Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Pedagang Asongan Kucing-kucingan Dengan Petugas

Jelang SEA Games, Razia Digelar Setiap Hari di GBK

Selasa, 25 Oktober 2011, 07:11 WIB
Pedagang Asongan Kucing-kucingan Dengan Petugas
SEA Games

RMOL. Siti kelelahan seharian menjajakan makanan kepada pekerja proyek SEA Games di Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta. Ia merebahkan badan di atas koran bekas. Tak berapa lama, perempuan berusia 35 tahun ini pun terlelap di bawah rindangnya pepohonan di kawasan Pintu 6.

Siti terlihat tenang-tenang saja ber­dagang dan tidur di situ. Pa­dahal, menjelang pelaksanaan pesta olahraga negara-negara Asean, pengelola GBK, Satpol PP dan aparat kepolisian kerap menggelar razia.

“Saya jualan makanan dan mi­numan sambil sembunyi-sem­bunyi biar tidak ketahuan petugas keamanan,” katanya.

Siti punya pengalaman tidak mengenakan beberapa bulan lalu. Ia terkena razia. Walaupun akhir­nya dilepas, ia harus mere­lak­an barang dagangan yang menjadi tumpuannya hidup di ibu kota disita petugas.

Tak punya modal untuk ber­dagang lagi, perempuan asal Kla­ten, Jawa Tengah ini menjadi pe­mulung. Masih di kawasan GBK juga. Ia memunguti botol-botol plas­tik. “Lumayan hasil dari jual­an botol bisa buat modal untuk jualan lagi,” katanya.

Siti bersama suami dan kedua anaknya sering tidur di areal sta­dion. “Kalau lagi nggak ada duit saya tidur di sini. Bila ada duit saya pilih nyari kontrakan di se­kitar Senayan,” katanya.

Selama ini, Siti dan keluar­ga­nya kerap kucing-kucingan de­ngan petugas. “Kalau ada razia ting­gal sembunyi ke tempat aman. Bila petugasnya pergi saya balik lagi,” ungkapnya.

Wanita yang mengenakan kaos lengan pendek ini hafal benar jadwal razia. Biasanya dilakukan dua minggu sekali. Tapi men­de­kati SEA Games, razia dilakukan setiap hari. Waktunya tak tentu. “Bisa pagi atau siang hari ter­gantung petugasnya,” katanya.

“Tapi buat saya tidak masalah. Yang penting waspada dan siap-siap bersembunyi bila terjadi ra­zia,” katanya lagi.   

Bukan hanya pedagang asong­an seperti Siti yang dirazia. Para gelandangan dan preman yang kerap memalak pengendara pun ikut digaruk.

Penelusuran Rakyat Merdeka di lapangan parkir Arena Panahan terlihat sepi. Seorang pedagang asongan terlihat menjajakan ma­kanan.

Suasana ini kontras dengan sebelumnya. Biasanya, tempat ini rami oleh pedagang asongan mau­pun tukang parkir liar.

Di tempat  ini terpampang pengumuman dari besi. “Mohon Maaf Sedang Ada Operasi,” de­mikian tulisan di papan pengu­muman yang dibuat Polsek Tanah Abang.

Masuk ke dalam stadion GBK melalui Jalan Pintu 1 Senayan atau tepat di depan kantor Badan Pe­ngelolan GBK, tersedia dua pin­tu gerbang di sisi kanan dan kiri.

Di tengah-tengah gerbang di­bangun pos jaga dalam keadaan kosong. Di atas pos jaga ditempel spanduk putih bertuliskan “Road to SEA Games 2011. Program pem­binaan timnas Indonesia. Go for Gold ”. Kendaraan bermotor ma­suk di gerbang sebelah kiri ka­rena gerbang sebelah kanan ditutup.

Masuk lebih dalam suasana jalan masuk terlihat lengang. Ti­dak terlihat gelandangan, peda­gang asongan maupun tukang parkir liar.

Begitu juga ketika berkeliling di stadion yang dibangun di era Soekarno. Kerumuman orang yang terlihat adalah para pekerja yang sedang menyelesaikan tenda putih untuk keperluan SEA Games.  

Di dalam areal stadion, terlihat puluhan orang tengah melakukan re­novasi. Tiga orang mengelas ban­ner di lingkar stadion. Tujuh lainnya memperbaiki papan skor.

“Kami sedang melakukan penambahan scoring board. Ini instruksi dari INASOC Pusat. Stadion ini salah satu dari tempat pertandingan sepakbola,” kata seorang pekerja.

Papan skor ini sudah cukup la­ma tak berfungsi. Kini akan di­aktifkan lagi. Selama ini, hanya pa­pan di sebelah utara yang hidup.

Sementara di lapangan sepak bola, dua pekerja sibuk menyem­prot­kan air ke rumput agar tak ke­ring. Tak terlihat ada perawatan khu­sus untuk rumput di lapangan ini.

Areal stadion ini dikeliling pagar setinggi dua meter. Di luar pagar terdapat lahan kosong yang cukup luas. Pepohonan di sini cukup rindang.

Di tempat ini, beberapa peda­gang asongan terlihat menjajakan makanan. Juga terlihat beberapa gelandangan yang tidur ber­alas­kan koran maupun karung bekas.  

Mulyanto, petugas keamanan GBK mengatakan, razia terhadap gelandangan, pemulung, peda­gang asongan, tukang parkir liar dan preman diintensifkan.

 â€œKami tiap hari melakukan razia agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan saat pelak­sanaan SEA Games,” katanya.

Para gelandangan, pemulung dan pedagang asongan yang ter­kena razia akan diserahkan ke Panti Sosial Kedoya, Jakarta Ba­rat untuk dibina.Sementara, tu­kang parkir liar yang kerap me­meras pengendara dan preman ditangani kepolisian.

Mulyanto mengakui masih ba­nyak gelandangan, pedagang asongan dan preman yang ber­ke­liaran di GBK walaupun sering dila­kukan razia. “Bila ada razia mereka sembunyi. Kalau nggak ada petugas mereka balik lagi,” katanya.

Ia berani memastikan pada saat pelaksanaan SEA Games, GBK akan steril dari para penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS). Pengamanan juga diting­katkan.

Untuk menjaga area GBK, pengelola mengerahkan 40 petu­gas setiap shift. Penjagaan di sini dibagi ke dalam tiga shift.

Polsek Tanah Abang menga­mankan sedikit 18 preman yang berkeliaran di GBK. Mereka didu­ga kerap memalak para pe­ngendara baik mobil atau motor yang parkir di sini.

“Kami tangkap mereka ber­dasarkan laporan masyarakat yang menyebut di kawasan GBK sering ada preman yang menjadi tukang parkir, tapi menetapkan tarif seenaknya. Misal, tarif ha­nya dua ribu, tapi ditetapkan men­jadi Rp 20 ribu,” katanya.

Johanson mengatakan, razia preman merupakan rangkaian dari Operasi Sikat Jaya 2011. Selain itu, razia ini juga terkait dengan pengamanan SEA Games ke-26. Sehingga, pihaknya me­lakukan pengamanan dan ste­rilisasi lokasi.

Dalam operasi itu, lanjutnya, sebanyak 30 anggota gabungan dari Polres Jakarta Pusat dan Polsek Tanahabang, baik petugas berseragam maupun berpakaian preman diterjunkan ke lokasi.

Johanson menjelaskan, belasan preman yang berhasil diamankan dari berbagai area di kawasan GBK, seperti area Parkir Timur, Parkir Barat, Plaza Selatan, dan Plaza Barat. “Juru parkir liar ini menjamur manakala kawasan ter­sebut diramaikan oleh ber­bagai event,” katanya.

Untuk mengurangi ruang gerak preman di GBK, kepolisian akan bekerja sama dengan pengelola. “Yang pasti, masalah (preman) itu tidak hanya tanggung jawab polisi. Soalnya GBK kan me­miliki pengelola sendiri,” ujar Jo­hanson.

10 Titik Rawan Jadi Sasaran Satpol PP

Bukan hanya kawasan Ge­lora Bung Karno yang akan dibersihkan dari gelandangan, pe­dagang kaki lima dan pre­man. Beberapa titik yang akan bersinggungan dengan SEA Games juga akan disterilkan.

Menurut Kepala Seksi Pe­nertiban Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) DKI Jakarta, Darwis F Silitonga, ada 10 titik rawan di Jakarta.  Seperti di per­empatan Coca-cola, Matraman, dan kawasan GBK.

Kesepuluh titik tersebut, menurutnya  berada dekat de­ngan lokasi penye­leng­garaan, hotel, dan rute city tour selama ajang SEA Games digelar. “Lokasi-lokasinya akan dikoor­dinasikan lebih lanjut dengan wilayah lain,” katanya.

Sebelum SEA Games digelar, mulai 2 hingga 8 November 2011, aparat Satpol PP mela­ku­kan menertibkan. Targetnya pengem­bis, gembel, pemulung, pedagang asongan, joki three in one, dan pak ogah.

“Sebenarnya penertiban ini di luar dari kegiatan rutin. Jadi, ja­ngan diartikan selama ini kami tidak bekerja,” kata Darwis.

Kegiatan prapelaksanaan Sea Games ini, kata dia, untuk me­mas­tikan bahwa Jakarta steril dari pedagang kaki lima (PKL) dan penyandang masalah kese­jahteraan sosial (PMKS)

Menurut Darwis, pihaknya mengerahkan sedikitnya 700 petugas Satpol PP yang tersebar di lima wilayah Jakarta. “Tu­poksi utama kita pengamanan ketertiban umum,” ungkapnya.

Sedangkan masalah keaman­an secara spesifik diserahkan sepenuhnya kepada Polri dan TNI. Aparat Satpol PP hanya fo­kus menjaga lokasi-lokasi pen­ting di 24 venue dan 54 hotel tempat menginap kontingen.

Hotel yang jadi tempat mengi­nap kontingen di antara­nya Hotel Mulia, Hotel Atlet Century, Hotel Grand Sahid, Hotel Maharaja, dan Hotel Mercure.

Sementara venue yang dijaga yaitu GBK, Gedung Judo Ke­lapa Gading, Padepokan Silat TMII, dan GOR Ciracas.

10 Ribu Personel Disiapkan Polda

Polda Metro Jaya akan me­ngerahkan lebih dari 10 ribu personel untuk mengamankan pelaksanaan SEA Games ke-26.

Kepala Biro Operasional Pol­da Metro Jaya, Sujarno menga­takan pengamanan juga me­li­bat­kan aparat Pemda dan ten­tara. “Dari TNI ada 1.000 per­sonel, dan dari Satpol PP 3.000 personel,” katanya.

Aparat keamanan akan di­siagakan di 34 lokasi pengi­nap­an atlet dan official, serta 18 tempat pertandingan (venue) di Jakarta.

Selain itu, jalur-jalur lalu lin­tas yang akan dilintasi konti­ngen SEA Games juga turut men­jadi bagian pengamanan.

“Ini merupakan bagian dari Operasi Kilat Jaya yang ber­tujuan menciptakan keamanan dan kenyamanan peserta SEA Games,” lanjutnya.

Lokasi penginapan atlet telah diatur berada tak jauh dari tempat pertandingan. Namun, karena lokasi pertandingan me­nyebar di sejumlah wilayah, ka­wasan pengamanan akan ikut diperluas hingga wilayah Be­kasi dan Depok.

Pengamanan dimulai sebe­lum perhelatan olahraga ne­ga­ra-negara Asia Tenggara ini di­buka secara resmi di Palembang pada 11 November 2011.

Adapun beberapa venue yang digunakan SEA Games di Ja­karta meliputi Gelora Bung Kar­no, Stadion Lebak Bulus, GOR Ciracas, Velodrome Ra­wa­mangun, Ancol, Pulau Putri, dan pacuan kuda Artayasa di Depok.

Stadion Gelora Bung Karno akan digunakan untuk 14 per­tan­dingan penyisihan ditambah dengan semi final dan final dari 9-21 November 2011.

Dibangun dari Pinjaman Rusia

Stadion Gelora Bung Karno dibangun sejak 8 Februari 1960 untuk keperluan Asian Games 1962. Stadion dengan kapasitas 100 ribu penonton ini dires­mi­kan 24 Agustus 1962.

Soekarno memutuskan mem­bangun stadion megah setelah berkunjung ke Uni Sovyet (kini Ru­sia). Saat itu, Indonesia me­mang relatif dekat dengan negara-negara Blok Timur.

Pada 1956, Soekarno datang ke Uni Sovyet dan sempat ber­pidato di Stadion Luzhniki, Mos­kow. Di hadapan ratusan ribu warga Moskow, Soekarno me­nyebut Indonesia sebagai “Saudara yang jauh di mata tapi dekat di hati.”

Pulang dari Sovyet, Bung Kar­no berkeinginan mem­ba­ngun stadion seperti Luzhni­ki. Mulailah dirancang sta­dion yang berlokasi di Se­nayan. Anggaran pem­ba­ngun­annya pun merupakan utang dari Sov­yet sebesar 12,5 juta dolar AS yang baru dikucurkan tahun 1958.

Kantor berita Rusia, RIA No­vosti, dalam artikelnya meng­klaim pembangunan Stadion Bung Karno juga melibatkan arsitek dan pekerja dari Sovyet.

Lepas dari Orde Lama, nama stadion ini diubah menjadi Sta­dion Senayan. Di era Soeharto, se­mua yang berbau Soekarno me­mang dising­kirkan. Setelah reformasi bergulir dan Soe­harto jatuh, stadion ini diberi nama sesuai pencetusnya, Bung Karno.  [rm]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA