Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Nama Nggak Keluar, Duit Rp 2,5 Juta Hangus

Arab Saudi Stop Kasih Visa Untuk TKI

Minggu, 03 Juli 2011, 05:09 WIB
Nama Nggak Keluar, Duit Rp 2,5 Juta Hangus
ilustrasi, tki
RMOL.Raut muka Nia (35) tampak gelisah. Kaki kanannya  terus digoyang-goyangkan untuk mengusir rasa pegal. Ia sudah cukup lama berdiri di depan Kedutaan Besar Arab Saudi, Jumat siang (1/7).

“Saya sedang menunggu pe­ngumuman visa yang sudah sele­sai diproses,” kata perempuan yang mengenakan kerudung hitam itu. Nia adalah salah satu tenaga kerja wanita (TKW). Ia memerlukan visa untuk bisa bekerja di Arab Saudi.

Menjelang sore, seorang staf Kedutaan menempelkan kertas putih di pagar. Isinya nama-nama pemohon visa yang telah dika­bul­kan. Nia mendekati kertas pe­ngu­muman. Perempuan berkulit pu­tih itu membaca nama-nama yang tertera di pengumuman dengan seksama.

“Moga-moga saja nama saya ada. Soalnya tulisannya kecil-ke­cil dan banyak sekali. Lihatnya harus pelan-pelan,” katanya Nia. Namanya tak tercantum. Ia terlihat kecewa.

Mulai 2 Juli 2011, pemerintah Arab Saudi menghentikan pem­be­rian visa kepada warga negara Indonesia yang akan bekerja di negara petro dollar itu.

“Kalau nggak selesai hari ini, ya saya pasrah saja. Apa boleh buat, kembali ke kampung jadi petani,” kata Nia.

Tak putus asa, Nia mengantre untuk bisa masuk ke Kedutaan. Ia berniat menemui petugas untuk me­nanyakan permohonan visanya.

Menurut dia, majikannya di Ri­yadh sudah beberapa kali me­ne­lepon memintanya kembali ke Arab Saudi. Namun dia tak bisa pergi, karena visanya habis dua bulan lalu. Ia perlu visa baru un­tuk bisa berangkat.

Untuk mengurus visa baru ini, Nia mengaku telah mengeluarkan uang sampai Rp 2,5 juta. “Kalau nggak selesai sebelum 2 ,ber­arti uang saya hangus,” katanya. Nia menuturkan, telah be­kerja di Arab Saudi sejak 2005. Di sana, dia bekerja sebagai penjahit.

“Saya di sana digaji Rp 5 juta se­tiap bulannya. Lumayan bisa mem­bantu perekonomian ke­luarga,” katanya. Lantaran digaji besar, Nia rela meninggalkan ke­luarganya di Cianjur untuk me­ngais rezeki di negeri jazirah itu.

Ia menuturkan, suaminya be­kerja sebagai petani. Peng­ha­si­lannya tak menentu setiap bulan. Kini, anaknya sudah menginjak sekolah dasar. “Kalau nggak ke luar negeri, anak saya nggak bisa sekolah,” kata Nia.

Nia tak khawatir dengan an­ca­man yang mengincar para TKW asal Indonesia selama bekerja di Arab Saudi. Sejauh ini, ma­ji­kannya memperlakukan Nia dengan baik.

“Semoga majikan saya bisa baik terus dan tidak berbuat kasar, sehingga saya bisa terus bekerja di sana,” katanya.

Kedutaan Besar Arab Saudi ter­letak di Jalan MT Haryono Kav­ling 27, Cawang, Jakarta Ti­mur. Gedung kedutaan berlantai empat. Memasuki kompleks ke­dutaan terlihat pelataran yang luas. Pintu masuk kompleks ke­du­­taan terletak di bagian tengah. Ken­daraan milik kedutaan mau­pun tamu keluar masuk dari pintu ini.

Pintunya terbuat dari besi war­na abu-abu setinggi dua meter. Di bagian atasnya sengaja dirun­cing­kan. Mungkin untuk men­ce­gah orang memanjat. Kamera CCTV dipasang untuk memantau orang yang keluar-masuk kom­pleks kedutaan.

Setiap kendaraan tamu yang masuk diperiksa dengan metal detector. Bila dianggap tak mem­bawa barang-barang yang mem­bahayakan, kendaraan diper­bo­lehkan masuk.

Persis di samping kanan ger­bang dibangun pos jaga ber­uku­ran2x2 meter. Beberapa petugas siaga di pos ini.

Di samping kiri gerbang dise­diakan pintu kecil. Pintu itu ha­nya muat dilewati satu orang. Pin­tu itu ditutup. Dua petugas ke­­amanan berjaga di pintu ini. Se­tiap orang yang hendak masuk ke kompleks kedutaan lewat pintu harus melapor ke petugas jaga. Bila diizinkan barulah bo­leh masuk.

Pengurusan visa untuk tenaga kerja Indonesia (TKI) yang hen­dak bekerja di Arab Saudi lewat pintu ini. Di depan pintu dipasang pagar sepanjang enam meter. Di pagar ini orang-orang antre ma­suk ke dalam kompleks ke­du­taaan. Pagar ini sekaligus me­mi­sahkan pengunjung dengan staf kedutaan.

Tak ada satupun pejabat kedu­ta­an yang bisa dikonfirmasi me­ngenai penghentian pemberian visa untuk TKI. Aminullah Na­su­tion, petugas keamanan Ke­du­taan Besar Arab Saudi me­nga­takan, mulai 2 Juli 2011 Kedutaan tak menerbitkan visa baru untuk TKI. “Hari ini (Jumat, 1/7) hari terakhir pengurusan visa untuk TKI,” katanya.

Bagaimana dengan TKI seperti Nia yang hendak memperpanjang visa? “Saya belum mendapat in­formasi mengenai itu dari orang kedutaan,” katanya

Namun, pria yang mengenakan pakaian safari warna hitam ini tidak mengetahui secara pasti me­ngenai perpanjangan visa untuk TKI, apakah ikut ditutup juga atau tidak.

“Saya belum menda­pat­kan informasi tentang itu dari orang kedutaan,” katanya.

Kedutaan Besar Arab Saudi tetap melayani pembuatan visa untuk keperluan umroh maupun haji. Pelayanan dibuka Senin sam­pai Jumat dari pukul 8 pagi sampai 3 sore.

60 Ribu Visa Dikebut Sehari

Duta Besar Arab Saudi untuk In­donesia, Abdul Rahman Al-Khay­yat mengatakan saat ini per­mo­honan visa untuk TKI yang dite­rima pihaknya mencapai 60 ribu.

“Kedubes akan memproses se­bisanya pada hari ini, sebab mulai besok, Sabtu, 2 Juli 2011, tidak akan ada lagi visa baru yang dike­luarkan,” katanya, Jumat (1/7).

Menurutnya, keputusan meng­hen­tikan pemberian visa akan dimulai Agustus mendatang. Se­belum itu, visa masih dapat digunakan. Namun tak ada visa baru yang dikeluarkan mulai 2 Juli 2011

“Saat ini Kedubes mencoba melengkapi formalitas untuk semua visa yang telah diterima,” kata dia.

Khayyat belum memperoleh penjelasan mengenai langkah Indonesia menghentikan semen­tara (moratorium) pengiriman TKI ke negaranya.  

“Apakah me­reka akan meng­hentikan paspor, atau meng­hen­tikan orang-orang menuju ban­dara?” katanya.

MoU Soal TKI Terancam Batal

Pemerintah Arab Saudi memutuskan menghentikan pem­berian visa untuk TKI mulai 2 Juli 2011. Meski begitu, menurut Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muhaimin Iskandar, pembahasan perlin­du­ngan TKI dengan Pemer­in­tah Arab Saudi tak berhenti.

“Perundingan saya selaku Me­­nakertrans dan Menteri Per­buruhan Arab Saudi beberapa waktu yang lalu menyepakati antara lain adanya pembenahan sistem di masing-masing nega­ra,” kata Muhaimin.

Menurutnya, banyaknya TKI illegal membebani Pemerintah Arab Saudi. Sehingga perlu ke­bijakan yang serius dari kedua belah pihak untuk mena­nga­ni­nya. Salah satunya dengan me­ngurangi TKI sektor domestik atau melakukan moratorium.

Muhaimin mengatakan, pi­hak­nya telah menandatangani sta­tement of intent (SoI) pada akhir Mei 2011 dengan Ke­men­terian Perburuhan Arab Saudi. SoI ini merupakan jalan untuk mempermulus penan­da­ta­nga­nan MoU antar kedua negara.

“Arab Saudi sangat antusias dan pembicaraannya kons­truk­tif, TKI akan terlindungi. Lang­kah Pemerintah Arab Saudi ini bagian dari pembenahan sistem mereka, sama seperti yang kita lakukan saat ini,” katanya.

Namun, menurut Juru Bicara De­partemen Tenaga Kerja Arab Saudi, Hattab Bin Saleh Al-Anzi, dengan keluarnya kepu­tusan menghentikan pemberian visa bagi TKI, tak ada lagi pem­bicaraan apapun menyangkut nota kesepahaman.

 Menurut Al Anzi, pihaknya te­lah menjalin bekerja sama de­ngan negara-negara lain untuk me­menuhi kebutuhan tenaga kerja di Arab Saudi jika Indo­nesia menghentikan pengirim TKI.

Pemberian visa bagi TKI, kata dia, distop setelah bebe­ra­pa ne­gara pengekspor tenaga ker­ja me­nyatakan minat yang tinggi untuk mengirim pem­ban­tu ru­mah tangga ke Arab Saudi.

Arab Al-Indonesia Penuhi Mekkah

Duta Besar Indonesia untuk Arab Saudi, Gatot Abdullah Mansyur mengatakan, tenaga kerja Indonesia di Arab Saudi tidak tergantikan oleh pekerja dari negara lain. Sebab Indo­ne­sia memiliki akar budaya yang sama, dan kedekatan emosional dengan orang Arab.

Kata dia, pasar tenaga kerja asal Indonesia di Saudi masih sangat kuat, kendati hubungan kedua negara tengah tegang akibat pemancungan TKW In­do­nesia, Ruyati bin Satubi.

 â€œMasyarakat Saudi butuh In­­donesia, masyarakat sana se­nang dengan warga kita. Itu­lah se­babnya tenaga mig­ran dari In­do­nesia sangat di­mi­nati,” katanya.

Menurut Gatot, salah satu ala­san pekerja Indonesia lebih di­pilih dibandingkan pekerja ne­gara lain karena beragama Is­lam. Sehingga lebih mudah ber­adaptasi dibandingkan pe­kerja asal India yang beragama Hindu.

“Secara kultural kita sama. Inilah yang menyebabkan ter­ciptanya kedekatan emosional antara Arab Saudi dan Indo­nesia,” katanya.

Salah satu bukti persamaan akar budaya antara Indonesia dan Saudi, lanjut dia, banyak orang Arab kelahiran Indonesia yang bermukim di Mekkah. Sekitar 50 persen warga Mekkah adalah orang Arab kelahiran Indonesia.

“Itulah mengapa banyak orang Arab di Mekkah me­mi­liki nama belakang al-Palem­bang, al-Madura, al- Su­me­dang, al-Indragiri, al-Sedayu, sesuai tempat kelahiran mere­ka,” ujarnya.

Satu lagi alasan,  pekerja In­donesia paling pintar menjaga pe­nampilan. Mereka bersih-ber­sih. Kata Gatot, ini juga ke­ung­gulan pekerja Indonesia di­ban­dingkan negara lain. “Pe­kerja Indonesia rajin-rajin, me­reka juga penurut,” ujarnya. [rm]


Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA