RMOL. Bus Transjakarta dengan plat nomor B 7290 IV melaju pelan-pelan memasuki area Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) di Jalan Pondok Gede Raya, Pinang Ranti, Jakarta Timur, Jumat siang (23/9).
Bus warna merah itu kemudian berhenti persis di samping disÂpenser. Mesin dimatikan. Petugas SPBG sigap mengambil selang di dispenser kemudian memasukÂkan ke lubang pengisian gas di bus. Nozzle ditekan, gas pun mengalir dari dispenser ke tanki bus. Petugas SPBG mencatat nomor seri dan plat nomor bus di formulir kecil.
Pengisian selesai, petugas itu meletakkan selang ke dispenser. Tombol di samping dispenser ditekan, sebuah struk keluar. Isinya, jumlah gas yang diisikan. Struk itu lalu disimpan disimpan di laci meja disamping kiri dispenser.
Aktivitas pengisian gas bagi bus Transjakarta kemarin terlihat normal. Tak terlihat antrean di stasiun itu. Stasiun ini hanya meÂlayani bus Transjakarta, tidak unÂtuk umum. Sebab, nozzle untuk pengisian hanya cocok untuk bus tersebut. Nono, petugas SPBG mengungÂkapkan penagihan pengisian gas bus Transjakarta dilakukan setiap dua minggu.
Selama ini, kata dia, SPBG Pinang Ranti tak pernah tersendat dalam melayani bus Transjakarta. Sebab, pasokannya selalu terseÂdia. “Kalaupun tersendat biasaÂnya hanya berlangsung selama beberapa jam saja,†katanya.
Nono menjelaskan, biasanya laÂyanan sedikit terhambat karena perawatan mesin pengisian (disÂpenser). “Itu rutin setiap bulan,†kata dia. “Mesinnya masih garanÂsi, jadi harus dicek setiap bulan.â€
Sebelum perawatan mesin, pihak stasiun pengisian memÂbeÂritahukan pengelola Transjakarta. Dengan begitu pengelola bisa mengantisipasi berkurangnya pelayanan pengisian gas di tempat ini.
Sejak Februari 2011, SPBG meÂlaÂyani 120 bus Transjakarta. Tanki bus bisa diisi sampai 150 liter. “Biasanya, dalam hari setiap bus mengisi dua kali,†ujar Nono.
Kepala Badan Layanan Umum (BLU) Transjakarta, M Akbar mengatakan, kuota bahan bakar gas (BBG) untuk bus TransÂjaÂkarta di SPBG Pinang Ranti habis Jumat, 23 September 2011.
Stasiun pengisian ini meÂlaÂyani armada bus Tranjakarta koÂridor V (Kampung Melayu-AnÂcol), koriÂdor IX (Pinang Ranti-Pluit), dan koridor X (Cililitan-TanÂjung Priok).
Ia khawatir habisnya kuota akan mengganggu operasional arÂmada bus yang melayani tiga koÂriÂdor. Pengisian gas akan dialikan ke SPBG Kampung Rambutan, Pancoran maupun Daan Mogot.
Ia menjelaskan, kuota pengiÂsian di stasiun ini menjadi cepat habis karena beberapa waktu lalu SPBG di Daan Mogot dan KamÂpung Rambutan mengalami gangguan mesin. Akibatnya, pengisian dialihkan ke SPBG Pinang Ranti.
PT T Energy, pengelola SPBG Pinang Ranti membenarkan hal ini. “Pada awal September terjadi keÂrusakan di SPBG lain. AkiÂbatnya armada bus Transjakarta koridor V, VII dan VIII melaÂkuÂkan pengisian di sini,†kata Rudi Susilo, komisaris PT T Energy.
Walhasil, jumlah pengisian melonjak. Dari rata-rata 130 bus per hari jadi 170 bus. “Kuota kami pada bulan September diÂperkirakan terlampaui pada Jumat,†kata Rudi.
Setiap bulan, Perusahaan Gas Negara (PGN) memberikan kuota pembelian gas bagi SPBG Pinang Ranti sebanyak 421.400 meter kubik.
Selama masih di bawah kuota itu, PT T Energy hanya memÂbayar Rp 2.400 per meter kubik kepada PGN, dengan asumsi satu dolar AS Rp 9.000. Bila kuota habis, PGN memberlakukan tarif Rp 7.200 per meter kubik.
Sementara PT T Energy terikat kontrak dengan BLU TransÂjakarta untuk menjual gas dengan harga Rp 3.100 per liter setara premium (LSP). “Kalau kami tetap melayani bus TransJakarta, kami akan merugi karena harga kulakan naik tiga kali lipat,†tandas Rudi.
Inilah yang dikhawatirkan Akbar. SPBG Pinang Ranti akan menaikkan harga jual gas ke Transjakarta sampai tiga kali.
Rudi mengatakan, pihaknya bisa tetap melayani Transjakarta bila PGN bersedia memberlaÂkukan tarif Rp 2.400 per meter kubik walaupun sudah melebihi kuota. “Kalau dapat dispensasi dari PGN, kami bisa melayani bus Transjakarta tanpa dirugikan.â€
Menurut Akbar, kenaikan harÂga gas ini akan membuat pihakÂnya mengurangi armada bus Transjakarta yang beroperasi. Bila tidak, pengeluaran untuk memÂbayar gas bakal memÂbengÂkak. Pengurangan armada yang beroperasi akan menyebabkan peÂnumpukan penumpang di halte-halte busway.
BLU pun turun tangan melobi PGN agar bersedia menambah kuota gas bagi SPBG Pinang Ranti dengan tarif normal.
Masuk Harus Izin, Dilarang Motret
Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) Pinang Ranti, Jakarta Timur berada di jalur busÂway. Letaknya persis di samping kiri halte Pinang Ranti. Ini meÂmuÂdahkan bus Transjakarta mengisi bahan bakar.
Stasiun pengisian yang berdiri di atas lahan berukuran 8 x 20 meter ini mempunyai dua pintu masuk. Masing-masing selebar 8 meter yang berada di bagian depan dan belakang.
Di bagian depan menghadapi Jalan Pondok Gede. Di gerbang ini ditempatkan pos jaga berÂukuÂran 2x2 meter. Satu petugas keÂamanan dengan mengenakan paÂkaian serba biru terlihat berjaga di sini. Ia akan menanyakan identitas setiap orang yang masuk ke stasiun pengisian.
Di sebelah kanan pos penÂjaÂgaan terdapat papan setinggi tiga meter warna merah dan putih. Di bagian atas terdapat tulisan “PT TE CNG. PT T energy. SPBG. “.
Di bawahnya dilampirkan harÂga bahan bakar gas (BBG) Rp 3.100. Juga pemberitahuan bahwa stasiun pengisian ini buka 24 jam sehari.
Pengelola tak punya menÂcaÂnÂtumÂkan larangan merokok, meÂnyalakan api, menggunakan teleÂpon genggam karena berpotensi menyebabkan kebakaran. Juga larangan memotret. Entah apa hubungan larangan yang terakhir dengan bahaya kebakaran.
Masuk ke dalam terdapat baÂnguÂnan tempat pengisian bahan bakar gas. Bentuknya terdiri dari tiga tiang tinggi dengan atap datar. Tiga dispenser disediakan ditempat ini. Nampak dua bus Trans Jakarta sedang mengisi gas.
Di bagian belakang SPBG terdapat pool bus Transjakarta. Luasnya sebesar lapangan bola. Pool ini memiliki pintu selebar delapan meter. Hanya sebagian yang dibuka.
Masuk ke dalam area pool terdapat pos jaga berukuran 3x4 meter. Di pos ini ditunggui seorang petugas keamanan.
Setiap orang yang tak dikenal harus izin terlebih dahulu kepadanya untuk bisa masuk.
Melongok ke dalam terlihat dua Transjakarta yang terparkir. “Bus tersebut sedang diperbaiki mesinnya, jadi di parkir disini,†kata petugas keamanan yang tidak mau disebutkan namanya.
Petugas keamanan yang mengenakan baju atas warna putih ini mengatakan, sebetulnya pool ini dikhususkan untuk bus Transjakarta yang berbahan bakar solar. “Tapi kadang kala bus yang pakai gas juga parkir ini di sini karena rusak mesin atau gas lagi kosong,†katanya.
PGN Kasih Dispensasi Sampai Akhir Bulan
Lobi yang dilakukan Badan Layanan Umum (BLU) TransÂjakarta tak sia-sia. Perusahaan Gas Negara (PGN) mau memÂberikan dispensasi kepada SPBG Pinang Ranti.
Stasiun pengisian ini diperÂboÂlehkan membeli gas dari BUMN itu dengan tarif normal walaupun sudah melebihi kuota. “PGN memberikan disÂpensasi sampai akhir bulan untuk SPBG Pinang Ranti,†kata Kepala BLU Transjakarta, M Akbar. Dengan adanya disÂpensasi ini, Akbar memastikan armada bus Transjakarta akan beroperasi normal.
Rudi Susilo, komisaris PT T Energy, pengelola Stasin SPBG Pinang Ranti juga telah meÂneÂrima kabar ini. Dengan adanya dispensasi ini pihaknya bisa membeli gas melebihi kuota buÂlanan tanpa dikenakan tamÂbahan biaya. “Dengan disÂpenÂsasi itu, kami koÂmitmen untuk melayani seÂluruh permintaan pengisian Busway hingga akhir bulan,†kata Rudi.
Vice President Corporate ComÂmunication PGN, Nella Andaryati mengatakan, dispenÂsasi ini temporer, hanya berlaku SepÂtember ini. “Kelebihan pemÂbelian di atas kuota itu tidak akan diÂkenai tambahan harga,†katanya.
Nella mengatakan, dispensasi ini diberikan karena PGN mendukung penggunaan gas sebagai bahan bakar kendaraan umum. “Dan kami telah mengeÂtahui adanya sejumlah SPBG bus TransJakarta yang tidak beroperasi pada awal bulan. BaÂnyak bus yang akhirnya mengisi gas di SPBG Pinang Ranti,†katanya.
Namun, tegas Nella, tak berarti SPBG Pinang Ranti dapat menjual gas sebanyak-banyaknya. “DibaÂtasi, dan hanya berlaku September. Dispensasi itu kasuistis, karena meÂmang ada kerusakan di sejumÂlah SPBG di Jakarta. Kuota belum bisa ditambah secara permanen, karena pasokan gas bagi PGN pun terbatas,†kata Nella.
Akbar berharap PGN bisa menÂjual gas ke sejumlah SPBG yang melayani bus Transjakarta dengan harga normal tanpa dibatasi kuota. “Kita harap dispensasi ini jangan sampai bulan depan saja, tapi seteÂrusnya agar layanan bus TransÂjaÂkarta tetap normal,†katanya.
Permintaan sama disampaikan Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Udar Pristono. Menurut dia, pembatasan ini akan memperÂsulit bus Transjakarta mengisi bahan bakar. Sebab, jumlah SPBG masih minim.
“Dibutuhkan konsumsi BBG yang sangat tinggi untuk pengoÂpeÂrasian busway. Belum lagi pada Desember mendatang akan ada 44 Bus Transjakarta baru yang akan beroperasi dan seluruhnya berÂbaÂhan bakar gas,†kata Udar.
Udar mengatakan, pasokan gas adalah salah satu kendala yang diÂhadapi bus-bus Transjakarta, selain jalur yang tidak steril dan masih kuÂrangnya jumlah armada. PihakÂnya tak bisa berbuat apa-apa untuk mengatasi masalah ini karena gas dipasok untuk bus TransÂjakarta dipasok oleh PGN. [rm]
BERIKUTNYA >
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.