Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Guru Takut Masuk Kelas, Murid Pun Masih Trauma

Plafon Ruang Kelas SDN Utan Kayu Roboh Saat Pelajaran

Kamis, 27 Oktober 2011, 06:27 WIB
Guru Takut Masuk Kelas, Murid Pun Masih Trauma
ilustrasi, sekolah rusak

RMOL. Farida takut-takut memasuki ruang kelas IV untuk memulai pelajaran, Rabu pagi (26/10). Kejadian sehari sebelumnya masih membayangi guru yang merangkap wali kelas IV itu.

“Khawatir kejadian itu ter­ulang,” kata perempuan ber­jilbab yang sudah puluhan tahun me­ngajar di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Utan Kayu Utara 01 Pagi, Matraman, Jakarta Timur.

Selasa pagi (25/10), langit-langit ruang kelas IV roboh. Sejumlah murid terluka tertimpa papan fibercement (GRC) pe­nutup plafon.

Plafon itu roboh  saat jam pe­la­jaran baru dimulai. Saat itu, sebanyak 40 murid kelas IV su­dah du­duk di bangkunya masing-ma­sing. Farida pun bersiap memulai pelajaran Bahasa Indonesia.

Sebelum memulai pelajaran, ia mengambil daftar absensi dan membaca satu per satu nama sis­wa yang tercatat di situ. Siswa yang masuk diminta untuk men­jawab dengan “hadir” bila na­manya dipanggil.

Tiba-tiba terdengar suara “bruk”. Farida melihat papan pla­fon di bagian belakang kelas roboh  dan menimpa murid-murid.

Kelas pun riuh dengan suara kesakitan dan tangisan siswa yang tertimpa papan plafon. Se­mentara siswa yang selamat be­rebutan keluar kelas.

 â€œSeketika itu saya langsung menghampiri siswa yang ter­tim­pa atap untuk menolongnya se­ce­pat mungkin,” kata Farida.

Keributan di ruang kelas IV dan siswa yang berhamburan ke­luar memancing perhatian guru-guru kelas lain. Sebelas siswa yang tertinggal pecahan papan plafon di bawah ke Klinik Walu­yo yang tak jauh dari lokasi sekolah.

Sebagian besar murid yang ter­timpa papan plafon menderita ben­jol di kepala, luka memar di wa­jah, lengan dan kakinya. Se­se­orang murid bernama Maria Mar­gareta Florensiasudin (9) mengalami luka robek di bagian bibirnya.

Kegiatan belajar mengajar di ke­las IV dihentikan. Para murid lalu digiring ke ruang perpu­s­ta­ka­an untuk istirahat sekaligus me­ne­nangkan diri. “Kami ajak mere­ka bernyanyi agar tidak trauma atas kejadian tersebut,” kata Farida.

Farida mengatakan, kejadian ini sangat mengejutkannya. ­, sebelumnya tidak ada tanda-tanda kerusakan di plafon. “Saya kaget setengah mati begitu plafon roboh,” curhatnya.

Rasa kagetnya cukup berala­san. Sebab, gedung sekolah ini baru direnovasi total pada 2009. Farida meminta pihak terkait un­tuk memeriksa plafon seluruh ke­las agar kejadian ini tak terulang.

Kemarin, plafon yang roboh  sudah diperbaiki. Papan baru di­pasang untuk menggantikan yang roboh. Tapi perbaikan ini baru sekadar untuk menutup lubang di langit-langit. Sambungan antar papan plafon belum didempul. Papan yang baru belum dicat. List yang ikut copot ketika plafon roboh  juga belum diganti.

Kepala SDN Utan Kayu Utara 01 Sutarjo Atmowidjoyo me­ngatakan, kegiatan belajar me­ngajar di kelas IV sudah normal kembali Rabu kemarin.

Ia berharap, Dinas Pendidikan memeriksa seluruh ruang kelas untuk memastikan masih layak digunakan atau tidak.  

“Terus terang kami ma­sih kha­watir. Apalagi kondisi di ruang Kelas I dan II sepertinya juga ra­wan ambruk. Kami memerlukan jaminan dari instansi terkait jika gedung se­ko­lah ini memang aman diguna­kan,” kata Sutarjo.

Menurut Farida, murid-murid yang sempat tertimpa pecahan papan plafon sudah masuk se­kolah Rabu kemarin. “Hanya Ma­ria saja yang tidak masuk hari ini. Menurut dokter yang me­ra­wat­nya, Maria harus beristirahat se­lama tiga hari,” ungkap dia.

SD Negeri Utan Kayu Utara 01 Pagi terletak di Jalan Wahab, Utan Kayu, Matraman, Jakarta Timur. Satu kompleks dengan SD 03 Pagi dan 05 Pagi.

Sebuah gerbang selebar dua meter tersedia untuk akses masuk ke kompleks sekolah. Gerbang itu terdiri dua anak pintu yang dicat warna hitam. Hanya satu yang dibuka.

Memasuki kompleks sekolah terlihat halaman yang tak terlalu luas. Letaknya di tengah-tengah kompleks sekolah. Sebuah tiang ben­dera dipasang di tengah halaman.

Bangunan SDN 01 terletak di bagian kanan. Bangunan dicat hijau. Warnanya belum kusam, menunjukkan sekolah ini belum lama dicat. Bentuk bangunan SDN 01 memanjang. Ukurannya 6x60 meter. Di dekat halaman terdapat ruang berukuran 6x5 meter untuk ruang komputer.

Ruang di sebelahnya digu­na­kan untuk guru. Ukurannya sama. Di samping ruang guru terdapat  ruang-ruang kelas. Mulai dari ruang kelas VI kemudian kelas V berurutan sampai kelas I.

Untuk menuju ruang kelas IV melalui selasar selebar 1,5 meter. Tiba di ruang kelas yang dituju terlihat pintu selebar 1,5 meter. Di atas pintu ditempel papan putih berukuran kecil yang bertuliskan “Kelas IV”.

Pintu ini memiliki dua anak pintu. Hanya satu yang dibuka. Masuk ke dalam kelas terlibat meja dan kursi untuk belajar.

Beberapa kursi ditaruh di atas meja dengan posisi terbalik. Kaki-kaki kursi menghadap ke atas. Saat Rakyat Merdeka tiba, kelas sudah kosong. Sebab, jam belajar sudah selesai.

Di tengah-tengah plafon terda­pat kipas angin. Posisinya sedikit menggantung, tidak dipasang rapat ke tulang plafon.

Kepala Dinas Malah Salahkan Anak Buahnya

Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Taufik Yudi Mul­yanto menegaskan, Kepala Suku Dinas (Sudin) Pendidikan Dasar (Dikdas) Jakarta Timur harus bertanggung jawab atas kasus ambruknya atap sekolah SDN Utan Kayu Utara 01 Pagi. Ia berharap, kasus serupa tidak akan kembali terulang di kemudian hari.

Kepala Sudin Dikdas Jakarta Timur saat ini dijabat Abdul Rasyid. “Kami menyayangkan sikap Abdul Rasyid yang tidak mengetahui siapa kontraktor SDN Utan Kayu Utara 01 ter­sebut,” kata Taufik.

“Harus dicek ulang, jangan sampai kasus seperti ini kem­bali terjadi. Jika ada kecen­de­ru­ngan tidak beres, segera am­bil langkah perbaikan. Sudin Dikdas Jakarta Timur dan re­ka­nan­nya juga harus bertang­gung­­jawab, jangan sampai kegiatan belajar mengajar siswa menjadi terganggu,” tambahnya.

Taufik meminta jajarannya mengecek ruang kelas lainnya. “Kita sudah perintahkan ke Kasudin Jakarta Timur untuk melakukan pengujian teknis di seluruh ruang di SD itu. Bila memang aman, kita minta untuk tetap digunakan ruangnya. Bila kurang (aman) kita minta sece­patnya dibongkar,” katanya.

Pengecekan diperlukan se­bagai langkah antispasi agar ke­jadian serupa tidak terulang kem­bali di ruang kelas lain. “Pertama kita ingin memas­ti­kan apakah semuanya aman atau tidak,” terangnya.

Taufik mendapat informasi plafon yang rubuh diperbaiki. Ruang kelas IV itu sudah kem­bali bisa digunakan seperti se­dia kala. “Semalam sudah lang­sung diperbaiki dan sudah se­le­sai. Pagi ini sudah bisa digu­na­kan kembali ruang itu,” ujarnya.

Menurut Taufik, ambruknya atap di ruang kelas IV SDN Utan Kayu Utara tersebut dise­babkan penahan eternit yang terbuat dari gipsum kurang kuat. Padahal, gedung SDN tersebut baru direhab total pada tahun 2009.

“Sedang kita teliti letak unsur kesalahannya di mana. Kalau memang dari pembangun atau kontraktor ada kelalaian, tentu nanti ada sanksinya,” katanya.

Mengenai 11 murid yang ter­luka akibat insiden itu, Taufik me­negaskan, Sudin Dikdas Ja­kar­ta Timur akan menanggung se­­mua biaya perawatan. Sudin Ja­karta Timur juga harus mem­be­rikan pemulihan trauma psiko­logis kepada murid-murdi yang naas.

“Biaya perawatan kita tang­gung, tetapi yang lebih penting adalah menumbuhkan psiko­lo­gis mereka agar tidak takut kem­­bali ke ruang kelasnya. Ini juga harus dilakukan untuk menghindari trauma para mu­rid-murid,” katanya.   [rm]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA