RMOL. Setelah Rano Karno digaet Atut Chosiyah untuk jadi pendampingnya di pemilihan gubernur-wakil gubernur (Pilgub) Banten, PDIP sepertinya tak punya kader lagi yang bisa dijagokan untuk Pilgub DKI Jakarta. Partai moncong putih ini pun mulai menjaring bakal calon (balon) dari luar.
Pendaftaran balon guÂberÂnur dan wakil gubernur telah diÂbuÂka. Salah satu tempat pendafÂtaran di kantor PDIP Jakarta di Jalan Tebet Raya 46, Jakarta SeÂlaÂtan. Bagaimana suasana penÂdaftaran itu? Rakyat Merdeka mencoba mengintipnya.
Menginjakkan kaki di tempat ini, dua minibus putih dengan logo moncong putih parkir di baÂgian kanan teras bangunan berÂlanÂtai tiga ini.
Satu di antaranya moÂbil medis. Satu lagi untuk BaÂdan PenangÂgulangan Bencana (Baguna). Di bagian depan kedua minibus teronggok sebuah perahu karet.
Sementara di sisi kiri teras terÂdapat tumpukan ribuan batang bambu. Tumpukan yang mencaÂpai setinggi 1,5 meter ini tampak memenuhi sisi teras itu. Sehingga ruang tersisa untuk pintu masuk hanya empat meter.
Beberapa poster bergambar presiden pertama, Sukarno berteÂbaran di tempat ini. Juga di spanÂduk besar berukuran 7x4 meter. PosÂter ketua umum PDIP MÂeÂgaÂwaÂti Sukarno Putri tak kalah meÂraÂmaikan dinding depan kantor ini.
Ketika Rakyat Merdeka meÂngunÂjungi tempat ini, suasananya terlihat sepi. Hanya ada seorang pria berkaos PDIP yang berjaga. Pria yang memakai peci putih ini ngaso di meja di sisi kiri pintu samÂbil menikmati segelas kopi panas.
Melihat lebih jauh ke bagian dalam, suasananya tak jauh berbeda. Sepi. Ruangan-ruangan milik pengurus PDIP Jakarta terlihat kosong tak berpenghuni.
Pengamatan Rakyat Merdeka, belum terlihat meja panitia penÂdaftaran balon gubernur dan waÂkil gubernur di tempat ini. SpanÂduk atau baliho yang meÂnanÂdaÂkan dibukanya pendaftaran juga tak tampak.
Muhamad Nuh, kader PDIP yang ditemui di sini memÂbeÂnarÂkan pendaftaran calon gubernur dan wakil gubernur sudah dibuka. “Tapi panitia pendaftaran belum dibikin. Mungkin mulai rame minggu depan,†ujar anggota Satgas PDIP itu.
Partainya memang belum meÂlakukan sosialisasi secara terbuka sehingga belum ada orang yang mendaftar. “Dari beberapa nama yang santer bakal nyalon, baru Pak Nono Sampono yang sudah main ke sini. Beliau datang ke sini jauh sebelum pendaftaran caÂgub DKI dibuka,†ungkap Nuh.
Kedatangan Nono ke sini meninggalkan sejumlah jejak. Dua poster bekas komandan PaÂsuÂkÂan Pengamanan Presiden (Paspampres) di era pemerintah Gus Dur dan Megawati ini terÂlihat di pintu masuk.
“Jakarta Harus Lebih Baik, Tertib, Aman dan Damai. Perlu Pemimpin: Amanah, seperti Bang Husni Thamrin. Cerdas dan Tegas, seperti Bang Ali. Berani, seperti Bang Yos.†Begitulah isi dari salah satu brosur tersebut.
“Ketika datang Pak Nono ninggalin brosur yang dipasang di pintu itu,†ucap pria yang biasa disapa Nuy ini sambil menunjuk dua brosur bergambar Nono di pintu masuk.
Seorang pengurus sekretariat PDIP Jakarta membisikkan, pihaknya belum terang-terangan membuka pendaftaran lantaran masih ada perdebatan di internal.
“Keinginan internal PDIP JaÂkarta untuk calon DKI-1 (guÂberÂnur) atau DKI-2 (wakil gubernur) harus dari kader. Sejauh ini dari DPP sampai ke bawah condongÂnya pengen Boy Sadikin,†ujarnya.
Ia membenarkan dari beberapa nama kandidat baru Nono SamÂpono yang datang. “Pak Nono waktu itu datang cuma sowan sama pengurus. Terus beliau minÂta izin numpang nempel brosur, kita silakan saja. Nanti nggak diÂkasih, dikirain kita nggak deÂmokÂratis,†ucapnya.
Di tempat terpisah, Wakil KeÂtua PDIP Jakarta, Dwi Rio SamÂbodo mengatakan, berdasarkan hasil rapat gabungan DPP, DPD, DPC dan Fraksi PDIP DPRD DKI, Rabu malam (21/9) memuÂtuskan sesegera mungkin memÂbuÂka penÂdaftaran cagub dan cawagub.
Pendaftaran bisa dilakukan di tiga tempat yakni, DPP, DPD DKI Jakarta dan kantor-kantor DPC. Dibuka sampai November. “Sekarang ini masih membenahi keÂlengkapan-kelengkapan admiÂnistrasi pendaftaran. Tapi kepuÂtusannya memang sudah dimulai bulan ini,†ujarnya.
Lantas, apa saja persyaratan yang harus dibawa pendaftar? Kata Rio, persyaratan normatif membawa biodata. Persyaratan khusus ada dua.
Pertama, menyiapkan visi tenÂtang empat pilar kebangsaan yaitu, pandangan si calon tentang negara kesatuan RI, UUD 1945, Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. “Karena itu bagian terjeÂmaÂhan ideologi perjuangan partai. Mekanismenya sedang kita semÂpurnakan agar nanti jadi panduan pendaftar untuk bisa memenuhi itu,†ungkapnya.
Kedua, kata Rio, pendaftar haÂrus memaparkan pandangan mereka tentangan desain kebijaÂkan politik yang prorakyat. “KeÂbiÂjakan itu tentunya yang berÂbasis pada perjuangan berÂkeadiÂlan sosial untuk konteks Jakarta. Ini saÂlah satu kekhususan materi keÂlengÂkapan syarat,†ujarnya.
Jangan Cuekin Partai Bila Terpilih
Bursa calon gubernur DKI Jakarta semakin hari semakin ramai. Namun, belum terdengar nama yang bakal diusung PDIP.
Lantas, apa saja kualifikasi yang harus dipenuhi calon yang ingin mendapat dukungan partai ini? Wakil Ketua PDIP Jakarta, Dwi Rio Sambodo mengatakan, parÂtainya menitikberatkan tiga poin.
“Pertama, jelas komitmennya terhadap empat pilar kebangsaan. Ini penting di tengah ancaman diÂsintegrasi yang mengancam keÂutuhan bangsa, apalagi Jakarta sebagai pusat kekuasaan di Indonesia,†ujarnya.
Kedua, calon akan mengÂhasilÂkan kebijakan-kebijakan politik prorakyat dan berkeadilan sosial. Menurutnya, pembangunan seÂbesar apapun tanpa dilandasi panÂdangan strategis dan ideologis, hanya memberikan kemanfaatan bagi segelintir orang.
Ia mencontohkan persoalan keÂmacetan, banjir, kemiskinan, renÂdahnya layanan kesehatan dan pendidikan di Jakarta merupakan dampak pembangunan yang haÂnya memperhatikan kepenÂtingan segelintir pihak.
“Selain memiliki pandangan strategis dan ideologis, punya keberanian, kecerdasan dan jejak rekam yang jelas. Kita bisa lihat dari perjalanan mereka ketika menÂjalani aktivitas sosial dan politik . Itu akan menjadi pertimÂbangan dalam pembobotan,†ujarnya.
Poin penting ketiga, kata Rio, calon harus mampu membangun sinergi dengan partai. Sebab, lanÂjutÂnya, partai punya kepentingan ideologi, politik, dan organisasi.
“Jangan sampai masalah yang dihadapi rakyat dan ditangkap paÂÂtai tidak ditindaklanjuti dengan pemecahan masalah di tingkat kebijakan pemda,†ujarnya.
Percuma dari Militer Kalau Masih Takut
Bagaimana dengan latar belakang calon? Apakah PDIP punya kriteria tertentu? Wakil Ketua PDIP Jakarta, Dwi Rio Sambodo, mengatakan, partaiÂnya tidak mempermasalahkan latar belakang pemimpin DKI ke depan.
“Yang penting, pemimpin ibukota nanti harus berani, teÂgas, cerdas, dan punya teroÂboÂsan jitu untuk mensejahterakan rakyat. Percuma saja, kalau berÂlatar belakang militer tapi masih takut-takut,†kata Rio.
Melanjutkan keterangannya, Dwi mengaku, partainya masih terus mengkaji sejumlah tokoh, baik lokal ataupun nasional guna diusung sebagai calon guÂbernur periode 2012-2017.
“Kita terus mensurvei guna mengukur persepsi publik terÂhaÂdap pilkada dan para bakal caÂlon. Baik popularitasnya ataupun elektabilitasnya,†jeÂlasnya. Setelah itu, lanjut Dwi, meÂnyiapÂkan konsep daÂsar seÂbagai kontak politik atau perÂjanian politik terhaÂdap calon nanti.
Sejauh ini, sejumlah nama dari luar partai tengah ditiÂmang-timbang. Mereka yakni NachÂrowi Ramli, Fauzi Bowo, Djan Faridz, Triwisaksana, Priya RaÂmadhani, Tantowi Yahya, PriÂjanÂto. Sementara dari internal di antaranya Boy Sadikin dan Joko Widodo yang kini Wali Kota Solo.
Sebelumnya, politisi PDIP Boy Sadikin menilai, figur yang cocok memimpin Jakarta memiliki latar belakang militer. “Minimal jenÂderal bintang tiga (letnan jenderal) agar koorÂdiÂnasi dengan Pangdam Jaya dan Kapolda Metro bisa lebih luÂwes,†ujar Boy.
Sosok militer dibutuhkan lanÂÂtaran gubernur harus bisa memÂÂberikan rasa aman, nyaÂman serta menciptakan keterÂtiÂban bagi warga Jakarta. DaÂlam menata ibu kota tak cukup mengandalkan popularitas saja.
“Apakah menjamin tokoh yang populer akan membawa Jakarta lebih baik memimpin Jakarta? Tidak boleh coba-coba tapi harus punya kemampuan di atas rata-rata,†jelasnya.
Meski demikian, lanjut Boy, DPP PDIP masih terus melakuÂkan survei. “Seharusnya parpol punya sikap dalam menentukan cagub. Tidak semata-mata haÂnya menganÂdalkan survei dalam penjaringanÂnya. Kalau ada figur eksternal yang layak dan mumpuni untuk diusung sebaiknya diberi kesempatan. KaÂlau yang diusung kurang popular, ya tugas parpol mendongkrak popularitas sang calon.†[rm]
BERIKUTNYA >
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.