RMOL. Khairuddin (28) tertunduk lesu di ruang tunggu kamar operasi bayi di Lantai III Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita. Raut mukanya kusut. Beberapa kali dia menguap. Sepertinya dia kurang tidur.
Sambil menunggu, pria berjaÂket hitam ini pun mencoba meÂmeÂjamkan mata. Kedua tanganÂnya yang dilipatkan ke sandaran kursi pada bagian depan coba dijadikan santaran kepala.
Tak sampai 10 menit, KhaiÂruddin terbangun. Dia mencoba memejamkan mata kembali semÂbari merebahkan punggung ke sanÂdaran kursi. Tapi juga tak kunÂjung membuat dia tertidur.   Â
Beberapa kali Khairuddin meÂngubah posisi duduknya. Untuk mengisi waktu dia dia mengutak-atik handphone yang diambil dari saku jaketnya. Tak lama berseÂlang, telepon genggam itu berÂbuÂnyi. Khairuddin mengangkatkan dan terdengar pembicaraan mengÂgunakan bahasa daerah. Mirip logat melayu.
Tak lama setelah menutup teleÂpon, tiga orang pria keluar dari ruang operasi. Salah satunya meÂmanggil Khairuddin yang segera menghampiri. “Putri Bapak baru selesai kami operasi. Kami sudah pasang plat besi di dadanya biar nggak kena infeksi. Biar perÂnaÂfasan juga bisa seimbang di kedua dadanya. Kalau mau lihat sudah kami pindahkah ke ruang inkuÂbasi,†ujarnya sambil berlalu meÂmasuki lift.
“Terima kasih banyak dokter,†jawab Khairuddin sembari meÂnunÂdukkan badan. Khairuddin adalah ayah dari Siti Arrahma yang menÂderita kelainan saat lahir. JanÂtungnya berada di luar rongga dada.
Setelah dioperasi, hidup bayi malang ini tergantung kepada alat bantu. Selang infus dan oksigen dipasang di tubuhnya. Jantungnya yang mungil sebesar jambu air terlihat berdegup cepat meski ditutupi kain kasa.
Kepada Rakyat Merdeka, Khairuddin menceritakan kelaÂhiÂran anak pertamanya pada 12 September lalu . Sebelum melaÂhirÂkan, istrinya, Diana mengeluh sakit. Khairuddin yang tinggal di Desa Muara Basung, Kecamatan Pinggir, Bengkalis, Riau itu lalu memanggil dukun kampung unÂtuk membantu proses persalinan. Bayi perempuan pun lahir dan diberi nama Siti Rahmah.
“Namun saya terkejut ketika tahu bayi saya lahir dengan konÂdisi jantung di luar. Tapi walau bagaimanapun kami harus tabah dan ikhlas menerimanya. Secara manusiawi perasaan saya senang, sedih dan kasihan. Tapi saya nggak pernah kecewa, saya tetap bersyukur biar kondisi Siti beÂgiÂtu,†ujar Khairuddin.
Di tengah rasa kalut, ia lalu membawa bayinya ke RSUD Duri di Kabupaten Bengkalis. NaÂmun pihak rumah sakit tak sanggup merawat Siti.
Siti sempat diinapkan di RS Permata Hati, Duri, sebelum dibawa ke RSUD Arifin Achmad di Kota Pekanbaru. Khairuddin berharap rumah sakit ini bisa menangani Siti.
Pihak RSUD Arifin Achmad tak bisa menampung Siti karena ruang perawatan khusus untuk bayi (NICU) penuh. “Sampai satu jam saya di RSUD tapi tak juga mendapatkan layanan. Akhirnya saya bawa ke rumah sakit Ibnu Sina demi keselamatan anak saya,†keluhnya.
Lagi-lagi Khairuddin mendaÂpat penolakan. Pihak RS Ibnu Sina menyatakan tak sanggup merawat Siti. Dokter rumah sakit itu lalu merekomendasikan agar Siti dibawa ke Jakarta.
“Akhirnya Dinas Kesehatan Riau dan Pemerintah Daerah DuÂri merujuk ke Harapan Kita. MeÂreÂka yang menanggung semua biaÂya. Kita diberangkatkan ke JaÂkarta tanggal 19 September. Jadi sudah hampir sekitar 10 hari kita berada di sini,†kata Khairudin.
Khairudin menuturkan, selama mengandung Diana (25) tak meÂrasakan kelainan. Bahkan, ketika ngiÂdam sang istri juga tak meÂminÂta aneh-aneh. “Ngidamnya juga kayak orang hamil biasa, mauÂnya mangga muda,†ujar pria telah setahun menjalin pernikaÂhan dengan Diana.
Selama mengandung, Diana rutin memeriksakan diri ke pusÂkesmas. Namun karena keÂterÂbatasan ekonomi, Khairuddin yang bekerja serabutan ini tak pernah melakukan pemeriksaan USG (ultra sonografi). “Maklum saya kerja cuma cukup buat maÂkan aja. Makanya pas lahiran cuma sanggup pakai jasa dukun beranak aja,†ujarnya.
Khairuddin mengungkapkan nama Siti Arrahma bukan berasal darinya. Tapi nama itu dipilihkan kepala desanya. Khairuddin tak sempat memikirkan nama bagi anaknya karena sibuk mencari pertolongan.
“Yang ngasih nama Pak Kades. Beliau bingung buat kartu keÂluarga (KK) dan surat keterangan tidak mampu (SKTM) nggak ada nama anak saya. KK dan SKTM diÂbutuhkan untuk bikin JamÂkesÂda (Jaminan Kesehatan Daerah). Makanya Pak Kades yang bikin nama anak saya,†ujarnya.
Nama Siti Arrahma, menurut Khairuddin, indah. Berdasarkan peÂnuturan kepala desa kepaÂdaÂnya, Siti Arrahma bermakna beÂsar harapan agar menjadi rahmat bagi semua orang. “Mudah-muÂdahan anak saya bisa jadi rahmat buat bangsa, warga khususnya bagi keluarga,†harapnya.
Selama berada di Jakarta biaya hiÂdup Khairudin ditanggung PemÂda Duri. Pemda juga meÂnyewakan kamar kos untuknya untuk satu bulan ke depan.
“Kontrakannya di belakang rumah sakit. Seminggu bayar Rp 375 ribu. Saya juga dikasih uang maÂkan Rp 50 ribu sehari. SeÂmuaÂnya dibayarin Pemda,†ujarnya.
Setelah kelahiran putrinya, Khairuddin mengalami susah tidur. Pria berbadan kurus ini baru bisa memejamkan matanya pada pukul 03.00 WIB. Dirinya selalu mengkhawatirkan anaknya yang dirawat di dalam inkubator.
“Jam 3 baru balik ke kontraÂkan. Gimana mau tenang pikiran ke anak terus. Dokter bilang ada keÂmajuan dari sebelum-seÂbelumÂnya. Dokter minta saya banyak berdoa biar Siti kuat menjalani pengobatan ini,†tuturnya.
Pihak RS Harapan Kita meÂmaÂsang plat untuk menutupi jantung Siti. Pemasangan ini untuk menÂceÂgah organ vital itu terkena infeksi.
“Kelihatannya agak menÂdiÂnganlah. Memang masih banyak selang yang dipasang di badanÂnya. Kondisinya jantungnya seÂteÂngah di dalam, setengah di luar karena rongga dadanya masih kecil. Cuma yang di bagian atas sudah dikasih penutup besi,†kata Khairuddin.
Siti Juga Idap Kelainan Jantung
Tim dokter Rumah Sakit Anak dan Bunda (RSAB) serta RuÂmah Sakit Jantung dan PembÂuÂluh Darah Harapan Kita telah melakukan operasi tahap pertaÂma terhadap Siti Arrahma.
Dalam operasi yang berlangÂsung Rabu lalu (21/9), tim dokÂter belum bisa memasukkan seÂluruh bagian jantung. “Tempat rumah jantung tidak ada sehingga tidak bisa dimasukkan semua.
Jantungnya tidak bisa masuk 100 persen. Paling hanya 50 perÂsen yang masuk. Itu pun buÂkan hal yang mudah,†ujar Rudy Firmansyah Rivai, ketua tim dokter RSAB Harapan Kita.
Rudy menambahkan, Siti juga mengalami masalah keÂlaiÂnan jantung. Namun, kelainan pada jantung tersebut tidak akan ditangani dalam waktu dekat. Tim masih masih fokus menaÂngani letak jantung.
“Untuk kelainan di dalam jantung, kita belum melakukan koreksi apa-apa karena itu maÂsuk dalam rencana selanjutnya. Jadi, jantungnya sendiri belum diÂutak-atik. Yang dibetulkan baru posisinya,†urainya.
Ia mengatakan, secara keseÂluruhan, gangguan metabolik, gula darah, dan tekanan darah suÂdah terkendali meskipun maÂsih ada gangguan pada perÂnaÂpasan pascaoperasi.
Lantaran masih sebagian janÂtung berada di luar, dikhaÂwatirÂkan muda terkena infeksi. UnÂtuk itu, tim dokter meÂnemÂpatÂkan Siti di ruang semacam inÂkuÂbator yang steril. Bayi itu pun bergantung kepada ventilator. “Oleh karena itu, akan ada opeÂrasi berikutnya agar dia lepas dari ventilator sehingga bisa mengurangi adanya infeksi,†ujar Rudy.
Dicky Fahkri, dokter ahli janÂtung yang terlibat dalam operasi mengatakan upaya meÂmaÂsukÂkan jantung ke dalam rongga dada dilakukan bertahap. Sebab, rongga bagian belakang Siti tidak terbentuk, sehingga tidak ada ruang untuk meletakkan jantung.
“Operasi jantungnya tidak satu tahap, tetapi bertahap. WaÂlaupun tidak masuk 100 persen, jantungnya sudah tidak ada lagi di luar, tetapi sudah ada di daÂlam rongga dada. Untuk janÂtung, seÂmentara kemarin saya tutup deÂngan pericardium (seÂlaput pemÂbungkus jantung),†ucapnya. [rm]
BERIKUTNYA >
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.