Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Jakarta Macet Parah Sampai 15 Desember

Proyek Gorong-gorong di Jalan Protokol Perparah Kemacetan

Sabtu, 29 Oktober 2011, 07:17 WIB
Jakarta Macet Parah Sampai 15 Desember
ilustrasi, Jakarta Macet Parah

RMOL. Peluh mengucur tak henti-hentinya di dahinya. Tetesan keringat itu berlabuh di mata kirinya. Meninggalkan rasa perih. Kaos kutang lusuh yang dikenakannya diusap-usapkan ke mata untuk menghilangkan perih. Setelah lebih baikan, pekerjaan dilanjutkan kembali.

Bersama puluhan pekerja lainnya, ia sedang mengerjakan proyek pembuatan gorong-gorong (box culvert) di sepanjang Jalan Sudirman. Dibantu alat berat, dengan hati-hati box culvert diturunkan ke tanah yang sudah digali.

Beberapa pekerja lainnya me­lakukan pengecoran. Panas me­nyengat dan hujan yang me­ngu­yur tak dihiraukan. Mereka terus bekerja bahu membahu meny­e­le­saikan proyek ini seolah ber­ke­jaran dengan waktu. Hiruk pikuk kendaraan yang lalu lalang di atas mereka sama sekali tak me­ngang­gu konsentrasi bekerja.

Semeter dari situ, arus lalu lin­tas tersendat. Kendaraan me­ngu­lar ke belakang. Maklum, hanya satu lajur di jalan ini yang bisa di­lalui. Sebab proyek ini mema­kan setengah ruas jalan di jalur lambat ini.

Pembuatan gorong-gorong ini tak hanya di satu tempat, me­lainkan beberapa titik. Simpul-simpul kemacetan pun jadi lebih banyak. Lepas dari simpul ke­ma­cetan yang satu, kembali terjebak kemacetan di titik berikutnya.

Di sepanjang Jalan Sudirman ada beberapa tempat yang jadi tempat pengerjaan proyek ini. Yakni di depan Ratu Plaza hingga Gelora Bung Karno. Pinggir jalan setelah pedestrian terokupasi pro­yek ini. Lebar proyek bisa 1,5 me­ter-2 meter, dengan keda­laman 2 meter.

Batas lokasi proyek dengan ruas jalan yang masih bisa dilalui tidak jelas. Di Jalan Sudirman, ba­tas proyek dan jalan hanya kayu-kayu kecil, kemudian pita plastik hitam putih yang diben­tangkan di antara kayu-kayu tersebut.

Hal itu tentunya sangat mem­bahayakan para pengendara se­peda motor. Jalan yang semakin menyempit, bisa menyebabkan para pengendara sepeda motor terperosok ke dalam lubang akibat berdesak-desakan.

Banyaknya tanah sisa galian di tepi jalan juga menyebabkan jalanan menjadi becek saat hujan turun. Juga membuat jalan men­jadi licin. Membahayakan ke­selamatan pengendara terutama roda dua.

Berjalan dari arah Bundaran Hotel Indonesia (HI) proyek pem­buatan gorong-gorong sudah mulai terlihat di depan gedung Plaza Sentral. Aspal di sisi kiri jalan yang bersampingan dengan trotoar sudah dihancurkan.

Tampak satu bekhoe disiapkan di tempat ini. Box culvert untuk gorong-gorong juga sudah di­siapkan di sepanjang jalan. Pe­ngerjaan proyek ini terlihat jelas mulai jelas mulai sisi jalan di de­pan lahan kosong di samping Polda Metro Jaya hingga men­jelang kantor Kementerian Pen­dayaangunaan Aparatur Negara (Kemenpan).

Tingkat penyelesaian proyek ini berbeda-beda. Ada yang baru tahap pemecahan aspal. Ada yang sudah penanaman box culvert. Ada juga yang tinggal penge­coran bagian atas box culvert se­belum ditutupi aspal.

Untuk jalur ini, pengamanan batas proyek gorong-gorong de­ngan jalan bisa dibilang tidak baik. Di beberapa bagian hanya dipasangi pita plastik hitam putih dan poster PT Idee Murni Pra­tama sebagai kontraktor pe­ngerjaan proyek ini.

Di bagian lain tampak sudah di­pasangi pembatas jalan dari beton, namun jarak yang satu de­ngan yang lainnya masih kurang rapat.

Di sepanjang jalur lambat Jalan Sudirman dari arah Blok M me­nuju Bundaran HI maupun se­baliknya dari arah Bundaran HI, satu ruas jalan tak bisa dilalui.

Sehari-hari Jalan Sudirman me­rupakan jalan yang sangat si­buk dan padat. Banyak gedung perkantoran di kawasan ini. Tanpa adanya proyek pembuatan gorong-gorong saja, kawasan ini kerap macet pada jam-jam sibuk

Dengan adanya proyek ini, kemacetan di ruas jalan ini ber­langsung sepanjang hari. Mulai dari pagi sampai malam hari. Baru menjelang tengah malam, jalan agak lenggang. Para pe­ngen­dara yang melintas di jalan sepertinya harus mem­biasakan diri menghadapi situasi kemace­tan parah ini.

Dari arah underpass di samping Plaza Semanggi menuju Blok M misalnya, kendaraan sudah sulit bergerak. Untuk sampai ke Polda Metro Jaya saja memakan waktu 15 menit, padahal jaraknya tak sampai 500 meter.

Beberapa pengguna sepeda motor bahkan nekat melintasi tro­toar agar bisa sesegera mungkin keluar dari jebakan macet.

Pembuatan gorong-gorong juga dilakukan di ruas jalan peng­hubung Hotel Mulia hingga me­nuju Pasar Palmerah. Tepatnya di belakang Gedung MPR/DPR, pe­ngerjaan gorong-gorong itu di­lakukan di sisi jalan sebelah kiri.

Gorong-gorong yang dipasang di sini lebih kecil. Tapi tanah be­kas galian dibiarkan menumpuk di pinggiran jalan. Akibatnya ruas jalan di situ menjadi lebih sempit. Sebagian ruas jalan sudah di­ambil proyek tiang-tiang monorel yang gagal.

Galian sedalam 1,5 meter itu cu­kup membahayakan kese­la­matan pengguna jalan. Sebab, di sepanjang proyek gorong-gorong ini sama sekali tak dipasangi pembatas ataupun tanda khusus.

Tak ayal, keluhan datang dari sejumlah pengguna jalan karena kemacetan yang semakin men­jadi-jadi di ruas jalan itu. Deni (23), kurir sebuah restoran cepat saji ini adalah salah satu peng­gu­na jalan yang paling merasa di­ru­gikan parahnya kemacetan di situ.

“Jujur proyek ini sangat me­nganggu sekali. Jalanan jadi se­makin macet saja. Saya kan pe­ngantar makanan dan diberi tar­get waktu. Selama ada proyek ini jadi ngaret terus,” keluhnya.

Dia mengaku selama ini hanya membutuhkan waktu 30 menit mengantarkan pesanan makanan ke gedung-gedung perkantoran di sepanjang Jalan Sudirman. Tapi sejak ada proyek pembuatan go­rong-gorong, bisa memakan waktu 45-60 menit.

“Konsumen pada komplain, karena kita datang nggak tepat waktu. Mau nggak mau kita harus ngasih kompensasi, kan kita sudah janji nyampe 30 menit. Saya berharap cepat diselesaikan. Nggak ada gitu aja udah macet kok,” katanya.

Keluhan yang sama juga di­sampaikan oleh Amin (27), kurir pengantar barang. Pria yang se­hari-hari kerap mengantarkan paket ke gedung-gedung per­kantoran di sepanjang Jalan Su­dirman ini mengaku banyak menghabiskan waktu di jalan karena adanya proyek pembuatan gorong-gorong.

“Jalanan jadi luar biasa macet. Tau sendiri Jalan Sudirman ma­cetnya udah lumayan parah mes­ki nggak ada proyek beginian. Kerjaan saya nganterin paket jadi makin lambat. Seharusnya dalam satu jam udah dapat dua tempat, se­karang satu aja susah,” keluhnya.

Amin heran proyek gorong-go­rong dilakukan saat sudah me­masuki musim hujan. Seharusnya pada musim kemarau. “Proyek penanggulangan genangan air kok dikerjakan di musim hujan Orang-orang di pemerintahan kapan pinternya sih. Wajar aja Jakarta makin semrawut kaya begini. Ngakunya ahli, tapi nggak ada yang bener,” ujarnya dengan nada ketus.

Tumpukan tanah dan gorong-gorong yang ditaruh di trotoar juga menyebabkan penumpang sulit naik atau turun bus. Karena satu sisi jalan yang tak berfungsi, mau tak mau bus menurunkan penumpangnya di tengah jalan.

“Di sini masih lebih baik. Di seberang sana lebih parah lagi kalau mau naik atau turun bus,” kata Bagus Handoko, warga yang sedang menunggu bus di Halte Polda ke arah Blok M.

Reni (25), karyawati swasta menuturkan, harus berjalan ke lokasi yang belum dilakukan penggalian untuk menunggu bus ketika pulang kerja. Ia tak berani menunggu di lokasi proyek karena khawatir terserempet bus.

“Saya harus nunggu bus ke sebelah sana yang jalannya belum digali. Soalnya aman dari cip­ratan lumpur. Pengennya cepet-cepet diberesin biar kita nunggu bus juga enak, jalanan juga nggak semacet ini lagi,” ujarnya.

Suko, pelaksana proyek PT Idee Murni Pratama mengatakan kawasan Sudirman merupakan salah satu dari 50 titik proyek rehabilitasi gorong-gorong di ibu­kota yang tengah dilakukan Pemprov DKI Jakarta. Proyek ini ditargetkan rampung 15 Des­em­ber mendatang. Menurut dia, kemacetan parah yang melanda kawasan Sudir­man-Thamrin be­berapa hari terakhir lebih karena faktor hujan saja.

Jalur Busway Boleh Dilintasi

Untuk mengurangi kemacetan di Jalan Sudirman-Thamrin aki­bat proyek gorong-gorong, ke­po­lisian memperbolehkan pe­ngen­dara melewati jalur busway. Ke­dua jalan protokol ini dilalui bus Trans­jakarta koridor I (Blok M-Kota).

“Kedua arah bisa digunakan ken­daraan pribadi, baik me­nga­rah ke Blok M ataupun ke arah HI (Hotel Indonesia). Itu salah satu upaya untuk mengurai ke­macetan,” kata Ajun Komisaris Tri Wibowo, Kepala Urusan Tek­nologi dan Informasi Traffic Ma­nagement Center Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya.

Menurut dia, membuka jalur Transjakarta koridor I bagi hanya solusi cepat untuk mengurai kemacetan di sepanjang Jalan Sudirman-Thamrin.

“Saya belum tahu sampai ka­pan dibuka. Yang jelas, mulai hari ini (maksudnya kemarin), jalur Transjakarta koridor I bisa dilalui kendaraan pribadi,” ujar kata Tri. Ia belum bisa memastikan sampai kapan kebijakan diterapkan.

Hasil pemantauan Ditlantas Polda Metro Jaya, kemacetan di ruas jalan Sudirman-Thamrin se­makin parah. Biasanya, kepa­da­tan lalu lintas sudah berkurang pada pukul 10.00 WIB. Pada saat itu, jam masuk kerja sudah ber­akhir. Namun sejak ada proyek gorong-gorong, kemacetan ter­jadi sepanjang hari.

“Kalau sekarang pukul 10.00 WIB masih macet, salah satu pe­nyebabnya memang itu (proyek gorong-gorong),” Tri.

Dinas Perhubungan DKI Jakar­ta tak bisa berbuat banyak me­ngatasi kemacetan di Jalan Su­dirman-Thamrin yang timbul aki­bat proyek gorong-gorong.

“Kalau ingin jalan itu tidak banjir lagi, ya kita harus men­du­kung pembangunan (gorong-go­rong) itu,” ujar Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Udar Pristono.

Pristono mengatakan, mau tak mau gorong-gorong harus dibuat di bawah jalan. Tak mungkin di­buat di bawah pedestrian yang su­dah penuh dengan sambungan ka­bel, pipa air minum maupun gas.

Ia bergarap pelaksana proyek memberitahukan kepada pe­ngen­dara. “Misalnya lewat spanduk, dan Situs TMC,” katanya. TMC adalah kependekan dari Traffic Management Center yang di­mi­liki Polda Metro Jaya.

Pristono mengatakan Dishub juga tidak mungkin mengalihkan arus lalu lintas di kawasan itu. Ia menyarankan pengendara yang tidak ingin terjebak macet agar tidak melintasi jalan itu. “Paling baik ya cari alternatif jalan lain,” sarannya.

Si Kontraktor Ditegur Polisi

Kepolisian rupanya tak tinggal diam melihat kemacetan yang makin parah akibat ada­nya proyek gorong-gorong di ruas Jalan Sudirman-Thamrin. Di­rek­torat Lalu Lintas Polda Metro Jaya melayangkan surat somasi kepada pelaksana proyek itu.

Dalam suratnya, kepolisian meminta pelaksanaan proyek memperhatikan dampak pe­ngerjaan gorong-gorong (box culvert) itu terhadap arus lalu lintas di sekitarnya.

“Ini somasi yang kedua. Kami akan layangkan segera dan akan kami tembuskan ke Pemerintah Provinsi DKI,” ujar Kasubdit Keamanan dan Ke­se­lamatan, AKBP Yakub Dedi Kurniawan.

Yakub mengungkapkan, so­masi tersebut dilayangkan ka­re­na pihaknya melihat pelak­sana proyek melanggar UU No­mor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

“Ada beberapa aspek ke­ama­nan, ketertiban dan keselamatan yang tidak diperhatikan oleh pe­laksana proyek,” ungkapnya.

Dalam somasi tersebut, jelas Dia, Polda mencantumkan se­jumlah permintaan terhadap pelaksana proyek. Misalnya, pe­ngerjaan proyek dilakukan pada malam hari. Selama ini proyek dilakukan pada siang hari.

“Kalau siang hari kan banyak aktivitas masyarakat, tentunya hal itu sangat menganggu peng­guna jalan,” ucapnya.

Polisi juga meminta agar pe­laksana proyek memasang ram­bu dan peringatan di lokasi penggalian. Pemasangan rambu proyek dilakukan agar ma­sya­rakat pengguna jalan mewas­padai adanya pekerjaan di titik-titik tersebut.

“Memang kita lihat, rambu pekerjaan seperti traffic cone, ro­tator untuk malam hari itu ma­sih minim sekali,” kata Ya­kub. Selain itu, Polda juga me­ngimbau agar pelaksana me­min­dahkan pos proyek, blok box culvert, dan material lain­nya dari dari trotoar. Ini agar tak mengganggu pejalan kaki.

“Menaruh material di trotoar dan di depan halte itu tidak benar, mengganggu orang yang jalan kaki,” katanya. Di sam­ping menyebabkan ke­macetan, Yakub menam­bah­kan, pe­ngerjaan proyek gorong-gorong ini membuat kotor. Tanah sisa galian bertebaran.. “Jalanan jadi becek dan licin,” ucapnya.

Pekerjaan rehabilitasi go­rong-gorong ini telah berjalan beberapa hari ini di sejumlah titik di sepanjang Jalan Jenderal Sudirman. Adapun, pelaksana proyek adalah PT Ide Murni Pratama. “Dia tidak hanya me­nangani proyek ini, tetapi juga menangani proyek-proyek lain di Jakarta,” katanya.

Yakub mengultimatum pro­yek harus selesai sebelum SEA Games XXVI di Jakarta pada 11 November nanti. “Kondisi ja­lan sudah harus dikembalikan seperti sebelum proyek dilak­sa­na­kan,” tegas dia.

Ruas jalan yang sempat digali harus sudah ditutup aspal saat pesta olah­raga negara-negara Asia Tenggara itu.

Kontraktor proyek rehabi­litasi gorong-gorong di se­pan­jang Jalan Sudirman, PT Idee Murni Pratama mengklaim su­dah menjalankan instruksi Dit­lantas Polda Metro Jaya dan Di­nas Pekerjaan Umum soal pe­masangan rambu dan penga­ma­nan di sekitar lokasi proyek.

Suko, pelaksana proyek PT Idee Murni Pratama meng­a­ta­kan pihaknya sudah memasang separator MCB dan lampu. Pe­ma­sang ini untuk mem­be­ritahukan kepada pengendara yang melintas.

Suko menambahkan, pema­sa­ngan rambu sebagai penga­manan bagi pengendara sudah dilakukan sejak Kamis (27/10) malam. “Tapi kalau memang masih kurang kita tambahi,” imbuhnya.

PT Idee Murni Pratama telah menerima somasi dari Ditlantas Polda Metro Jaya beberapa hari lalu. Menurut Suko, surat itu berisi evaluasi terhadap proyek yang sedang kerjakan.

“Somasi itu karena ada yang kurang, memang ada surat eva­luasi tentang pekerjaan kita, tapi yang kurang-kurang akan kita penuhi dan tambahi,” ucapnya.

Suko menuturkan, waktu pengerjaan dijadwalkan mulai pukul 22.00 WIB. Sebab, pada dalam rentang waktu tersebut volume kendaraan yang me­lin­tas cederung bisa dikendalikan. Kesepakatan itupun, me­nu­rut­nya, diambil setelah ber­koor­dinasi dengan pihak terkait termasuk Ditlantas Polda.

“Jadi bukan kita yang mau melakukan menutup sewenang-wenang. Kita tetap koordinasi dengan pihak terkait, dan Dit­lan­tas juga menempatkan petu­gas di lapangan,” kata dia.

Distop Selama SEA Games

Agar pengendara tak ter­pe­rosok ke lubang galian gorong-gorong, Dinas Pekerjaan Umum (PU) DKI Jakarta me­masang bingkai beton sebagai pembatas.

“Bingkai itu sudah kami pa­sang di sepanjang galian. Bing­kai ini terbuat dari beton yang berat, sehingga bisa menahan kendaraan-kendaraan yang me­nabraknya dan tidak jatuh ke da­lam galian,” kata Kepala Di­nas Pekerjaan Umum DKI Ja­karta Ery Basworo.

“Kalau memang dirasa belum cukup kami akan minta tambahkan lagi,” tambah dia. Selain memasang bingkai beton ini, Dinas PU juga akan me­ma­sang lampu-lampu yang mem­berikan tanda bagi pengendara untuk berhati-hati melewati lokasi proyek.

Walaupun banyak diprotes karena menyebabkan macet, Ery mengatakan proyek terus ber­jalan. Proyek baru dihen­ti­kan saat pelaksanaan SEA Games.

Beberapa hari menjelang pes­ta olahraga itu, lokasi pro­yek dibersihkan. “Selama pe­lak­sanaan SEA Games kan tidak boleh ada pengerjaan,” kata dia.

“Seluruh galian akan kami tutup dengan pasir dan batu (sir­tu). Gorong-gorong ini tetap be­lum bisa dilewati, karena masih sirtu.  Tetapi setidaknya akan le­bih aman,” sambung Ery.

“Nanti setelah SEA Games, se­luruh permukaan sirtu itu akan ditutup dengan beton lalu diaspal. Selama SEA Games berl­angsung, pekerjaan akan dihentikan dulu. Kita tidak akan membuka galian baru lagi, sampai SEA Games selesai,” tegasnya.

Ia berharap lokasi pengerjaan gorong-gorong ini sudah di­bersihkan sebelum 10 No­vember.   [rm]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA