Untuk menunjukkan keÂseÂriuÂsannya menjadi orang nomor satu di DKI, bekas komandan Pusat Polisi Militer TNI ini membentuk tim sukses.
Pria yang ingin disapa Bang Adji ini tak lupa membuat marÂkas. Letaknya di Jalan Taman GuÂnawarman Barat Nomor 25, KeÂbayoran Lama, Jakarta Selatan. Markasnya diberi nama Balai RakÂyat Jakarta. Bagaimana aktiÂvitas di sini? KeÂmarin, Rakyat MerÂdeka berkunjung ke Balai ini.
Spanduk berukuran 5x2,5 meÂter menyambut kedatangan. Spanduk yang didominasi warna merah tersebut diikat di batang dua pohon
“Balai Rakyat Jakarta,†deÂmiÂkiÂan tulisan di spanduk. Foto HenÂdardji mengenakan koko puÂtih dan peci hitam dipajang di samping tulisan. Senyumnya meÂngembang menunjukkan keramahan.
Spanduk ini dipasang di haÂlaÂman rumah yang terletak di hook. Bangunan rumah terdiri dari dua lantai dengan peraduan warna krem. Deretan pohon palem meÂngelilingi rumah, membuat suaÂsana asri dan teduh.
Dua satpam berjaga di pekaÂrangan. Tanpa banyak bertanya, mereka mempersilakan ke dalam. MeÂmasuki pintu kayu, seorang wanita berkerudung terlihat beÂkerÂÂja di balik layar komputer. Pada sisi kanan dinding dileÂkatÂkan poster bergambar sama deÂngan spanduk di depan rumah.
Joyce, staf sekretariat Balai membantu menunjukkan setiap bagian ruangan di tempat ini. Di bagian tengah lantai satu, terdapat dua meja kayu. Tampak dua orang pria sedang bekerja semÂbari berbincang-bincang.
Di ruangan ini kita disuguhi beÂberapa foto Hendardji. Misalnya foto bersama kelima saudara kanÂdungnya dan foto keluarga berÂsama istri dan anak-anak. Foto-foto tersebut tertata rapi hampir di setiap sisi ruangan.
Di luar foto, terdapat karikatur Hendardji dengan bekas jaksa agung Hendarman Supandji saÂling merangkul. Hendarman adalah kakak kandung Hendardji. Di karikatur itu, Hendardji yang mengenakan seragam militer dan Hendarman berseragam korps adhyaksa sama-sama menenteng borgol. “Dua Supandji satu perÂkara, Tersangkanya ada dimana?†Begitulah tulisan yang tertera di bagian bawah karikatur itu.
Rakyat Merdeka juga diberi keÂsempatan memasuki ruang kerja Hendardji yang terletak di ujung. Ruangan ini berisi satu set meja makan kayu dan meja kerja. BeÂberapa foto keluarga Hendardji dipajang di sini.
Suasana markas tim sukses Hendardji lebih menyerupai temÂpat tinggal. Beberapa perabot dan hiasan rumah juga tampak berÂteÂbaran di setiap sisi bangunannya.
Ruangan di lantai dua diperÂunÂtuÂkan bagi staf khusus dan proÂtoÂkoler. Dua pekerja bangunan tampak sedang penyekatan dan pendempulan langit-langit. Kondisinya masih terlihat sedikit berantakan.
Ruang terakhir yang Rakyat MerÂdeka kunjungi adalah ruang rapat di lantai tiga. Sebuah meja berÂukuran panjang dengan kursi terÂtata dengan rapi ditempatkan di ruangan ini. Sebuah layar LCD dan alat presentasi melengkapi ruangan ini.
“Kalau jumlah tim yang berÂkumpul ramai, kita rapat di lantai tiga. Kalau cuma sedikit, kita raÂpat di lantai satu,†ujar Joyce.
Joyce menuturkan, tempat ini suÂdah dipersiapkan sejak jauh-jauh hari sebelum Hendardji meÂnyaÂtakan ikut pilgub. Pada 8 Juli lalu, tempat ini diresmikan seÂbaÂgai BaÂlai Rakyat Jakarta. Tempat ini juga berfungsi sebagai media center.
“Tempat ini sudah resmi bisa disebut sebagai markas tim pemeÂnangan beliau. Karena Bang Adji sendiri sudah menandatangani struktur tim pemenangan terÂsebut,†ujarnya.
Wanita berwajah oriental ini mengatakan, rumah mewah ini bukan milik pribadi Hendardji. “Sepertinya rumah ini milik rekanan Bang Adji, nggak tahu statusnya sewa atau pinjam. Tapi ini bukan milik beliau,†ujarnya.
Balai ini menjadi tempat berÂkumpul sekitar 80 anggota tim sukÂses. Aktivitas di sini tak perÂnah berhenti sekalipun hari Sabtu dan Minggu. Menurut Joyce, tempat ini baru ramai mulai 4 sore sampai 10 malam.
Saat Rakyat Merdeka berÂkunÂjung suasana sepi. “Kenapa keÂliatan sepi? Karena sedang berada di lapangan semua. Tim biasanya kembali menyerahkan laporan sore hari. Report yang masuk seÂkitar progres yang terjadi di lapaÂngan,†katanya.
Menurut Joyce, Hendardji selaÂlu hadir dalam rapat-rapat tim. “Biasanya pagi beliau ngecek dulu sini sebelum ke kantornya di Kemayoran. Beliau tipikal orang yang tidak percaya sama reÂport, beliau suka sidak ke lapaÂngan. Makanya nggak bakal ada yang berani macam-macam kerjanya,†tuturnya sembari tersenyum.
Saat ini, kata Joyce, tim fokus menggalang dukungan dari warga Jakarta. Sementara HenÂdarÂdji sibuk melakukan aksi sosial. Misalnya pemberian banÂtuan kepada korban kebakaran, bersilaturahmi dengan tokoh agaÂma dan masyarakat, menggelar bazaar murah di beberapa wilaÂyah ibu kota dan Kepulauan Seribu.
“Bang Adji juga mengadakan operasi katarak gratis di Rumas Sakit Aini Kuningan. Kemarin kita juga membagikan seragam untuk majelis taklim dienam 6 wilayah yakni di Jaktim, Jakbar, Jaksel, Jakut, Jakpus dan KepuÂluan Seribu,†ujarnya.
Joyce mengungkapkan, HenÂdardji lebih mementingkan aksi sosial ketimbang pasang spanÂduk. Sebab yang dibutuhkan warÂga Jakarta adalah program nyata.
“Meski beliau belum menÂdelarasikan pencalonannya, tapi aksinya sudah banyak. Kita diteÂkankan lebih memperkuat ke biÂdang sosial. Tidak sekadar janji atau bagi-bagi uang, tapi mau berÂbuat bagi masyarakat. Beliau leÂbih suka sedikit berbicara, tapi banyak bekerja,†tuturnya.
Joyce mengklaim aksi sosial yang dilakukan Hendardji selalu mendapat respons positif dari masyarakat. Setiap kegiatan dihaÂdiri sekitar seribu orang.
“Banyak ibu-ibu yang ngefans sama Bang Adji. Rata-rata bilang ganteng dan minta foto bareng. BaÂnyak sekali yang tidak meÂnyangka perubahan bapak yang angker, menjadi kalem dan keÂbapakan. Masyarkat sendiri yang ngomong ke beliau, mereka buÂtuh figur yang tegas dan nggak mencle-mencle,†ujarnya.
Ingin Ubah Wajah Jakarta Jadi Trendy
Prihatin melihat kondisi ibu kota yang kian kumuh memÂbuat Hendardji Supandji memÂbulatkan tekad untuk maju daÂlam pemilihan gubernur Jakarta.
“Terus terang kalau saya meÂliÂhat kondisi Jakarta ini, mungÂkin 70 persen kumuh. Dulu tidak kumuh, tetapi semakin hari kok semakin kumuh. Tapi bukan hanya saya, juga maÂsyaÂrakat. Sebagian masyarakat yang prihatin itulah yang menÂdorong saya untuk maju,†kata Hendardji mengawali perbinÂcaÂngan dengan Rakyat Merdeka, belum lama ini.
Saudara kandung bekas Jaksa Agung Hendarman Supandji ini memang belum mau mengÂuÂmumÂkan secara resmi pencaloÂnanÂnya. Selain baru tiga bulan ini memperkenalkan diri kepaÂda pemilih Jakarta, juga lantaÂran dirinya masih menunggu haÂsil survei popularitas dan elektabilitas dirinya.
“Dalam arti saya pikir-piÂkirlah. Terus siapa yang meÂngeÂnal saya? Saya sosialisasi dulu sehingga secara resmi mÂeÂnyaÂtaÂkan maju memang belum. Jadi kalau saya berniat menÂcaÂlonkan diri, tentu saya harus meÂmenuhi kriteria tertentu dan untuk memenuhi itu tentu ada langkah-langkah. Langkah-langkah itulah yang saya lakuÂkan sekarang, sekadar memÂperÂkeÂnalkan diri,†katanya.
Namun yang jelas, menurut dia, hal utama yang mesti dibeÂnahi Jakarta adalah masalah kuÂmuh. Apalagi, anggapan Jakarta kumuh bukan hanya muncul dirinya, tapi mayoritas masyaÂrakat ibu kota.
“Bahwa banyak orang yang mengatakan kumuh itu sudah sinyal bahwa kita ini harus memÂberikan atensi terhadap suaÂtu wilayah maupun daerah. Atensi itukan tidak mungkin dilaÂkukan orang per orang. Bisa apa dia? Paling tidak bisa dilaÂkukan oleh orang yang meÂmeÂgang amanah untuk itu.â€
Untuk mengatasi kumuh ini, menurut Hendardji, perlu pereÂmaÂjaan terhadap Jakarta. SeÂbab, kekumuhan itu membuat wajah Jakarta menjadi kota tua.
“Ibarat saya sekarang berÂumur 60 tahun. Orang melihat kan saya tua, rambutnya putih. Nah bagaimana saya kelihatan remaja, ya saya tampil trendy. Rambut dicat, semangat juga dipacu lagi dengan olahraga agar tampil segar bugar. Jadi walaupun 60 dia terlihat 40. Jangan sebaliknya,†tandasnya.
Kumuh itu bisa dihilangkan dengan kebersihan. Kebersihan menunjukkan pancaran keÂimaÂnan dan taqwa masyarakat JaÂkarta. Kalau hati dan pikiran berÂsih, lingkungan pasti bersih. BuÂkan sebaliknya, kata Hendardji.
“Kalau pikiran dan hati kita kotor, lingkungan pasti ikut koÂtor. Kalau sudah kumuh seÂperÂti ini, berarti ini lampu kuÂning yang mendekati lampu meÂrah. Dan jika sudah sampai meÂrah, bisa berÂhenti suatu keÂhiÂdupan. MaÂkanya saya dorong Jakarta jaÂngan samÂpai jadi kota mati.â€
Diminta Nyanyi, Baru Bisa Senyum
Purnawirawan TNI menÂdukung langkah Hendardji SuÂpandji maju dalam Pilgub JaÂkarta. Jenderal (Purn) AgusÂtadi Sasongko, misalnya, meÂnilai Hendardji sosok yang tepat unÂtuk memimpin ibu kota.
“Hendardji yang akrab disapa Bang Adji adalah seorang yang saya kenal dan tahu memiliki karakter yang diperlukan warga Jakarta. Orangnya sederhana, taat beribadah, berani, konÂsisÂten, dan konsekwen terhadap tuÂgas yang diemban,†kata beÂkas kepala staf TNI AD itu saat perÂesmian Balai Rakyat Jakarta.
Agustadi yang juga penaÂsiÂhat Forkabi Jakarta mengaku, terÂkesan dengan Hendardji seÂjak maÂsih jadi anak buahnya. Saat jadi Aspam KSAD, kata AgusÂtadi, Hendardji tak segan menÂjatuhkan sanksi kepada prajurit “nakalâ€.
Ketika menangani ilegal logging yang marak, Hendardji dinilainya tak pandang bulu. Agustadi yang pernah jadi Pangdam Jaya mengungkapkan satu kekurangan Hendardji: terlihat selalu serius.
“Sekarang ada perubahan signifikan pada Hendardji, dulu dia itu susah senyum. Tapi sekaÂrang dia sudah lebih rileks dan bisa tersenyum,†kata Agustadi.
Agustadi buka-bukaan, dulu saat ada acara hiburan dia selalu meminta Hendardji menyanyi. Ternyata ini bisa membuat beÂkas Danpuspom TNI itu tersenyum.
“Saya sempat kaget ketika menÂdengar Hendardji mau maju DKI I. Tetapi saya sangat seÂnang dia maju, karena dia orang yang tegas dan konsiÂsten,†ucap Agustadi. [rm]
BERIKUTNYA >
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.