Sejauh ini, Tantowi dan tim sukÂses belum memiliki posko peÂmenangan. Rapat strategi digelar di rumah pribadinya, anggota tim maupun hotel. Tim berpindah-pindah hotel. Kadang di Hotel Sulthan Jakarta Pusat. Lain waktu di Hotel Dharmawangsa di Jakarta Selatan.
Rakyat Merdeka sempat meÂnginÂtip aktivitas tim Tantowi di Hotel Dharmawangsa Jumat lalu. Dijadwalkan tim berkumpul di Ruang Dwarawati, Bimasena pukul 16.00 WIB.
Setelah ngaret beberapa menit dari jadwal yang sudah ditenÂtuÂkan, Tantowi muncul bersama-sama beberapa anggota tim suksesnya.
Mengenakan batik bermotif biru, Tantowi kelihatan segar. Mukanya berseri dengan senyum yang tak henti-hentinya. Tanpa berlama-lama Tantowi menuju ke ruang rapat.
Tantowi mengambil posisi duduk di bagian tengah meja berÂbentuk persegi tersebut. Tanpa diÂkomando, anggota tim meÂngeÂluarkan tumpukan berkas dari tas masing-masing setelah duduk di tempatnya masing-masing.
Berkas itu berisi laporan proÂgram yang sudah dijalankan tim di lapangan. Ini merupakan rapat tim yang pertama setelah LeÂbaÂran. Banyak laporan program yang belum sempat dibahas.
Satu per satu anggota tim meÂnyampaikan laporan. Tantowi tamÂpak mendengarkan dengan seksama. Sesekali dahinya meÂngernyit. Tangannya mencatat hal-hal yang dianggap penting.
Setelah semua anggota selesai menyampaikan laporan, giliran Tantowi yang bicara. Pria yang selalu menyisir klimis rambutnya ini menyampaikan pendapat atas laporan tim. Saat bicara, Tantowi terlihat berÂwibawa. Setiap kata yang keÂluar dari mulutnya, diÂdengar deÂngan seksama peserta rapat. Tak lupa ia memberikan moÂtivasi kepada tim.
Rapat di ruangan berukuran 5x7 meter itu berlangsung serius tapi santai. Sesekali terlontar guyonan yang menghangatkan suasana. Tanpa terasa rapat telah berlangsung berjam-jam. Tak terlihat kejenuhan di raut wajah Tantowi maupun anggota tim.
Media Manager Tim KamÂpanye Tantowi Yahya, Amir A Gofur menjelaskan rapat digelar di hotel karena tim belum meÂmiliki posko. “Kita ngumpul di rumah Mas Tantowi di Bintaro, rumah saya di Cipinang Muara, dan anggota lainnya di SrengÂseng. Kalau raÂpat-rapat biasanya di Hotel SulÂthan sama Hotel DharÂmaÂwangÂsa,†ujarnya.
Kenapa belum membentuk posko? Amir beralasan pihaknya masih menunggu siapa calon yang diusung Partai Golkar pada Pilgub Jakarta.
Ada tiga kader Golkar yang hendak maju dalam pilgub. SeÂlain Tantowi, ada nama Prya Ramadhani (ketua Partai Golkar Jakarta) dan Azis Syamsuddin (anggota DPR dari Golkar).
“Untuk sementara kita berÂkumpul di tempat yang saya seÂbutkan tadi aja dulu. Sebenarnya sudah cari tempat di Blok M, Tebet dan Mampang, tapi nunggu keluar keputusan. Kan yang ngumpul di hotel nggak sampai akar rumput cuma tim inti. Kalau teman-teman akar rumput berÂkumpul di Cipinang dan SrengÂseng,†ujar Amir. Akar rumput yang dimaksudnya adalah tim yang bergerak di lapangan.
Amir meyakini Tantowi bakal meraih tiket dari Golkar. AlaÂsanÂnya, dalam beberapa survey inÂternal yang digelar partai beÂriÂngin, nama Tantowi lebih unggul dibandingkan Prya dan Azis.
“Sekarang head to head-nya Foke (Fauzi Bowo) dan Tantowi. Berdasarkan hasil Median Survei Nasional terakhir, tingkat keÂsuÂkaan publik terhadap Tantowi saÂngat tinggi sebanyak 75 persen. Foke cuma 50 persen,†paparnya.
Golkar, kata Amir, pasti memÂpertimbangkan hasil survei ini. SurÂvei ini menunjukkan bahwa sosok Tantowi bisa menjadi magnet guna menarik dukungan di pilgub.
“Dengan realitas seperti itu masak DPP Partai Golkar tidak membaca logika publik? Saya meÂnyebut Mas Tantowi sebagai bandul kemenangan. Dia dibuÂtuhÂkan oleh siapapun untuk meÂraih kemenangan,†ujarnya.
Walaupun sudah merasa di atas angina, tim tak lantas puas. HingÂga beberapa ke depan, popularitas kakak kandung dari Helmi Yahya ini terus digenjot sambil DPP Golkar mengambil keputusan siapa yang bakal diusung.
“Bagaimana caranya? Dengan membuat program-program yang bisa menyentuh masyarakat JaÂkarta. Kita langsung turun ke laÂpangan bersama Mas Tantowi meÂnyapa masyarakat dan keÂmuÂdian mendengarkan keluhan-keÂluhan mereka,†ujarnya.
Beberapa program yang sudah dijalankan adalah pengajian dan berkunjung ke masjid-masjid di lima wilayah di Jakarta. Tim juga mengadakan lomba karya tulis mahasiswa dan SMA tentang pandangan mereka mengenai Jakarta ke depan.
“Kita juga bikin tabloid dan membagi-bagikan kepada pengÂguna busway. Kita juga mengajak mereka bertukar pikiran, banyak masukan yang kami dapatkan. Kita hadir menyerap aspirasi maÂsyarakat. Tentunya hal itu sangat berguna untuk menentukan proÂgram apa yang akan kami jalanÂkan ke depan,†ucapnya.
Meski belum memiliki markas tetap, kata Amir, tim sudah berÂgerak sejak enam bulan lalu. SeÂcara perlahan-lahan tim memÂbenÂtuk sel di berbagai titik di Jakarta. Tujuannya untuk menguatkan jaÂringan tim pemenangan Tantowi di akar rumput.
“Tim inti sekitar 25-30 orang. Kita menyebutnya Tim CamÂpaigÂners Tantowi Yahya. Dalam perÂgeÂrakan kita selalu memanÂfaatÂkan teknologi. Misalnya, <I>sharing inÂforÂmasi, memantau pergerakan, jadÂwal rapat. Tim inti ini terus berÂkembang membentuk sel yang seÂmakin hari semakin besar,†jelasnya.
Tim menyebutkan aksi ini seÂbagai “Gerakan Cinta Jakartaâ€. Lewat berbagai aksi itu, Amir yaÂkin Tantowi bisa merebut hati masyarakat Jakarta. “Kita optimis sekali, basisnya dari survei kita paling tinggi. Walaupun poÂpuÂlaÂritas head to head ke dengan Foke, tapi tingkat kesukaannya lebih ke Tantowi,†tandasnya.
Sejauh ini, ungkap Amir, resÂpons masyarakat terhadap TanÂtowi cukup bagus. Ini bisa terlihat saat anggota Komisi I DPR ini turun ke lapangan. Sambutannya meriah. “Dia publik figur jadi maÂsyaÂrakat pengen lebih dekat. Mulai turun dari mobil langsung disapa oleh orang-orang. Tidak bisa diÂnafikkan, sosoknya meÂmang begitu disukai maÂsyaÂraÂkat,†ujarnya.
Janji Naikkan Dana Atasi Masalah Banjir dan Macet
Nama Tantowi Yahya (50) tak asing lagi di telinga warga Jakarta. Siapa yang tak kenal si penyanyi country yang biasa tampil dengan topi leÂbarnya sambil memegang giÂtar dan bersenandung merdu layaknya cowboy.
Kini, pembaca acara “Who Wants To Be A Millionare†terÂseÂbut sudah menanggalkan duÂnia keartisannya dan memulai karier sebagai politisi. Lewat Partai Golkar, dia berhasil duduk di DPR.
Bekas resepsionis Hotel BoÂroÂbudur ini mencoba perÂunÂtuÂngannya di pemilihan gubernur DKI Jakarta tahun depan. Tantowi bercerita panjang lebar visi dan misi serta cita-citaÂnya jika kelak terpilih menjadi orang nomor satu di ibu kota.
Ia punya mimpi menjadikan Jakarta sebagai kota yang aman, nyaman serta berbudaya. MeÂnuÂrutnya, tiga hal itu bisa diÂbangun apabila hukum bisa ditegakkan.
“Permasalahan yang paling besar yang saya lihat di Jakarta bawah produk-produk peratÂuÂran perundang-undangan tidak dilaksanakan dengan konseÂkuen. Sehingga, terjadilah peÂlangÂgaran-pelanggaran yang berÂmula dari hal kecil sampai akÂhirnya membesar dan pada akÂÂhirnya tidak bisa dikenÂdaliÂkan,†ujarnya kepada Rakyat Merdeka.
Dia mencontohkan, pengguÂnaan trotoar yang tidak difÂunÂgÂsikan untuk pejalan kaki, badan jalan yang diokupasi pedagang-pedagang kaki lima yang mÂeÂrasa punya hak karena telah menyetor upeti kepada oknum aparat dan pemukiman-peÂmuÂkiman kumuh.
“Itu kalau melihat peraturan seÂmuanya ada, tapi di situlah keÂlemahannya. Sehingga, JaÂkarÂta sebagai kota yang layak ditinggali oleh kita dan generasi berikutnya dalam konteks aman, nyaman dan berbudaya itu menjadi sulit untuk tereÂaÂliÂsasi. Itu mimpi saya,†ujarnya.
Mengenai masalah kemaÂceÂtan yang makin hari makin menggila, menurut Tantowi, persoalan ini bisa diselesaikan bila ada keinginan kuat. Ia meÂnilai, Pemerintah DKI saat ini bukan tidak mampu tapi tidak mau menyelesaikannya.
“Nah, itu bisa kita lihat dari baÂÂgaimana Jakarta berÂkomitÂmen mengurai masalah kemaÂcetan, termasuk di dalamnya penyediaan transportasi publik yang nyaman, aman dan tepat waktu. Itu permasalahan yang sangat besar, sementara angÂgaÂran yang dicanangkan sangat kecil,†tandasnya.
Menurut dia, anggaran 5 perÂsen dari APBD untuk mengatasi banjir dan kemacetan Jakarta yang sangat kompleks tidak memadai. Bila terpilih, Tantowi berjanji menaikkan anggaran tersebut.
“Jadi permasalahan yang beÂgitu besar diselesaikan dengan anggaran yang begitu kecil. KaÂlau saya jadi, saya pasti menÂdedikasikan untuk itu. Saya tiÂdak tahu berapa, tapi angÂgaÂranÂnya jauh lebih besar. PeÂrÂmaÂsaÂlahan besar harus dengan solusi anggaran yang lebih besar. Jadi paradigma politik anggarannya harus berubah,†ujarnya. [rm]
BERIKUTNYA >
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.