Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Markas Tim Fauzi Bowo kini Dipakai Sutiyoso

Persiapan Incumbent Sambut Pilkada DKI 2012

Rabu, 14 September 2011, 04:48 WIB
Markas Tim Fauzi Bowo kini Dipakai Sutiyoso
Fauzi Bowo
RMOL.Sejumlah nama sudah ambil ancang-ancang untuk maju ke pemilihan gubernur DKI Jakarta 2012. Mereka sudah membentuk tim dan posko. Bagaimana dengan Fauzi Bowo? Apakah incumbent ini juga sudah mempersiapkan tim?

Rakyat Merdeka kemudian me­ngunjungi markas Foke saat ikut pilgub 2007 lalu di Jalan Diponegoro Nomor 63, Menteng, Jak­arta Pusat. Ketika itu Fauzi Bowo membuat markas yang disebut Foke Center. Foke meru­pakan sebutan untuk bekas Sekda Pemprop Jakarta itu. Kependekan dari Fauzi Oke.

Suasana berbeda justru terlihat ketika menginjakkan kaki di ru­mah mentereng yang disulap jadi kantor ini. Kini tak terlihat lagi atribut milik Fauzi di tempat ini. Plang, spanduk, baliho atau seje­nisnya bergambar dirinya sama sekali tidak terlihat.

Sebuah plang besar di bagian depan semakin menunjukkan bah­wa tempat ini sudah berganti penghuni. Plang selebar tiga meter ini yang didominasi warna merah dan putih memajang wajah Sutiyoso.

Bekas gubernur DKI itu kini didapuk menjadi ketua umum Partai Keadilan dan Per­satuan Indonesia (PKPI) se­pe­ninggalan Edi Sudradjat.

“Ayo Gabung!” Begitulah isi ka­limat seruan yang mengajak ma­syarakat untuk bergabung da­lam partai ini. Tak lupa di­se­mat­kan logo dan kepanjangan PKPI di sisi kanan dan bagian ba­wah­nya. Plang ini menegaskan bahwa rumah ini kini menjadi markas PKPI.

Memasuki gerbang yang se­ngaja dibiarkan terbuka, terlihat beberapa mobil parkir di pe­ka­ra­ngan. Pernak-pernik  berlogo PKPI juga menyebar merata hing­ga bagian dalam rumah.

Udin, satpam yang menjaga kantor ini menuturkan, PKPI sudah sekitar setahun menempati rumah ini.  “Kita masuk ke sini su­dah kosong. Sebelumnya dibe­ne­rin dulu ama yang punya sete­lah ditinggal Foke, baru diisi orang lain. Baru setelah itu Partai Pelopor masuk,” ujarnya.

Dia mengaku, Foke Center ha­nya sekitar satu tahun bertahan di sini. Setelah Fauzi terpilih men­jadi gubernur, tim pemanangan dibubarkan.

“Denger-denger cuma setahun pake gedung ini ketika rame-ra­me pilkada. Dulu juga ada mar­kasnya di Jalan Diponegoro 43, tapi sekarang kayanya udah nggak lagi karena yang punya Djan Faridz. Mungkin karena sekarang sama-sama maju,”  ujarnya.

Rakyat Merdeka kemudian meng­konfirmasi kepindahan Foke Center kepada Sekretaris Daerah DKI Jakarta Sekda, Cucu Ahmad. Dia mengaku, tidak me­ngetahui dimana kini markas tim pemenangan Foke.

“Pak Foke belum ngurusin yang begitu-begitu. Beliau masih fokus sama kerjaannya. Saya juga kurang tahu beliau udah punya markas atau belum,” ucapnya.

Karena kesibukan di akhir masa kerja, Cucu belum men­dengar sang bos mengeluarkan pernyataan ingin jadi gubernur lagi. Ia mempersilahkan me­na­nyakan lebih lanjut soal pen­ca­lonan itu kepada tim sukses yang pernah menangani Foke.

“Setahu saya sih beliau belum ada ngomong soal pencalonan kembali. Maaf saya hanya tahu dalam kapasitas beliau sebagai gubernur, kalau pribadi atau po­litik bukan bagian saya,” ujarnya.

Saat ini, Fauzi Bowo duduk di Dewan Pembina Partai Demokrat bersama dengan SBY. Bila dia ingin ikut pilgub, kendaraan po­litik yang paling dekat untuk di­gunakan adalah Partai Demokrat.

Fauzi pun harus bersaing de­ngan Nachrowi Ramli untuk mem­peroleh tiket Partai Demok­rat. Nachrowi adalah ketua Partai Demokrat Jakarta.

Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Ahmad Mu­ba­rok memastikan nama Fauzi Bowo tetap masuk dalam bursa bakal calon (balon) gubernur DKI di kalangan internal.

“Saat ini, di Demokrat ada dua nama yang diajukan Nachrowi dan incumbent (Fauzi Bowo). Dua nama itu yang disurvei,” katanya.

Mubarok menjelaskan, survei dilakukan tiga kali untuk melihat popularitas, kapablitas, dan elek­tabilitas kandidat. Tim 9 akan menggunakan hasil survei untuk mengajukan nama calon ke Majelis Tinggi Partai Demokrat

Saat ditanyakan soal pencalo­nan Foke yang terlihat tidak ter­lalu mencuat, Mubarok me­n­je­laskan, hal itu memang tak perlu di­lakukannya. “Dia memang sa­lah satu calon. Fauzi Bowo, kan, masih menjabat. Jadi, dia masih low profile, dan tidak perlu di­gembar-gemborkan karena orang sudah tahu dia, beda dengan Nachrowi,” ujar Mubarok.

Nama Fauzi masuk bidikan Partai Demokrat lantaran di­ang­gap memiliki ilmu dan penge­tahuan yang dibutuhkan untuk memimpin Jakarta.

“Namun, kenyataannya dia nggak punya model ketegasan model Bang Yos (Sutiyoso). Nah, mungkin sosok tegas ini yang ada di Nachrowi karena dia dari militer,” katanya.

Tunggu Hasil Survei, Dekati Partai Lain

Munculnya ketua Partai De­mokrat Jakarta Rachrowi Ramli seolah memupuskan kans Fauzi Bowo kembali jadi guber­nur. Padahal, partai berlogo bin­tang Mercy itu belum me­mu­tus­kan jago yang bakal diusung.

“Calonnya belum diputuskan jadi mohon bersabar,” ujar Ketua DPP Partai Demokrat Bidang Ko­munikasi dan Informasi, Ruhut Sitompul.

Ruhut menjelaskan untuk pe­mi­lihan gubernur di tiap provinsi, termasuk Jakarta, calon yang akan diusung Demokrat akan di­putuskan ketua umum dan sekjen. “Keputusan itu didapat setelah berkonsultasi dengan Ketua De­wan Pembina Bapak SBY.”

Ketika ditanyakan soal peluang Fauzi Bowo untuk dicalonkan De­mokrat, Ruhut enggan men­jawab secara gamblang. Ia hanya me­ngatakan, “Sampai sekarang be­lum mengerucut jadi bersabar ya.”

Sebelumnya, Nachrowi Ramli menyatakan kesiapannya untuk maju dalam pemilihan gubernur DKI Jakarta. “Kalau itu amanah dan diberi izin partai, saya secara pribadi siap. Komunikasi dengan berbagai partai juga mulai diba­ngun,” ungkap Nachrowi.

Namun demikian, Nachrowi mengatakan komunikasi kepada parpol-parpol itu hanyalah pen­de­katan awal. “Intinya untuk mem­bangun dan menjalin hubu­ngan baik,” ucapnya.

Hingga saat ini, Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo, masih eng­gan mengomentari pencalonan kembali untuk jadi DKI-1. “Yang jelas saya kerja saja dan sele­saikan jabatan saya sampai tahun depan,” ucapnya beberapa waktu lalu.

Dulu Dikerubuti, Kini Jaga Jarak

Hingga kini belum ada partai politik yang meng­gadang-gadang Fauzi Bowo se­bagai bakal calon (balon) gu­bernur. Empat tahun kepe­mimpinaanya, berbagai per­soalan Jakarta tak kunjung ter­selesaikan. Itu menjadi salah faktor partai menjaga jarak de­ngan Fauzi.    

Pada Pil­kada 2007, pasang Fauzi Bowo-Prijanto diusung 20 partai politik. Beberapa or­mas pun berada di bela­kang­nya. Kini, mereka mikir-mikir untuk mengusung pria yang juga kerap dipanggil Foke ini.

“Fauzi Bowo sudah kami nilai gagal untuk menjaga ama­nat warga Jakarta karena buktinya saja Jakarta masih macet sehingga cost untuk be­pergian menjadi terlalu besar,” kata Ketua Umum Fo­rum Betawi Rempug (FBR), Lutfi Hakim.

Ia pun meminta Fauzi untuk merelakan jabatan gubernur DKI Jakarta kepada calon lain yang dinilai lebih mampu. “Dia harus memberi kesem­patan yang lain untuk berkon­tribusi dan mem­perbaiki Jakarta.”

Lutfi mengaku ormas sudah di­dekati partai. “Pendekatan sudah banyak dilakukan oleh partai lain, tapi sejauh ini kami belum ada keputusan mendukung siapa dan masih harus didisku­sikan dengan teman-teman.”

FBR, kata dia, mengutamakan calon yang memiliki latar bela­kang Betawi. “Berasal dari Be­tawi memang menjadi pe­rtim­ba­ngan kami. Sipil atau nggak sipil bukan masalah. Yang penting, mampu untuk memikirkan ke­sejahteraan rakyat dan mampu menyelesaikan masalah Jakarta, seperti kemacetan dan banjir,” kata Lutfi.

Bikin Karikatur, Bersanding dengan Benyamin Sueb

Sejak beberapa bulan ter­akhir para balon gubernur gencar memperkenalkan diri kepada warga Jakarta. Mereka menyebar spanduk, baliho, poster hingga jadwal im­sa­kiyah dan berbuka di sejumlah wilayah-wilayah ibukota.

Fauzi Bowo pun tak k­e­ting­galan. Bila calon lain terkesan terang-terangan dengan foto yang terpampang jelas, poster Fauzi hanya menampilkan gambar karikaturnya. Di salah satu posternya, gambar kari­katur itu disandingkan dengan foto seniman legendaris Be­tawi, Benyamin Sueb.

Gambar Fauzi juga banyak terpampang di kantor instansi dan pelayanan umum. Indo­ne­sian Bureaucracy and Service Watch (IBSW) atau Pemantau Birokrasi dan Pelayanan Pub­lik Indonesia menemukan hampir di setiap unit-unit pe­layanan publik dari kantor lu­rah, camat, walikota, dan ter­utama Pusat Kesehatan M­a­syarakat terdapat gambar Fauzi.

“Di mana ada Puskesmas, maka tidak jauh dari Lokasi Pus­kesmas terpampang spanduk atau reklame bergambar Fauzi Bowo, dengan mengatasnamakan forum atau lembaga di luar institusi Pemprov,” kata Chairman of IBSW, Nova Andika.

Nova Andika juga menyoroti, spanduk-spanduk itu dipasang di tempat-tempat yang tidak di­perbolehkan. Menurut dia, se­ba­gian spanduk berisi pesan dengan berlambang gambar Pemprov DKI Jakarta, namun tetap saja bisa dituding diwarnai kepen­tingan pribadi Fauzi untuk maju dari cagub tahun depan.

IBSW mendesak Pemprop DKI menegakkan aturan tanpa pan­dang bulu. Semua spanduk dan rek­lame yang melanggar ke­ten­tuan harus dicopot, meskipun itu bergambar sang gubernur. [rm]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA