RMOL. Dua satpam tampak tertunduk lesu di depan pintu Ruang Pameran Temporer B Galeri Nasional, Jakarta. Mereka sibuk mengutak-atik ponselnya untuk mengisi waktu. Tak ada ucapan selamat maupun sapaan ramah kepada pengunjung yang datang.
Mereka hanya terduduk diam membiarkan pengunjung masuk ke dalam ruang pameran. Jika ada yang bertanya, baru mereka menjawab.
Di tempat ini sedang berlangÂsung pameran foto hasil jepretan Ani Yudhoyono. Bukan hanya diÂpamerkan, foto-foto bidikannya ibu negara juga dibukukan.
Peluncuran buku berjudul “The Colours of Harmony, a PhoÂtogÂraphy Journey†dilakukan di temÂpat ini Jumat malam lalu (28/10).
Turut hadir dalam acara Presiden SBY, Wapres Boediono dan Herawati Boediono, serta seÂjumlah menteri Kabinet IndoÂneÂsia Bersatu Jilid II seperti Menko Perekonomian Hatta Rajasa, Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto dan keluarga inti SBY.
Rencananya, pameran berÂlangÂsung di sini sampai 3 November 2011. Masuk ke dalam Galeri Nasional, tak terlihat meja resepÂsionis penerima tamu di tempat ini. Pengunjung yang datang juga tak diberikan katalog yang menjelaskan makna dan tujuan pameran ini.
Di bagian luar juga tak terlihat spanduk, baliho atau sejenisnya yang menandakan sedang berÂlangsungnya pameran. Saat RakÂyat Merdeka berkunjung Sabtu lalu, orang yang melihat-lihat paÂmeran tak banyak.
Memasuki ruang pameran, deretan foto-foto karya Bu Ani terÂtata dengan rapi. Ada 21 foto di ruangan pertama. Tiga foto pertama memiliki tema sama yakni pemandangan pegunungan Alpen berselimut salju.
Kemudian foto yang menangÂkap suasana indahnya musim guÂgur di Tokyo, Jepang dan Seoul, Korea SeÂlatan. Ibu negara juga mengaÂbaÂdikan panorama kota Hanoi, VietÂnam dan Ankara, ibu kota Turki.
Masjid Nabawi, Madinah deÂngan nuansa langit biru juga menÂjadi obyek jepretan Ani YudhoÂyono. Suasana pelabuhan di Kopenhagen, Denmark, nuansa kota tua Jenewa, parade militer pada Perayaan Hari Republik India, dan suasana Pantai JeruÂdong, Brunei Darussalam di sore hari diambil Ani Yudhoyono saat mendampingi SBU berkunjung ke luar negeri.
Ani Yudhoyono mengabadikan keindahan alam dan budaya daÂlam negeri. Di antaranya foto peÂnari kecak di Bali, pementasan sendratari Bali, tarian gemilar suguhan di Palembang.
Pemandangan alam yang masuk dalam bidikannya adalah tepi pantai Padang Golf Nirwana di Pulau Bintan, Kepulauan Riau. Lalu Pura Uluwatu yang berdiri di atas tebing karang di ujung selatan Pulau Bali, dan hamparan sawah yang menguning di kawaÂsan Mahagiri, Karangasem, Bali.
Salah satu foto yang cukup unik adalah sepasang pesawat temÂpur Shukoi yang sedang terÂbang di atas langit Sulawesi SelaÂtan. Foto ini diambil dari Ani Yudhoyono dari pesawat Garuda yang ditumpangi rombongan presiden. Dua pesawat tempur buatan Rusia mengawal perjalaÂnan pesawat kepresidenan.
Dua puluh satu foto lainnya diÂpajang di ruang kedua. KeinÂdaÂhan nuansa Istana Kepresidenan di Yogyakarta, Bogor, dan CiÂpaÂnas, Jawa Barat dijadikan obyek foto.
Naluri kewanitaan Ani YudhoÂyono juga tergambar dalam foto-fotonya. Ia memotret keindahan berbagai jenis bunga. Aira, cucu pertama juga tak luput jadi obyek. Dua foto yang mengambarkan kepolosan dan senyum Aira ikut dipamerkan.
Memasuki ruang ketiga, kita bisa melihat 18 foto lainnya. Foto-foto yang dipajang di sini meÂngambil tema satwa. Mulai dari foto kupu-kupu yang mengiÂsap sari bunga, serangga kepik yang hinggap di buah pohon jaÂrak, capung jarum oranye, keÂruÂmunan anak laba-laba, kawanan burung parkit, sepasang rusa TuÂtul beradu tanduk di Istana Bogor, cheetah, harimau Sumatera, buÂrung rangkong, burung matahari punggung hijau, bunglon, beÂrang-berang pantai diabadikan keindahannya.
Minimnya sosialisasi ternyata berpengaruh kepada kedatangan pengunjung. Menurut HerlamÂbang, penjaga pameran, hingga pukul empat sore hanya 20 orang yang berkunjung. PaÂmeran ini dibuka sejak pukul 10 pagi.
“Nggak terlalu ramai yang datang. Paling satu dua orang abis itu pergi lagi. Setengah jam lagi nanti ada yang datang lagi,†ujarnya.
Kenapa tidak ada katalog? HerÂlambang mengatakan tidak ditiÂtipi katalog oleh penyeÂlenggara. “Kami cuma dikasih perintah buka pintu ruang pameran, terus jagain jangan sampai fotonya hilang. Cuma itu saja,†ujarnya.
Jovian (19), salah satu pengunÂjung yang ditemui tak bisa meÂnutupi kekagumannya meÂmanÂdang hasil karya fotografi Ani Yudhoyono. “Fotonya keren-keÂren. Obyeknya bagus-bagus seÂmua,†ujarnya berdecak kagum.
Pria yang juga menyukai fotoÂgrafi ini mengatakan, hasil jepÂretan Ibu Negara seperti fotoÂgrafer profesional. Bahkan, diriÂnya tak menyangka seorang istri presiden bisa menghasilkan foto-foto yang begitu indah.
“Ngambil sudutnya bagus. GamÂbarnya tajam semua. KomÂposisi bagus. Gegitu juga penÂcaÂhaÂyaannya nggak kurang. Nggak nyangka Bu Ani bisa bikin foto sebagus itu. Ternyata diam-diam beliau punya bakat terpendam,†ujarnya.
Hal senada juga diungkapkan Johana (27) pengunjung lainnya. Setelah melihat satu per satu foto di ruang pameran, dirinya pun tak menyangka foto itu hasil karya Ani Yudhoyono.
“Fotonya bagus-bagus. SpeÂsialÂnya, beliau bisa foto objek yang nggak bisa kita foto. ConÂtohnya, parade pasukan India itu kan sebenarnya dilarang bawa kamera. Kemudian foto Istana Cipanas ada matahari paginya. Kan hanya orang tertentu yang punya akses masuk ke dalam,†ujarnya.
Wanita yang juga menekuni fotografi ini sebenarnya Ani YudhoÂyono lebih banyak meÂmaÂmerkan koleksi foto dengan obyek eksklusifnya.
“Foto yang Ibu bisa ambil, kita nggak bisa ambil. Pengennya tadi yang keluar foto yang begitu seÂmua. Foto yang aksesnya terbatas buat orang umum. Kayak foto jet tempur yang diambil dari pesawat yang ditumpangi Bu Ani,†ujarnya.
Dia menilai, untuk seukuran istri presiden yang sibuk dengan kegiatan kenegaraan, hasil jepretan Ani Yudhoyono sangat bagus. “Kayaknya Bu Ani senang pemandangan atau landscape. Tapi foto potrait dan human interest-nya kurang.
Johana menyayangkan sosialiÂsasi dari penyelenggara sehingga pameran ini sepi pengunjung. “KuÂrang sosialisasi seperti spanduk dan baliho. Yang jaga di depan juga kurang ramah,†keluhnya.
Merekam Ekspresi Bangsa Lewat Fotografi
Jika diamati, ada benda yang selalu menyertai Ibu Negara Ani Yudhoyono dalam hampir setiap kegiatan yang dia jalani. MiÂsalÂnya, saat Ibu Ani mendampingi sang suami, Presiden Susilo BamÂbang Yudhoyono, meÂlakuÂkan kunjungan kerja. Apa itu?
Sebuah kamera menjadi barang wajib yang tak boleh dilupakan ajuÂdan. Itu wajar karena ibunda Agus Harimurti dan Edhie BasÂkoro ini memang punya hobi fotoÂgrafi. Itu pula yang terlihat saat Ani mendampingi SBY mengÂhaÂdiri Lomba Cipta Nasional 2011 di halaman Istana Bogor lalu (17/9).
Pemilik nama lengkap KrisÂtiani Herawati tersebut memilih tidak selalu berada di belakang suaminya. Lantaran ingin memÂbidikkan lensa kamera ke arah peserta lomba.
Satu per satu anak-anak yang teÂngah melukis, membatik, atau meÂnyanyikan lagu karya sendiri pun tak luput dari jepretannya. SeÂseÂkali dia mengganti kameÂranya deÂngan jenis SLR berlensa panjang.
Dalam suatu kesempatan, Ani Yudhoyono mengungkapkan, deÂngan kegemaran itu dia bisa meÂngabadikan berbagai momen dan ekspresi. “Saya masih masuk daÂlam kategori pemula dalam biÂdang fotografi dan masih harus baÂnyak belajar,†katanya.
Meski begitu, hasil jepretannya ikut menghiasi salah satu koridor di dekat Wisma Negara. Lantas, kepada siapa Ani Yudhoyono belajar fotografi? Berdasar inforÂmasi yang diperoleh Rakyat MerÂdeka, salah seorang fotografer Istana, Dudi Anung merupakan salah satu mentornya.
Tak pelak, Anung pun selalu terlihat dalam acara-acara yang diÂikuti Ani. Bahkan, Anung maÂlah ikut membawakan salah satu di antara dua kamera yang sedang tidak digunakan.
Dalam beberapa pertemuan formil, Ani Yudhoyono sibuk menÂdokumentasi kegiatan itu. Misalnya pada peringatan ulang tahun TNI 5 Oktober lalu, di Markas Besar Cilangkap.
Duduk di samping Presiden, Ani Yudhoyono terlihat beberapa kali membidikkan kameranya. Dia mengambil gambar aksi praÂjurit sedang unjuk kebolehan bela diri. Ibu negara juga tampak terÂpukau dengan parade tentara dan peralatan tempur TNI.
Sambil melihat dari kaca bidik, tangan kirinya memutar-mutar lensa untuk menemukan kefoÂkuÂsan gambar serta mengatur penÂcahayaan. Sesekali hasil jepÂreÂtannya itu diperlihatkan kepada sang suami yang menanggapi dengan senyum.
Meski merasa masih pemula, alat jepret Ani Yudhoyono bukan kamera sembarangan. KameÂraÂnya tidak kalah dengan yang diÂguÂnaÂkan fotografer di lingkungan Istana.
Peralatan kamera yang sering terlihat dibawa ibu negara yakni Canon G11. Ini yang paling seÂring digunakan putri dari bekas Komandan Komando Pasukan Khusus Sarwo Edhie Wibowo tersebut. Selain itu Ani juga meÂmiliki kamera Canon EOS 1D deÂngan lensa 16-35.
Beberapa hasil jepretannya pernah ikut serta dalam Foto KeÂbudayaan Indonesia 2011 yang digelar 20–25 Agustus lalu. Lima buah karyanya ikut dipajang di Galeri Nasional bersama 2.575 foto lain dari seluruh Indonesia.
Ani Yudhoyono turut memberi kata sambutan pada malam Anugerah Pewarta Foto IndoÂnesia. Dalam sambutannya, dia menjelaskan soal hobi fotografi yang ditekuninya.
“Melalui fotoÂgrafi saya dapat merekam denyut nadi anak bangÂsa, sorot mata keceriaan, kejuÂjuÂran, kepolosan, dan bahkan keÂpasÂrahan,†katanya.
Menyesal, Kenapa Tidak Dari Dulu
Ibu Negara Ani Yudhiyono meluncurkan buku berisikan foto-foto hasil jepretannya di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta, Jumat 28 Oktober lalu.
Foto-foto itu diambil dalam kurun waktu tiga tahun terakhir saat mendampingi Presiden SBY berkunjung ke sejumlah wilayah di Tanah Air maupun ke luar negeri.
Saat memberikan sambutan peluncuran bukunya yang diÂberi judul “The Colours of HarÂmony, a Photography Journeyâ€, Ani Yudhoyono bercerita mengenai hobi fotografi.
Menurut dia, hobi ini kembali digeluti setelah puluhan tahun ditinggalkannya. Adalah sang ayah, Sarwo Edhi Wibowo yang pertama kali memÂperÂkeÂnalkan dunia fotografi kepada dirinya.
Saat itu ayahnya rajin menÂdoÂkumentasikan kegiatan keÂluarga dengan kamera Canon jaÂgoannya. Penasaran hasil jepÂretan ayahnya, Ani sering meÂngikuti Sarwo Edhie menyepi di kamar gelap, tempat menÂceÂtak foto. Sarwo tahu keterÂtariÂkan putrinya terhadap fotografi.
“Juli 1976 ketika saya meÂnikah dengan Pak SBY, berÂsama-sama dengan saudara-sauÂdari saya, ayah menamÂbahÂkan tustel sebagai kado peÂrÂniÂkaÂhan kami. Dengan tustel itu saya lakukan apa yang beliau lakukan,†kata Ani Yudhoyono.
Dengan tustel hadiah itulah, Ani Yudhoyono mulai meÂmotÂret beberapa momen keluarÂgaÂnya. Obyek yang paling meÂnaÂrik Ani adalah kedua putra meÂreka, Agus Harimurti dan dan Edhie Baskoro.
“Benar kata ayah tercinta, deÂngan potret itu saya bisa ikuti perÂkembangan dan pertumÂbuÂhan anak-anak kami, terutama ya fisiknya. Itulah yang nyata dari tahun ke tahun,†ujarnya.
Kesibukan Ani menjadi ibu dan istri prajurit membuatnya lupa akan hobi memotret. HingÂga akhirnya tiga tahun lalu ia kembali tergerak untuk kembali ‘bermain-main’ dengan kameÂra, mengingat banyak kegiatan kenegaraan yang ingin ia rekam dengan foto hasilnya sendiri.
“Saya sangat senang tustel zaman sekarang, tustel digital. Jauh lebih canggih dari zaman dulu. Nggak perlu negatif, motÂret jadi ringan dan meÂnyeÂnangÂkan. Kalau nggak pas, tinggal dihapus dalam sekejap,†ujarÂnya tersenyum.
Ani melanjutkan, dalam tiga tahun tak terasa ratusan foto telah ia hasilkan. Dengan kaÂmeÂra canggih, hasilnya pun amat jauh dari mengecewakan. “KaÂgum sendiri, kok bagus ya. ArtiÂnya menyesal sendiri kok nggak dari dulu,†ucapnya.
Rasa penyesalan yang diÂmakÂsudkan Bu Ani adalah keterlambatannya memanÂfaatÂkan posisinya sebagai istri orang nomor satu di Indonesia itu. Padahal menurutnya, seÂbagai istri presiden tentu selalu mendapat posisi dan sudut panÂdang terbaik dalam mengambil setiap momen kejadian.
Contohnya, saat menghadiri (perayaan) hari Republik India di New Delhi. Para pemimpin negara yang jadi tamu meÂnyakÂsikan defile pasukan angkatan bersenjata India.
“Sebagai tamu kehormatan kami duduk di tribun bersama Presiden dan PM India. Saat itu saya bawa tustel pocket yang saya taruh di balik selendang saya. Karena waktu itu ada tulisan dilarang bawa tustel, handphone, saya akal-akali. Saya simpan di balik selenÂdang,†ujarnya tersenyum.
Saat pertunjukan defile, Ani tak kuasa tak mengabadikan momen tersebut. Ia pun minta izin untuk memotret peristiwa langka itu.
“Ibu Manmohan Singh berÂtanya ke panglima. Setelah daÂpat izin saya baru abaÂdikan peÂristiwa di depan tribun keÂhorÂmatan. Waktu itu yang sangat menarik saya seragam tentara dengan topi kipas warna-warni yang sangat cantik.â€
“Melintasnya tentara kuda yang bawa bendera kecil merah putih sebagai penghormatan kepada Presiden Indonesia, dan juga pasukan unta. Tentu saja hal ini baru pertama kali ini saya lihat, ada pasukan naik unta,†ujarnya mengenang kiÂsah itu. [rm]
BERIKUTNYA >
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.