RMOL. Siti kelelahan seharian menjajakan makanan kepada pekerja proyek SEA Games di Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta. Ia merebahkan badan di atas koran bekas. Tak berapa lama, perempuan berusia 35 tahun ini pun terlelap di bawah rindangnya pepohonan di kawasan Pintu 6.
Siti terlihat tenang-tenang saja berÂdagang dan tidur di situ. PaÂdahal, menjelang pelaksanaan pesta olahraga negara-negara Asean, pengelola GBK, Satpol PP dan aparat kepolisian kerap menggelar razia.
“Saya jualan makanan dan miÂnuman sambil sembunyi-semÂbunyi biar tidak ketahuan petugas keamanan,†katanya.
Siti punya pengalaman tidak mengenakan beberapa bulan lalu. Ia terkena razia. Walaupun akhirÂnya dilepas, ia harus mereÂlakÂan barang dagangan yang menjadi tumpuannya hidup di ibu kota disita petugas.
Tak punya modal untuk berÂdagang lagi, perempuan asal KlaÂten, Jawa Tengah ini menjadi peÂmulung. Masih di kawasan GBK juga. Ia memunguti botol-botol plasÂtik. “Lumayan hasil dari jualÂan botol bisa buat modal untuk jualan lagi,†katanya.
Siti bersama suami dan kedua anaknya sering tidur di areal staÂdion. “Kalau lagi nggak ada duit saya tidur di sini. Bila ada duit saya pilih nyari kontrakan di seÂkitar Senayan,†katanya.
Selama ini, Siti dan keluarÂgaÂnya kerap kucing-kucingan deÂngan petugas. “Kalau ada razia tingÂgal sembunyi ke tempat aman. Bila petugasnya pergi saya balik lagi,†ungkapnya.
Wanita yang mengenakan kaos lengan pendek ini hafal benar jadwal razia. Biasanya dilakukan dua minggu sekali. Tapi menÂdeÂkati SEA Games, razia dilakukan setiap hari. Waktunya tak tentu. “Bisa pagi atau siang hari terÂgantung petugasnya,†katanya.
“Tapi buat saya tidak masalah. Yang penting waspada dan siap-siap bersembunyi bila terjadi raÂzia,†katanya lagi.
Bukan hanya pedagang asongÂan seperti Siti yang dirazia. Para gelandangan dan preman yang kerap memalak pengendara pun ikut digaruk.
Penelusuran Rakyat Merdeka di lapangan parkir Arena Panahan terlihat sepi. Seorang pedagang asongan terlihat menjajakan maÂkanan.
Suasana ini kontras dengan sebelumnya. Biasanya, tempat ini rami oleh pedagang asongan mauÂpun tukang parkir liar.
Di tempat ini terpampang pengumuman dari besi. “Mohon Maaf Sedang Ada Operasi,†deÂmikian tulisan di papan penguÂmuman yang dibuat Polsek Tanah Abang.
Masuk ke dalam stadion GBK melalui Jalan Pintu 1 Senayan atau tepat di depan kantor Badan PeÂngelolan GBK, tersedia dua pinÂtu gerbang di sisi kanan dan kiri.
Di tengah-tengah gerbang diÂbangun pos jaga dalam keadaan kosong. Di atas pos jaga ditempel spanduk putih bertuliskan “Road to SEA Games 2011. Program pemÂbinaan timnas Indonesia. Go for Gold â€. Kendaraan bermotor maÂsuk di gerbang sebelah kiri kaÂrena gerbang sebelah kanan ditutup.
Masuk lebih dalam suasana jalan masuk terlihat lengang. TiÂdak terlihat gelandangan, pedaÂgang asongan maupun tukang parkir liar.
Begitu juga ketika berkeliling di stadion yang dibangun di era Soekarno. Kerumuman orang yang terlihat adalah para pekerja yang sedang menyelesaikan tenda putih untuk keperluan SEA Games.
Di dalam areal stadion, terlihat puluhan orang tengah melakukan reÂnovasi. Tiga orang mengelas banÂner di lingkar stadion. Tujuh lainnya memperbaiki papan skor.
“Kami sedang melakukan penambahan scoring board. Ini instruksi dari INASOC Pusat. Stadion ini salah satu dari tempat pertandingan sepakbola,†kata seorang pekerja.
Papan skor ini sudah cukup laÂma tak berfungsi. Kini akan diÂaktifkan lagi. Selama ini, hanya paÂpan di sebelah utara yang hidup.
Sementara di lapangan sepak bola, dua pekerja sibuk menyemÂprotÂkan air ke rumput agar tak keÂring. Tak terlihat ada perawatan khuÂsus untuk rumput di lapangan ini.
Areal stadion ini dikeliling pagar setinggi dua meter. Di luar pagar terdapat lahan kosong yang cukup luas. Pepohonan di sini cukup rindang.
Di tempat ini, beberapa pedaÂgang asongan terlihat menjajakan makanan. Juga terlihat beberapa gelandangan yang tidur berÂalasÂkan koran maupun karung bekas.
Mulyanto, petugas keamanan GBK mengatakan, razia terhadap gelandangan, pemulung, pedaÂgang asongan, tukang parkir liar dan preman diintensifkan.
“Kami tiap hari melakukan razia agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan saat pelakÂsanaan SEA Games,†katanya.
Para gelandangan, pemulung dan pedagang asongan yang terÂkena razia akan diserahkan ke Panti Sosial Kedoya, Jakarta BaÂrat untuk dibina.Sementara, tuÂkang parkir liar yang kerap meÂmeras pengendara dan preman ditangani kepolisian.
Mulyanto mengakui masih baÂnyak gelandangan, pedagang asongan dan preman yang berÂkeÂliaran di GBK walaupun sering dilaÂkukan razia. “Bila ada razia mereka sembunyi. Kalau nggak ada petugas mereka balik lagi,†katanya.
Ia berani memastikan pada saat pelaksanaan SEA Games, GBK akan steril dari para penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS). Pengamanan juga ditingÂkatkan.
Untuk menjaga area GBK, pengelola mengerahkan 40 petuÂgas setiap shift. Penjagaan di sini dibagi ke dalam tiga shift.
Polsek Tanah Abang mengaÂmankan sedikit 18 preman yang berkeliaran di GBK. Mereka diduÂga kerap memalak para peÂngendara baik mobil atau motor yang parkir di sini.
“Kami tangkap mereka berÂdasarkan laporan masyarakat yang menyebut di kawasan GBK sering ada preman yang menjadi tukang parkir, tapi menetapkan tarif seenaknya. Misal, tarif haÂnya dua ribu, tapi ditetapkan menÂjadi Rp 20 ribu,†katanya.
Johanson mengatakan, razia preman merupakan rangkaian dari Operasi Sikat Jaya 2011. Selain itu, razia ini juga terkait dengan pengamanan SEA Games ke-26. Sehingga, pihaknya meÂlakukan pengamanan dan steÂrilisasi lokasi.
Dalam operasi itu, lanjutnya, sebanyak 30 anggota gabungan dari Polres Jakarta Pusat dan Polsek Tanahabang, baik petugas berseragam maupun berpakaian preman diterjunkan ke lokasi.
Johanson menjelaskan, belasan preman yang berhasil diamankan dari berbagai area di kawasan GBK, seperti area Parkir Timur, Parkir Barat, Plaza Selatan, dan Plaza Barat. “Juru parkir liar ini menjamur manakala kawasan terÂsebut diramaikan oleh berÂbagai event,†katanya.
Untuk mengurangi ruang gerak preman di GBK, kepolisian akan bekerja sama dengan pengelola. “Yang pasti, masalah (preman) itu tidak hanya tanggung jawab polisi. Soalnya GBK kan meÂmiliki pengelola sendiri,†ujar JoÂhanson.
10 Titik Rawan Jadi Sasaran Satpol PP
Bukan hanya kawasan GeÂlora Bung Karno yang akan dibersihkan dari gelandangan, peÂdagang kaki lima dan preÂman. Beberapa titik yang akan bersinggungan dengan SEA Games juga akan disterilkan.
Menurut Kepala Seksi PeÂnertiban Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) DKI Jakarta, Darwis F Silitonga, ada 10 titik rawan di Jakarta. Seperti di perÂempatan Coca-cola, Matraman, dan kawasan GBK.
Kesepuluh titik tersebut, menurutnya berada dekat deÂngan lokasi penyeÂlengÂgaraan, hotel, dan rute city tour selama ajang SEA Games digelar. “Lokasi-lokasinya akan dikoorÂdinasikan lebih lanjut dengan wilayah lain,†katanya.
Sebelum SEA Games digelar, mulai 2 hingga 8 November 2011, aparat Satpol PP melaÂkuÂkan menertibkan. Targetnya pengemÂbis, gembel, pemulung, pedagang asongan, joki three in one, dan pak ogah.
“Sebenarnya penertiban ini di luar dari kegiatan rutin. Jadi, jaÂngan diartikan selama ini kami tidak bekerja,†kata Darwis.
Kegiatan prapelaksanaan Sea Games ini, kata dia, untuk meÂmasÂtikan bahwa Jakarta steril dari pedagang kaki lima (PKL) dan penyandang masalah keseÂjahteraan sosial (PMKS)
Menurut Darwis, pihaknya mengerahkan sedikitnya 700 petugas Satpol PP yang tersebar di lima wilayah Jakarta. “TuÂpoksi utama kita pengamanan ketertiban umum,†ungkapnya.
Sedangkan masalah keamanÂan secara spesifik diserahkan sepenuhnya kepada Polri dan TNI. Aparat Satpol PP hanya foÂkus menjaga lokasi-lokasi penÂting di 24 venue dan 54 hotel tempat menginap kontingen.
Hotel yang jadi tempat mengiÂnap kontingen di antaraÂnya Hotel Mulia, Hotel Atlet Century, Hotel Grand Sahid, Hotel Maharaja, dan Hotel Mercure.
Sementara venue yang dijaga yaitu GBK, Gedung Judo KeÂlapa Gading, Padepokan Silat TMII, dan GOR Ciracas.
10 Ribu Personel Disiapkan Polda
Polda Metro Jaya akan meÂngerahkan lebih dari 10 ribu personel untuk mengamankan pelaksanaan SEA Games ke-26.
Kepala Biro Operasional PolÂda Metro Jaya, Sujarno mengaÂtakan pengamanan juga meÂliÂbatÂkan aparat Pemda dan tenÂtara. “Dari TNI ada 1.000 perÂsonel, dan dari Satpol PP 3.000 personel,†katanya.
Aparat keamanan akan diÂsiagakan di 34 lokasi pengiÂnapÂan atlet dan official, serta 18 tempat pertandingan (venue) di Jakarta.
Selain itu, jalur-jalur lalu linÂtas yang akan dilintasi kontiÂngen SEA Games juga turut menÂjadi bagian pengamanan.
“Ini merupakan bagian dari Operasi Kilat Jaya yang berÂtujuan menciptakan keamanan dan kenyamanan peserta SEA Games,†lanjutnya.
Lokasi penginapan atlet telah diatur berada tak jauh dari tempat pertandingan. Namun, karena lokasi pertandingan meÂnyebar di sejumlah wilayah, kaÂwasan pengamanan akan ikut diperluas hingga wilayah BeÂkasi dan Depok.
Pengamanan dimulai sebeÂlum perhelatan olahraga neÂgaÂra-negara Asia Tenggara ini diÂbuka secara resmi di Palembang pada 11 November 2011.
Adapun beberapa venue yang digunakan SEA Games di JaÂkarta meliputi Gelora Bung KarÂno, Stadion Lebak Bulus, GOR Ciracas, Velodrome RaÂwaÂmangun, Ancol, Pulau Putri, dan pacuan kuda Artayasa di Depok.
Stadion Gelora Bung Karno akan digunakan untuk 14 perÂtanÂdingan penyisihan ditambah dengan semi final dan final dari 9-21 November 2011.
Dibangun dari Pinjaman Rusia
Stadion Gelora Bung Karno dibangun sejak 8 Februari 1960 untuk keperluan Asian Games 1962. Stadion dengan kapasitas 100 ribu penonton ini diresÂmiÂkan 24 Agustus 1962.
Soekarno memutuskan memÂbangun stadion megah setelah berkunjung ke Uni Sovyet (kini RuÂsia). Saat itu, Indonesia meÂmang relatif dekat dengan negara-negara Blok Timur.
Pada 1956, Soekarno datang ke Uni Sovyet dan sempat berÂpidato di Stadion Luzhniki, MosÂkow. Di hadapan ratusan ribu warga Moskow, Soekarno meÂnyebut Indonesia sebagai “Saudara yang jauh di mata tapi dekat di hati.â€
Pulang dari Sovyet, Bung KarÂno berkeinginan memÂbaÂngun stadion seperti LuzhniÂki. Mulailah dirancang staÂdion yang berlokasi di SeÂnayan. Anggaran pemÂbaÂngunÂannya pun merupakan utang dari SovÂyet sebesar 12,5 juta dolar AS yang baru dikucurkan tahun 1958.
Kantor berita Rusia, RIA NoÂvosti, dalam artikelnya mengÂklaim pembangunan Stadion Bung Karno juga melibatkan arsitek dan pekerja dari Sovyet.
Lepas dari Orde Lama, nama stadion ini diubah menjadi StaÂdion Senayan. Di era Soeharto, seÂmua yang berbau Soekarno meÂmang disingÂkirkan. Setelah reformasi bergulir dan SoeÂharto jatuh, stadion ini diberi nama sesuai pencetusnya, Bung Karno. [rm]
BERIKUTNYA >
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.