai presiden direktur pertama. Ia memimpin selama tiga tahun dari 1952 sampai 1955.
Delapan kapal milik Yayasan Pepuska diserahkan ke Pelni sebagai modal awal. Tapi jumÂlah armada ini jauh dari meÂmadai. Bank Ekspor Impor lalu menyeÂdiaÂkan dana untuk pemÂbelian kaÂpal sebagai tambahan dan meÂmesan 45 “coaster†dari Eropa.
Sambil menunggu datangnya “coasterâ€, Pelni mencarter kapal-kapal asing. Langkah ini diambil untuk mengisi trayek-trayek yang ditinggalkan KPM. Setelah itu satu per satu kapal-kapal yang dicarter itu diganti dengan “coasÂter†yang telah tiba dari Eropa. Kemudian ditambah lagi dengan kapal-kapal hasil rampasan peÂrang dari Jepang.
Status PT Pelni dua kali meÂngalami perubahan. Pada tahun 1961 pemerintah menetapkan sebagai perusahaan negara (PN). Perubahan status ini dicantumkan dalam Lembaran Negara RI NoÂmor LN 1961. Empat tahun keÂmuÂdian, statusÂnya kembali diÂubah. Kali ini menjadi perseroan terbatas (PT). sesuai Akte PenÂdirian Nomor 31 tanggal 30 Oktober 1975.
3 Tahun Rugi Terus
Tiga tahun berturut-turut PT Pelni merugi. Perusahaan pelat merah yang bergerak di bidang jasa pelayaran ini pasrah bila nanti direstrukturisasi.
“Pada prinsipnya Pelni siap menerima instruksi dan menÂduÂkung kebijakan dari pemeÂrinÂtah. Bila terjadi restrukturisasi, sebaiknya mengefektifkan peÂrusahaan,†kata Kepala Humas Pelni, Mungi P Retno.
Kerugian yang dialami Pelni karena jumlah penumpang meÂnurun dan meningkatnya harga bahan bakar minyak (BBM).
Mungi mengaku belum meÂngetahui rencana pemerintah yang hendak merestrukturisasi Pelni. Makanya perusahaannya memilih bersikap pasif saja. KaÂlau pun dilakukan restrukÂtuÂrisasi, Mungi berharap seÂbaikÂnya dilakukan kajian antara pemerintah dan BUMN terkait.
Soal capaian dan target Pelni, walaupun tidak menyebutkan angka, Mungi mengungkapkan, selama tahun 2009 dan 2010, perusahaannya mengalami kerugian.
Menurutnya, kerugian yang dialami Pelni merupakan dari suatu rangkaian yang berÂsamÂbung, dan akibat dari kenaikan harga BBM, dan penurunan jumlah penumpang.
“Harga BBM yang mahal, dan jumlah penumpang yang menuÂrun buat kita merugi,†ucapÂnya. Untuk menangani keÂÂrugian perusahaan, Pelni memÂbuat program unggulan taÂhun 2011. Di antaranya meÂnambah jalur pelayaran ke puÂlau-pulau terluar.
“Pelni akan lebih intensif lagi menjaga dan mengawasi daerah perbatasan Indonesia demi ikut serta menjaga NKRI, dan memÂperbaiki kesiapan transportasi armada laut supaya semakin baik,†ujarnya.
Dipakai SEA Games, Penumpang Telantar
PT Pelni turut mengais keÂuntuÂngan dari penyelenggaraan SEA Games ke-26 yang digelar di JaÂkarta maupun Palembang, JakarÂta. Salah satu kapal terÂbaikÂnya, KM Lambelu dijadiÂkan hotel teÂrapung bagi 625 waÂsit yang meÂngatur pertandingan SEA Games.
Seminggu sebelum acara pembukaan di Jakabaring, SuÂmaÂtera Selatan, kapal ini meÂraÂpat di Pelabuhan Boom Baru, Palembang. Kapal ini buang sauh di di dermaga Pertamina Refinary III, Plaju.
Wasit yang tinggal di kapal terÂdiri dari 480 wasit nasional dan 145 orang wasit InternaÂsioÂnal dari negara-negara peserta SEA Games.
Panitia SEA Games mengÂklaim fasilitas yang ada di kapal ini setara dengan hotel. Ada faÂsilitas air dingin dan panas bagi penghuni kelas I. Sehingga bisa disebut hotel terapung. KapaÂsitas kapal ini juga tak kalah dari hotel.
Sebuah kapal TNI AL juga diÂjaÂdikan hotel terapung saat pesta olahraga negara Asia Tenggara ini. Kedua kamar bisa menamÂpung 4.000 orang. Tapi hanya sebagian kamar yang terisi.
Karena kapal KM Lambelu dipakai SEA Games, sejumlah pelayaran dibatalkan. Ini memÂbuat ratusan penumpang kecewa.
Dua ratus orang penumpang yang akan berangkat dari BinÂtan menuju Tanjungpriok, SuraÂbaya dan Bau-bau pun kecewa. Tiba-tiba Pelni membatalkan keberangkatan
“Udah akan berangkat tapi keberangkatan dibatalkan seÂharusnya kan penumpang diberi tahu,†ungkap M. Isnawi, peÂmudik yang akan bertolak ke Bau-bau.
GM Pelni Tanjungpinang, Yohanes Wagiu beralasan peruÂbaÂhan rencana pelayaran terseÂbut terjadi sewaktu KM LamÂbelu dalam perjalanan menuju Kijang, Bintan.
“Pas lagi on the way, ada pemÂÂberitahuan hal ini. Bahwa kaÂpal akan dipakai untuk meÂnunjang kelancaran SEA GaÂmes di PaÂlembang. Jadi meÂmang kita akui hal ini tiba-tiba,†kilahnya. “SeÂmua tiket yang sudah diÂbeli peÂnumpang kami kemÂbaliÂkan 100 persen, “ jelas Yohanes.
Kekesalan penumpang ini cuÂkup beralasan. Sebab di anÂtaÂra meÂreka yang hendak puÂlang kamÂpung guna merayakan Idul Adha. Misalnya, Alex yang ingin muÂdik ke kampungnya di Jawa Timur.
Tapi kekesalannya sedikit berkurang karena semua uang tiket dikembalikan penuh. Untuk mendapatkan tiket ke Surabaya, Alex membayar Rp 395 ribu. [Harian Rakyat Merdeka]
BERIKUTNYA >
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.