RMOL. Kunesih (24) tidur terlentang di ranjang di Ruang Mahoni II Rumah Sakit Polri Said Sukanto, Kramat Jati, Jakarta Timur, Sening siang (26/9).
Sambil terus menahan rasa saÂkit di kaki, wanita asal Indramayu ini mengambil segelas air putih yang berada di meja samping ranÂjang. Sejurus kemudian, air meÂngalir ke mulutnya untuk melepas dahaga.
“Lagi istirahat siang saja,†kata tenaga kerja Indonesia yang semÂpat jadi pembantu rumah tangga (PRT) di Singapura ini.
Kunesih merupakan salah satu dari 40 TKI yang saat ini dirawat di RS Polri. Sebagian besar diraÂwat karena mengalami keceÂlaÂkaan saat bekerja.
Kunesih misalnya, terjatuh dari apartemen majikannya yang terÂletak di lantai enam. “Tulang beÂlaÂkang hancur. Kaki sulit dibuat jalan. Lengan bergeser dan samÂpai sekarang belum kembali seÂperti semula,†katanya dengan suara lemah.
Kunesih telah dirawat RS SuÂkanto sejak seminggu lalu. “AlÂhamÂdulillah saat ini keadaannya sudah lumayan membaik,†kata Kunesih.
Kunesih mengatakan, seluruh biaya pengobatan dirinya ditangÂgung pemerintah. Tapi, keluarÂgaÂnya tetap harus mengeluarkan uang untuk biaya hidup penjaga pasien. “Mudah-mudahan peÂmeÂrintah menanggung seÂmuanya, agar beban kami tidak terlalu berat,†harapnya.
Kunesih menceritakan keperÂgianÂnya ke Singapura untuk beÂkerja di negara itu. Ia mulai beÂkerja sebagai pembantu rumah tangga Maret 2011. Majikannya tinggal di lantai enam apartemen di Yishun Avenue 6, Singapura.
Kunesih menuturkan pekerÂjaÂannya membersihkan setiap sudut ruÂmah. Musibah itu datang di akhir Mei. Siang menjelang sore, Kunesih pun bersih-bersih. Mulai dari lantai sampai kaca-kaca apartemen.
Seluruh kaca bagian dalam dilap hingga bersih. Namun kaca belum terlihat jernih karena bagian luarnya masih kotor.
Kunesih pun mencoba memÂberÂsihkannya. Ia memanjat jendela dan berjalan kearah luar jenÂdela dengan posisi tangan tetap memegang erat jendela.
Saat berada di luar jendela, tiba-tiba angina bertiup kencang. Angin itu membuat jendela terÂtutup. Kunesih kehilangan peÂgangan. Tubuhnya pun terhempas ke bawah. Ia pun tak sadarkan diri.
Kunesih tersadar sudah berada di rumah sakit. Selama dua bulan dia menjalani perawatan. BiayanÂya ditanggung majikan.
Untuk menyambung tulang belakangnya yang hancur, pihak rumah sakit di Singapore meÂmasang pen. Bekas pemasangan pen masih bisa terlihat di pungÂgung Kunesih.
Setelah kondisi Kunesih memÂbaik, agen yang menyalurkannya ke Singapura menghentikan peraÂwatan. Kunesih pun dipulangkan ke Tanah Air. Perempuan beramÂbut pendek ini lalu dirujuk ke RS Sukanto Kramat Jati.
Sehari dirawat di rumah sakit milik Polri itu, Kunesih memaksa pulang. “Saya pingin cepat puÂlang karena sudah kangen dengan orang tuanya yang ada di kamÂpung,†katanya.
Selang beberapa bulan di kamÂpung halamannya, Indramayu, penyakit Kunesih kambuh. “TuÂlang punggung, kaki dan lengan saya sakit sekali. Tidak kuat menahan rasa sakit ini,†katanya.
Tak menunggu lama, keluarga memÂbawa Kunesih ke RS Sukanto. Namun di tengah perÂjaÂlanan dari Indramayu ke JaÂkarta, Kunesih pingsan karena tidak kuat menahan rasa sakit yang dideritanya.
Kunesih tersadar telah berada di rumah sakit. Hingga saat ini, Kunesih masih terus menjalani perawatan.
Rumah Sakit Said Sukanto meÂmiliki banyak ruang perawatan untuk pasien. Salah satu ruang peÂrawatan Mahoni yang terÂmasuk di kelas III.
Di ruang inilah para TKI yang sakit dirawat. Letaknya di tengah-tengah kompleks rumah sakit. GeÂdungnya dua lantai.
Lantai 1 untuk ruang Mahoni I dan lantai dua untuk ruang MaÂhoni II. Para TKI menempati ruang Mahoni II. Tersedia tangga yang cukup lebar untuk naik ke lantai dua.
Sebelum memasuki ruang MaÂhoni di bagian depan terdapat ruangan untuk penjaga. PengunÂjung yang ingin masuk kedalam ruangan harus izin terlebih dahulu kepada petugas.
Setelah ruangan untuk penjaga, terdapat lorong. Di depan lorong ditempel kertas A4 yang mengÂinÂformasikan waktu besuk. WakÂtu besuk siang pukul 11.00-12.00 WIB. Sedangkan sore pukul 17.00-18.00 WIB.
Di depan lorong terdapat pintu besi setinggi 1,7 meter. Pintu terseÂbut akan dikunci bila jam besuk telah habis.
Ruangan Mahoni II berukuran 8x12 meter dengan kaca-kaca besar sebagai jendela yang berada di samping kanan dan kirinya. Tempat ini mempunyai 23 tempat tidur.
Masuk ke dalam ruangan terÂhamÂpar luas ruangan jejeran temÂpat tidur di sisi kanan dan kiri ruangÂan. Agar tak berdesak-deÂsakÂan, jarak antara satu tempat tiÂdur dengan lainnya diatur tiga meter.
Di antara satu tempat tidur deÂngan lainnya juga dibatasi korden setinggi 2,5 meter yang bisa diÂbuka dan tutup untuk menjaga privasi pasien.
Ruangan terasa sejuk karena ada fasilitas pendingan ruangan. Televisi diletakkan d ibagian atas ruangan untuk mengusir kejenuhan kerabat yang sedang menunggu pasien.
Selain di Mahoni, para TKI juga dirawat di ruang Eboni. MeÂreka ditempatkan di sini karena mengalami gangguan jiwa seteÂlah bekerja di luar negeri.
Gedungnya berada di bagian belaÂkang rumah sakit. BangunÂannya berlantai satu dan memiliki fasilitas 20 tempat tidur.
Pintu masuk ke dalam ruangan berada di sisi kanan. Di depan pintu terdapat teras. Lantaran tak diÂsediakan tempat duduk, beÂberapa keluarga pasien duduk di lantai.
Pintu masuk ke ruangan peraÂwatan ini terbuat dari kaca. DinÂding di samping pintu juga dari kaca. Di dinding itu dipasang stiÂker warna biru yang bertuliskan aturan waktu menjenguk pasien. Siang hari pukul 11.00-12.00 WIB, sore hari 17.00-18.00 WIB. Di luar jam jenguk tidak boleh pengunjung keluar masuk ke dalam ruang perawatan.
Pihak rumah sakit tak memÂperÂkeÂnankan Rakyat Merdeka meÂnengok para TKI yang mengÂalami gangguan jiwa.
Kepala Hubungan Masyarakat RS Sukanto, Sarwoto mengaÂtakan, saat ini pihaknya merawat seÂbanyak 40 TKI yang mengaÂlami kecelakaan saat bekerja di luar negeri.
Dari jumlah tersebut, 17 TKI meÂngalami sakit fisik dan dirawat di ruang Mahoni I dan Mahoni II. “Empat belas orang di Mahoni II dan tiga orang dirawat di Mahoni I,†bebernya.
TKI yang mengalami gangÂguan jiwa dirawat di Ruang EboÂni. Umumnya, mereka stres dan depresi.
Sarwoto menuturkan, ruang Mahoni dan Eboni merupakan ruang perawatan kelas III. Namun memiliki fasilitas seperti kelas II.
Ruangannya dilengkapi AC, kamar mandi di dalam dan antar tempat tidur dipisahkan dengan korden. “Jadi ruangan cukup nyaÂman tidak seperti barak,†katanya.
Pria berpangkat komisaris besar ini menuturkan, biaya peraÂwatan di ruang Mahoni dan Eboni Rp 75 ribu perharinya. “Tapi jumÂlah itu belum termasuk obat dan tindakan medik dari dokter,†katanya.
Namun para TKI yang dirawat di sini tak dikenakan biaya seÂpeserÂpun. Semuanya ditangÂgung pemerintah. “Jadi mereka tidak perlu khawatir terhadap biaya perawatan,†katanya.
Menakertrans: Ada Yang Langgar Moratorium TKI
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, (Menakertrans), Muhaimin Iskandar mencurigai ada pihak yang melanggar moratorium pengiriman TKI ke Timur Tengah.
Ia bisa menyimpulkan itu setelah menengok TKI yang dirawat di RS Polri Sukanto, Kramat Jati, Jakarta Timur.
“Andai yang berangkat itu mematuhi moratorium, maka tidak akan seperti ini. Karena kita tegaskan kembali kita tidak boleh memberangkatkan tenaga kerja ke Yordania, Arab Saudi, Kuwait, dan Suriah. Ini berlaku keras, artinya sama sekali tidak boleh,†katanya.
Mulai Agustus lalu, pemeÂrinÂtah menghentikan pengiriman tenaga kerja di Timur Tengah. Ini dilakukan menyusulkan banyak kasus kekerasan yang dialami TKI.
Penghentian dihentikan seÂmenÂtara menunggu ada komitÂmen dari negara penerima untuk memberikan perlindungan keÂpada tenaga kerja asal InÂdoÂnesia.
Muhaimin juga menyoroti lamÂbatnya pengurusan asuransi terhadap TKI yang mengalami kecelakaan maupun kekerasan. “Asuransinya harus bisa cepat diurus. Prosedur dan tata pengaÂwasannya harus diatur lagi,†kata Muhaimin.
Muhaimin meminta agar Perusahaan Jasa Penyalur TeÂnaga Kerja Indonesia (PJTKI) tidak memperlambat penguÂrusÂan asuransi ini.
Menurut ketua umum Partai KeÂbangkitan Bangsa ini, perÂsoalÂan TKI ini memiliki huÂbungan dengan rendahnya tingÂkat kualitas sumber daya maÂnusia Indonesia.
Banyak orang yang bekerja di luar negeri dengan tingkat penÂdidikan yang rendah. Muhaimin meÂnyebutkan 50 persen dari jumÂlah angkatan kerja haruslah lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA). “Saat ini, 50 persen angÂkatan kerjanya masih lulusÂan Sekolah Dasar.â€
Demi menanggulangi rendahÂnya tingkat pendidikan tenaga kerÂja, Muhaimin mengaku suÂdah berkordinasi dengan KeÂmenÂterian Pendidikan Nasional. Mulai 2012, angkatan kerja yang bermodalkan ijazah SD haÂrus turun menjadi 20 persen.
Penunggu Pasien Dapat Rp 500 Ribu
Direktur Eksekutif Migrant Institute, Adi Candra Utama mengatakan para TKI yang dirawat di RS Polri Sukanto mendapat pelayanan yang baik.
Adi menjelaskan, seluruh biaÂya perawatan TKI yang ditangÂgung Badan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI).
Namun dia menyayangkan keÂluarga TKI tetap harus meÂngeÂÂluarkan uang untuk biaya hidup selama menjaga pasien.
“Kebutuhan sehari-hari keraÂbat yang menunggu selama perawatan di Jakarta seharusnya juga ditanggung pemerintah, karena mereka umumnya dari kalangan orang yang tidak mamÂÂpu,†katanya.
Untuk membantu meringanÂkan beban itu, kata Adi, pihakÂnya memÂberikan bantuan kepaÂda keluarga yang merawat dan meÂnunggu di rumah sakit. “KaÂmi banÂtu mereka Rp 500 riÂbu,†katanya.
Adi berharap pihak rumah saÂkit memberikan akses bagi piÂhak-pihak yang membantu TKI yaÂng dirawat maupun keÂluarÂganya. [rm]
BERIKUTNYA >
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.