Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Berkantor Di Stasiun, Pintunya Pakai Password

Yuk, Ngintip Fasilitas Mewah BUMN (3)

Senin, 28 November 2011, 08:57 WIB
Berkantor Di Stasiun, Pintunya Pakai Password
PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ)
RMOL. Rasa gerah akibat udara panas di Stasiun Juanda, Jakarta Pusat langsung sirna begitu memasuki kantor PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ).

Kantor anak perusahaan PT Ke­reta Api Indonesia yang me­ngu­rusi pelayanan angkutan ke­reta di Jakarta dan sekitarnya ini berada di lantai dua stasiun.

Begitu membuka pintu masuk kantor yang terbuat dari kaca, uda­ra sejuk langsung menerpa kulit. Udara itu berembus dari ce­lah-celah di langit-langit yang di­tutupi gipsum putih bersih.

Sebelum masuk ke kantor PT KCJ terlebih dulu menaiki sejum­lah anak tangga. Keramik ber­warna biru melapisi anak tangga. Begitu juga dinding di pinggir tang­ga. Pipa dari stainless steel di­pasang di dinding tangga seba­gai tempat berpegang.

Tangga itu berujung di pintu ma­suk kantor PT KCJ. Tak sem­barang orang bila masuk ke da­lam. Hanya mereka yang me­miliki kode akses saja yang bisa membuka pintu.

Untuk membukanya, sese­orang harus memasukkan kode akses yang alat pemindai yang ada di sisi kanan pintu. Rakyat Merdeka mengetuk pintu ini. Se­orang petugas keamanan mem­bukakan pintu dari dalam dengan memencet tombol.

Di belakang pintu terdapat lobby yang cukup lapang. Lan­tai­nya dilapisi granit warna krem. Lantai itu tampak mengkilat terkena cahaya matahari siang yang menembus dari jenderal di kiri lobby.

Selain mengkilat, lantai itu juga dijaga kebersihannya. Din­ding lobby dicat senada dengan war­na lantai. Begitu juga kursi-kursi yang ada di ruangan ini.

Kursi-kursi yang disediakan bagi tamu direksi maupun peja­bat PT KCJ ini ditempatkan di be­be­ra­pa sudut. Yakni me­nem­pel di din­ding di sisi kanan pintu ma­suk. Di sebelah kursi tamu ini ter­da­pat rak kayu yang diisi sejum­lah surat kabar, tabloid dan majalah.

Sambil menunggu ditemui pe­ja­bat terkait, tamu bisa me­ngisi wak­tu dengan membaca berita. Bisa juga mengisi waktu dengan me­nonton siaran televisi 21 inci yang diletakkan di atas buffet kecil.

Kursi dengan warna kain krem muda juga diletakkan menempel di dinding di sisi kiri pintu masuk. Kursi-kursi ini bermodel sofa.

Persis di depan deretan sofa ini terdapat kursi tamu lainnya. Tapi bermodel klasik. Kaki, pe­nyang­ga tangan dan sandaran pung­gung terbuat dari kayu yang dicat warna jati cerah.

Menempel dengan jendela kaca di sisi kiri lobby terdapat rua­ngan berbentuk setengah ling­karan. Dindingnya terbuat dari kaca. Beberapa kursi besi ditem­patkan di dalamnya.

Ruangan ini untuk menggelar pertemuan dengan tamu. Untuk men­jaga privasi, dinding kacanya sengaja diburamkan di bagian te­ngah. Sehingga dari luar tak ter­lihat jelas apa yang dilakukan orang di dalam.

Di ruang lobby kantor PT KCJ ini juga dilengkapi meja re­sep­sio­nis. Warna lantai dibuat berbeda de­ngan lantai lobby. Lantai ditu­tupi granit warna gelap dengan bentuk setengah lingkaran.

Langit-langit di atas resep­sio­nis dibuat bertingkat. Bentuknya juga setengah lingkaran.  Dinding resepsionis pun dibuat berbeda de­ngan dinding lobby. Din­ding­nya dilapisi granit warna gelap.

Meja resepsionis terbuat dari kayu warna jati. Bagian atasnya dihiasi granit warna hitam. Di atas granit dipasang kaca. Dua pe­tugas keamanan berpakaian hitam menunggui meja ini.

Penerangan ruangan ini berasal dari lampu downlight. Puluhan lampu menyala walaupun siang hari. Beberapa foto kereta rel listrik menjadi penghias dinding lobby ini.

Di samping kanan meja terd­a­pat pintu kaca yang juga dileng­kapi kode akses. Pintu ini meru­pakan akses masuk ruang kerja karyawan.

Mengintip dari luar, kondisi sepi. Tak terlihat pegawai yang hi­­lir mudik. Padahal, Rakyat Mer­deka datang saat jam kerja. Karya­wan di kantor ini mencapai 200 orang.

Di dekat jendela terdapat se­buah pintu dari kaca yang juga dilengkapi kode akses.  Rakyat Merdeka tak diper­ke­nan bertemu dengan direksi PT KCJ maupun mengintip bagai­mana ruangnya.

Banyak perusahaan negara di bidang pelayanan publik yang membangun kantor direksinya maupun ruang tunggu tamu de­ngan sangat mewah. Ini di­persoalkan Menteri BUMN Dahlan Iskan.

Menurut Menteri, jika ruang tunggu tamu direksi bagus, maka ruang tunggu bagi masyarakat pengguna layanan idealnya juga harus dibuat bagus.

Tapi yang terjadi tak demikian. Lihat saja ke Stasiun Palmerah, Jakarta Barat. Stasiun yang tak terlalu besar ini dipadati ratusan penumpang yang menanti ke­datangan kereta.

Lantaran minimnya kursi, pe­numpang menunggu kereta sam­bil berdiri. Memang ada beberapa tempat duduk. Tapi jumlahnya bisa dihitung dengan jari.

Tempat duduk dibuat dari besi bekas rel. Tak ada satupun kipas maupun mesin penyejuk udara yang bisa mengusir udara panas.

Jangan berharap bakal melihat lantai yang mengkilat di sini. Se­bagian lantai stasiun masih dari semen. Plastik pembungkus per­men berserakan di lantai.

Peron Disterilkan, Penumpang Tidak Bertiket Dirazia

Menteri BUMN Dahlan Is­kan melihat dengan mata sen­diri kon­disi kantor PT Kereta Api In­do­nesia (KAI) yang sa­ngat bagus. Kondisi ini bertolak belakang dengan stasiun kereta.

Ia pun meminta kondisi ini dibalik. “Stasiunnya harus lebih bagus daripada kantornya,” pin­ta Dahlan. Dia berjanji akan me­nu­run­kan kemewahan di jajaran pim­pinan BUMN dalam waktu tiga bu­lan jika kinerjanya negatif.

“Yang penting saya mau kon­trol dulu yang presiden bilang bahwa bagaimana mengurangi ke­mewahan di BUMN. Insya Allah targetnya dalam tiga bu­lan,” katanya.

“Kalau direksinya tidak mam­­pu membuat fasilitas pub­lik lebih baik dari ruang di­reksi ya ruang direksinya yang harus diturunkan keme­wa­hannya,” katanya.

Dahlan menambahkan, penu­ru­nan kemewahan bagi direksi bukan berarti ruang kerja dibi­kin lebih jelek. Tetapi fasilitas un­tuk publik harus lebih baik dari ruang direksinya.

Sekretaris Perusahaan PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ), Makmur Syaheran me­ngatakan ruang kerja direksi maupun ruang tamunya biasa saja. “Di ruangan di­reksi tidak ada fasilitas me­wah,” katanya.

Makmur menyambut positif kritik dari Menteri BUMN Dah­lan Iskan yang menilai ruang ker­ja direksi lebih mewah dari fa­silitas publik.

“Kami menerjemahkan­ ma­su­­kannya tersebut bukan da­lam arti fisik saja yaitu membangun fasi­li­tas stasiun akan tetapi le­bih ke­pa­da perbaikan pel­a­ya­nan terha­dap penumpang,” katanya.

Makmur menuturkan, salah satu bentuk layanan yang se­dang dikembangkan yakni me­nyam­pai­kan pengumuman melalui pe­ngeras suara di setiap stasiun.

Pengumuman ini akan mem­be­ri­tahukan posisi kereta yang hen­­dak dinaiki penumpang. Se­lain itu, tambah Makmur, pi­hak­nya juga akan mem­ber­sih­kan peron di stasiun dari peda­gang liar dan penumpang yang tidak bertiket. Langkah itu di­la­kukan agar ma­syarakat peng­gu­na ke­reta merasa nyaman.

Restu Menteri Turun, Pisah Dari Saudara Tua

PT KAI Commuter Jabo­de­ta­bek adalah salah satu anak pe­ru­sahaan PT Kereta Api Indo­ne­sia (KAI). Perusahaan ini di­bentuk berdasarkan Inpres No­mor 5 Tahun 2008 dan Surat Ke­putusan Menteri Negara BUMN Nomor S-653/MBU/2008 tertanggal 12 Agustus 2008.

Pembentukan anak perusa­ha­an ini berawal dari keinginan PT KAI untuk lebih fokus da­lam memberikan pelayanan yang berkualitas. Juga menjadi bagian dari solusi permasalahan transportasi perkotaan yang semakin kompleks.

Sebulan setelah keluar surat keputusan Menteri BUMN, PT KAI Commuter Jabodetabek resmi terbentuk lewat akte pen­dirian Nomor 415 Notaris Tn. Ilmiawan Dekrit SH.

Kehadiran PT KAI Com­mu­ter Jabodetabek dalam industri jasa angkutan KA Commuter bukanlah tiba-tiba. Tapi melalui proses dan persiapan yang cu­kup panjang.

Di mulai dengan pemb­en­tu­kan Divisi Angkutan Perkotaan Jabotabek dengan memisahkan diri dari “saudara tuanya” PT Ke­reta Api Daop 1 Jakarta.

Setelah pemisahan ini, pela­yanan KRL di wilayah Ja­bo­ta­bek berada di bawah PT Kereta Api (Persero) Divisi Angkutan Per­kotaan Jabotabek. Semen­tara pelayanan KA jarak jauh yang beroperasi di wilayah Ja­bo­detabek berada di bawah PT Kereta Api Daop 1 Jakarta.

PT Kereta Api (Persero) Di­visi Angkutan Perkotaan Jabo­tabek kemudian berubah men­jadi sebuah perseroan ter­batas, PT KAI Commuter Ja­bo­de­tabek.

Setelah menjadi per­se­roan terbatas perusahaan ini men­dapatkan izin usaha Nomor KP 51 Tahun 2009 dan izin ope­rasi penyelenggara sarana per­keretaapian Nomor KP 53 Ta­hun 2009. Semua izin itu di­ke­luarkan Menteri Perhubungan.

Sesuai namanya, tugas pokok perusahaan ini memberikan pelayanan jasa angkutan kereta api komuter (untuk selanjutnya disebut “Commuter” saja).

Pelayanan itu diberikan de­ngan menggunakan sarana Ke­reta Rel Listrik (KRL) di wi­layah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang (Serpong) dan Be­kasi serta pengusahaan di bi­dang usaha non angkutan pe­numpang.   [Harian Rayat Merdeka]


Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA