Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

RS Fatmawati Hanya Layani Kelas Atas

Ngintip Pemeriksaan Kesehatan Calon Haji

Rabu, 12 Oktober 2011, 06:35 WIB
RS Fatmawati Hanya Layani Kelas Atas
medical check up calon haji
RMOL. Lili Amalia duduk di sofa di ruangan Sentra Kesehatan Haji dan Umroh Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati, Cilandak, Jakarta Selatan. Nyaris tak ada kegiatan yang dilakukannya. Perempuan berjilbab ini mengisi waktu dengan menonton tayangan televisi.

Sentra Kesehatan Haji dan Umroh RSUP Fatmawati meru­pakan salah satu tempat rujukan bagi calon haji (calhaj) yang hen­dak mendapatkan suntikan vaksin meningitis dan medical check up.

Saat ini sudah memasuki mu­sim haji. Sejumlah jamaah In­do­nesia telah diterbangkan ke Tanah Suci. Sebelum berangkat, calon haji wajib mendapat suntikan vaksin meningitis.

Walaupun sudah masuk musim haji, RSUP Fatmawati tak ke­ban­jiran calon jamaah yang hendak mendapat suntikan vaksin me­ningitis maupun memeriksakan kesehatannya.

Menurut Lili, rumah sakit ini ha­nya melayani suntikan vaksin meningitis untuk calon haji ONH plus. Sedangkan bagi calon haji regular bisa mendapatkan sun­ti­kan vaksin di puskesmas keca­matan. Calon jamaah haji tak di­pungut biaya untuk mendapatkan suntikan vaksin.

“Pemberian vaksin gratis ka­re­na sudah disediakan pemerintah,” kata anggota tim Sentra Ke­se­hatan Haji dan Umroh RSUP Fatmawati ini.

Pada musim haji ini, RSUP Fat­mawati hanya melayani pe­nyuntikan vaksin meningitis bagi 60 orang. Tahun lalu, melayani 500 calon haji.

Sedikit banyak calon haji yang melakukan suntikan vaksin me­ningitis di RS Fatmawati ter­gan­tung dari rekomendasi Kemen­terian Kesehatan.

“Biasanya pihak kementerian yang merekomendasikan berapa orang yang akan diberi vaksin meningitis. Kita tinggal melak­sanakan saja,” katanya.

Di luar musim haji, rumah sakit ini dibanjiri orang-orang yang hendak mendapat suntikan vaksin meningitis untuk melaksanakan umroh. Setiap tahun tak kurang dari 4 ribu orang. “Tapi untuk bu­lan Sep­tember sampai Desember la­yanan umroh sepi karena se­dang musim haji. Bulan Januari depan kemungkinan baru ramai lagi,” katanya.

Sentra Kesehatan Haji dan Um­roh juga hanya melayani pe­me­riksaan kesehatan (medical check up) bagi jamaah ONH plus. Tapi, pemeriksaan kesehatan ini tak gratis.

“Medical check ditarik bayaran ka­rena tidak termasuk dalam bia­ya ongkos naik haji,” kata Lili. Bia­ya pemeriksaan berbeda-beda disesuaikan dengan usia calon haji.

Bagi yang berusia masih di ba­wah 40 tahun, cukup mengambil paket Mina (dasar). Biayanya Rp 351.400 untuk pria. Sementara wa­­nita 380.400 untuk wanita. Pe­meriksaan meliputi fisik, radio­logi dan pemeriksaan labo­ra­to­rium un­tuk mengetahui trom­bo­sit, leu­ku­sit, golongan darah dan lain-lain.

Untuk usia 40-50 tahun dike­nakan biaya lebih besar. Yakni Rp 600.800 untuk pria dan Rp 629.800 untuk wanita. Pemeriksaan me­liputi fisik, radiologi, labo­ra­to­rium dan EKG.

EKG yaitu Elektro­ka­r­dio­gram merupakan pemeriksaan non-in­vasif yang digunakan un­tuk me­ng­etahui keadaan jan­tung, mela­lui pengukuran akti­fitas listrik jantung.

Bagi yang berusia di atas 50 tahun dikenakan biaya pemerik­saan dua kali lipat lebih besar. Sebab, pemeriksaannya juga telah banyak.

Untuk pria dikenakan biaya 1.274.800. Sementara wanita Rp 1.303.400. Pemeriksaan meliputi fisik, radiologi, laboratorium, EKG, Echo, treadmill dan spiro­metri. Sentra Kesehatan Haji dan Umroh RSUP Fatmawati buka dari Senin sampai Jumat mulai pu­kul delapan pagi sampai tiga sore.

Calon haji maupun umroh dila­yani oleh empat orang. Terdiri dari satu dokter umum, dua pera­wat dan satu staf administrasi.

Sentra Kesehatan ini berada di dekat Gedung Griya Husada. Le­taknya di bagian belakang kom­pleks RSUP Fatmawati.

Setelah melawati lorong selebar dua meter sepanjang 20 meter kemudian belok ke kanan. Di situ akan bertemu pintu masuk selebar 1,5 meter. Pintu masuk ter­buat dari kayu dan hanya ter­buka sebagian. Di atas pintu di­pasang papan yang bertuliskan “Sentra Haji”.

Masuk ke dalam terdapat lo­rong selebar dua meter. Di bela­kang pintu masuk ditempatkan empat kursi panjang untuk tempat tunggu pemeriksaan. Tidak ada calon jamaah haji maupun umroh yang melakukan pemeriksaan kesehatan maupun meminta disuntik vaksin meningitis.

Di dinding lorong sebelah ka­nan ditempel spanduk besar ber­gambar Masjid Nabawi di Ma­dinah. Di samping kiri lorong terdapat ruangan berukuran 5x7 meter ini.

Pintunya tertutup. Di pintu itu di­tempel kertas ukuran A4 yang di­beri tulisan “Tempat Penyu­lu­han”. Masuk kedalam ruangan ha­nya ada dua meja panjang warna hitam dilengkapi dengan kursi empuk.

Di dinding sebelah kanan ter­dapat ruangan tempat pemberian vaksin. Ruangan berukuran 5x6 meter ini tertutup rapat.

Untuk masuk harus dapat izin terlebih dahulu kepada petugas yang ada di dalam ruangan ini.

Masuk ke dalam ruangan terli­hat sofa letter “L” diletakkan di ba­gian kiri. Kursi untuk tempat tung­gu jamaah yang akan di­vaksin. Di depan sofa terdapat ka­mar berukuran 2x1 meter. Pin­tunya menggunakan korden. Di dalam kamar disediakan kasur bagi calon jamaah yang akan di­suntik vaksin.

Di samping kanan kamar sun­tik ini terdapat meja adminis­trasi. Meja warna hitam itu penuh de­ngan tumpukan buku.

Di depan meja ditempatkan filling cabinet untuk menyimpan ber­kas-berkas. Televisi 21 inchi dile­takkan di atas filling cabinet itu. Di samping kiri ruangan vak­sin terdapat ruangan pemerik­sa­an. Ini bisa diketahui dari tulisan yang ditempel di pintunya.

Masuk ke dalam ruangan ber­ukuran 3x4 meter ini terlihat meja untuk konsultasi antara pa­sien dengan dokter. Diatas meja dile­takkan monitor kom­puter layer datar.

Di samping kanan meja ini terdapat timbangan. Sebuah was­fatel ditempatkan di depan meja konsultasi. Di depannya terdapat tempat tidur untuk memeriksa pasien.

Sekali Suntik Kebal 3 Tahun

Menunaikan ibadah haji tidak cukup hanya menyiapkan mental dan finansial saja. Lebih dari itu calon jemaah haji se­ha­rusnya juga menyiapkan fisik­nya agar siap menghadapi cuaca dan penularan penyakit.

Salah satu caranya adalah dengan melakukan vaksinasi. Vaksin meningitis adalah vak­sin wajib yang harus dilakukan ca­lon haji untuk melindungi ri­siko tertular meningitis me­ning­okokus, suatu infeksi yang terjadi pada selaput otak dan sumsum tulang belakang dan keracunan darah.

“Meningitis adalah penyakit serius dengan angka kematian tinggi. Bakteri ini sebenarnya ti­dak ada di Indonesia tapi un­tuk orang yang akan bepergian ke negara lain terutama ke dae­rah endemi, harus divaksin,” kata dr Samsuridjal Djauzi, SpPD.

Daerah endemik meningitis meningokokus antara lain Af­rika, Amerika Utara, Ame­rika La­tin, dan Selandia Baru. “Se­lama melakukan ibadah haji, kita akan bertemu dengan orang dari berbagai negara yang mung­kin saja menjadi pemba­wa atau carrier bakteri me­ningitis,” katanya.

Orang yang bepergian ke luar negeri membawa risiko me­nu­larkan meningitis kepada orang lain yang akhirnya dapat menu­larkan kepada populasi yang lebih besar.

“Bila tidak dila­ku­kan pence­gahan dari sekarang, bisa saja suatu saat nanti pe­nyakit ini mencapai tahap en­demik di Indonesia,” paparnya.

Meningitis meningokukus disebabkan oleh lima tipe bakteri atau serogrup A,B,C,Y, dan W-135. “Penularannya me­lalui butiran ludah yang me­nempel di mukosa lalu masuk ke peredaran darah dan selaput otak,” kata dokter yang menjadi wakil ketua komite penasihat ahli imunisasi nasional ini.

Bahkan, berada dalam waktu lama dengan seseorang yang menjadi pembawa bakteri ini dapat meningkatkan risiko ter­infeksi bakteri itu sampai 800 kali. Kebanyakan kasus pe­nya­kit ini juga terjadi pada orang-orang yang sebelumnya sehat.

Gejala meningitis yang utama adalah nyeri kepala, leher kaku, kulit kemerahan, kesadaran me­nurun dan kejang-kejang. Awal­nya gejala yang muncul mirip flu namun dnegan cepat menjadi berat. Vaksinasi meningitis se­baik­­nya dilakukan minimal 10 hari sebelum keberangkatan.

“Kurang dari itu sistem anti­bodi tidak bisa terbentuk sem­purna,” kata Samsuridzal.

Vaksi­nasi meningitis ini disuntikkan di area deltoid SK (lengan kanan atas) dengan dosis tunggal 0,5 ml. Hal ini karena penyakit ter­se­but bisa menular akibat kontak langsung atau melalui ‘carrier’.

“Vaksin ini bisa diberikan ber­barengan dengan vaksin influen­za. Biasanya vaksin meningitis di lengan kanan atas dan vaksin influenza di lengan kiri. Vaksin meningitis ini bisa memberikan kekebalan hingga 3 tahun se­dang­kan vaksin influenza hanya 1 tahun,” kata Dr dr Iris Reng­ganis, SpPD, K-AI.

Pemberian vaksin meningitis ini menjadi syarat wajib dari pe­merintah Arab Saudi bagi semua calon jamaah haji. Untuk di In­do­nesia pemberian vaksin me­ningitis merupakan tahap ter­akhir dari proses pemeriksaan ke­sehatan bagi calon jamaah haji.

“Calon jemaah yang sudah divaksin ini akan diberikan kartu kuning dan kekebalannya bisa hingga 3 tahun, jadi kalau tahun depan mau umrah tidak perlu vaksin meningitis lagi,” ujar Dr Iris yang juga pengurus besar Peralmuni (Perhimpunan Alergi Imunologi Indonesia).

Buku Kuning Diganti Sertifikat Internasional

Dulu setiap orang yang telah di­suntik vaksin meningitis men­dapatkan buku kuning. Pemerintah mengganti buku itu dengan sertifikat internasional (international certificate of vac­cine/ICV) yang dilengkapi bar­code. Ini untuk memu­dah­kan pemindaian dan pengawasan.

Dirjen Pengendalian Pe­nya­kit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan, Tjan­dra Yoga Aditama mengatakan dengan adanya barcode ini akan mempermudah kantor keseha­tan pelabuhan (KKP) melaku­kan pemindaian.

“Sistem ini sangat berguna untuk mengontrol pelaksanaan vaksinasi. Dengan demikian, pemalsuan terhadap buku itu dapat dihindarkan,” katanya.

Tjandra menjelaskan, ICV akan diberikan kepada calon haji, umrah, mahasiswa, serta pe­laku bisnis yang telah men­dapat suntikan vaksin me­ningi­tis dan hendak berangkat ke Arab Saudi. Model ICV meng­gantikan buku (kartu kuning) yang sebelumnya diterapkan sebagai bukti vaksinasi.

Tjandra menegaskan agar se­mua pihak, baik petugas medis, biro perjalanan, puskesmas, pe­nyedia vaksin, maupun media massa, ikut serta menyukseskan kampanye sesuai dengan peran masing-masing. “Semua pihak harus membantu agar meningitis ti­dak masuk ke Indonesia,”  katanya.

Setiap tahun, kata Tjandra, le­bih dari 500 ribu orang Indo­ne­sia melakukan perjalanan ke ne­gara-negara endemis meningitis, seperti Arab Saudi dan sekitarnya.

Negara-negara di kawasan itu termasuk dalam daerah me­ningi­tis belt, yaitu daerah dengan epi­demiologi meningitis yang cu­kup tinggi sehingga berpotensi menular.

Tjandra menjelaskan, penya­kit ini disebabkan bakteri Nei­se­ria meningitidis yang menim­bulkan radang di susunan syaraf bahkan dapat mengakibatkan ke­matian.

Seseorang yang ter­tular mungkin tidak jatuh sakit, na­mun bisa menjadi carrier, pem­bawa bakteri dan menu­lar­kan kepada orang di sekitarnya.

Banyak calon haji, umrah, dan tenaga kerja Indonesia (TKI) kata Tjandra tidak sadar untuk melindungi diri dari penyakit berbahaya ini. Hal itu disebab­kan kurangnya informasi dan pengetahuan mengenai penyakit tersebut.   [rm]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA