“Saya sedang menunggu peÂngumuman visa yang sudah seleÂsai diproses,†kata perempuan yang mengenakan kerudung hitam itu. Nia adalah salah satu tenaga kerja wanita (TKW). Ia memerlukan visa untuk bisa bekerja di Arab Saudi.
Menjelang sore, seorang staf Kedutaan menempelkan kertas putih di pagar. Isinya nama-nama pemohon visa yang telah dikaÂbulÂkan. Nia mendekati kertas peÂnguÂmuman. Perempuan berkulit puÂtih itu membaca nama-nama yang tertera di pengumuman dengan seksama.
“Moga-moga saja nama saya ada. Soalnya tulisannya kecil-keÂcil dan banyak sekali. Lihatnya harus pelan-pelan,†katanya Nia. Namanya tak tercantum. Ia terlihat kecewa.
Mulai 2 Juli 2011, pemerintah Arab Saudi menghentikan pemÂbeÂrian visa kepada warga negara Indonesia yang akan bekerja di negara petro dollar itu.
“Kalau nggak selesai hari ini, ya saya pasrah saja. Apa boleh buat, kembali ke kampung jadi petani,†kata Nia.
Tak putus asa, Nia mengantre untuk bisa masuk ke Kedutaan. Ia berniat menemui petugas untuk meÂnanyakan permohonan visanya.
Menurut dia, majikannya di RiÂyadh sudah beberapa kali meÂneÂlepon memintanya kembali ke Arab Saudi. Namun dia tak bisa pergi, karena visanya habis dua bulan lalu. Ia perlu visa baru unÂtuk bisa berangkat.
Untuk mengurus visa baru ini, Nia mengaku telah mengeluarkan uang sampai Rp 2,5 juta. “Kalau nggak selesai sebelum 2 ,berÂarti uang saya hangus,†katanya. Nia menuturkan, telah beÂkerja di Arab Saudi sejak 2005. Di sana, dia bekerja sebagai penjahit.
“Saya di sana digaji Rp 5 juta seÂtiap bulannya. Lumayan bisa memÂbantu perekonomian keÂluarga,†katanya. Lantaran digaji besar, Nia rela meninggalkan keÂluarganya di Cianjur untuk meÂngais rezeki di negeri jazirah itu.
Ia menuturkan, suaminya beÂkerja sebagai petani. PengÂhaÂsiÂlannya tak menentu setiap bulan. Kini, anaknya sudah menginjak sekolah dasar. “Kalau nggak ke luar negeri, anak saya nggak bisa sekolah,†kata Nia.
Nia tak khawatir dengan anÂcaÂman yang mengincar para TKW asal Indonesia selama bekerja di Arab Saudi. Sejauh ini, maÂjiÂkannya memperlakukan Nia dengan baik.
“Semoga majikan saya bisa baik terus dan tidak berbuat kasar, sehingga saya bisa terus bekerja di sana,†katanya.
Kedutaan Besar Arab Saudi terÂletak di Jalan MT Haryono KavÂling 27, Cawang, Jakarta TiÂmur. Gedung kedutaan berlantai empat. Memasuki kompleks keÂdutaan terlihat pelataran yang luas. Pintu masuk kompleks keÂduÂÂtaan terletak di bagian tengah. KenÂdaraan milik kedutaan mauÂpun tamu keluar masuk dari pintu ini.
Pintunya terbuat dari besi warÂna abu-abu setinggi dua meter. Di bagian atasnya sengaja dirunÂcingÂkan. Mungkin untuk menÂceÂgah orang memanjat. Kamera CCTV dipasang untuk memantau orang yang keluar-masuk komÂpleks kedutaan.
Setiap kendaraan tamu yang masuk diperiksa dengan metal detector. Bila dianggap tak memÂbawa barang-barang yang memÂbahayakan, kendaraan diperÂboÂlehkan masuk.
Persis di samping kanan gerÂbang dibangun pos jaga berÂukuÂran2x2 meter. Beberapa petugas siaga di pos ini.
Di samping kiri gerbang diseÂdiakan pintu kecil. Pintu itu haÂnya muat dilewati satu orang. PinÂtu itu ditutup. Dua petugas keÂÂamanan berjaga di pintu ini. SeÂtiap orang yang hendak masuk ke kompleks kedutaan lewat pintu harus melapor ke petugas jaga. Bila diizinkan barulah boÂleh masuk.
Pengurusan visa untuk tenaga kerja Indonesia (TKI) yang henÂdak bekerja di Arab Saudi lewat pintu ini. Di depan pintu dipasang pagar sepanjang enam meter. Di pagar ini orang-orang antre maÂsuk ke dalam kompleks keÂduÂtaaan. Pagar ini sekaligus meÂmiÂsahkan pengunjung dengan staf kedutaan.
Tak ada satupun pejabat keduÂtaÂan yang bisa dikonfirmasi meÂngenai penghentian pemberian visa untuk TKI. Aminullah NaÂsuÂtion, petugas keamanan KeÂduÂtaan Besar Arab Saudi meÂngaÂtakan, mulai 2 Juli 2011 Kedutaan tak menerbitkan visa baru untuk TKI. “Hari ini (Jumat, 1/7) hari terakhir pengurusan visa untuk TKI,†katanya.
Bagaimana dengan TKI seperti Nia yang hendak memperpanjang visa? “Saya belum mendapat inÂformasi mengenai itu dari orang kedutaan,†katanya
Namun, pria yang mengenakan pakaian safari warna hitam ini tidak mengetahui secara pasti meÂngenai perpanjangan visa untuk TKI, apakah ikut ditutup juga atau tidak.
“Saya belum mendaÂpatÂkan informasi tentang itu dari orang kedutaan,†katanya.
Kedutaan Besar Arab Saudi tetap melayani pembuatan visa untuk keperluan umroh maupun haji. Pelayanan dibuka Senin samÂpai Jumat dari pukul 8 pagi sampai 3 sore.
60 Ribu Visa Dikebut Sehari
Duta Besar Arab Saudi untuk InÂdonesia, Abdul Rahman Al-KhayÂyat mengatakan saat ini perÂmoÂhonan visa untuk TKI yang diteÂrima pihaknya mencapai 60 ribu.
“Kedubes akan memproses seÂbisanya pada hari ini, sebab mulai besok, Sabtu, 2 Juli 2011, tidak akan ada lagi visa baru yang dikeÂluarkan,†katanya, Jumat (1/7).
Menurutnya, keputusan mengÂhenÂtikan pemberian visa akan dimulai Agustus mendatang. SeÂbelum itu, visa masih dapat digunakan. Namun tak ada visa baru yang dikeluarkan mulai 2 Juli 2011
“Saat ini Kedubes mencoba melengkapi formalitas untuk semua visa yang telah diterima,†kata dia.
Khayyat belum memperoleh penjelasan mengenai langkah Indonesia menghentikan semenÂtara (moratorium) pengiriman TKI ke negaranya.
“Apakah meÂreka akan mengÂhentikan paspor, atau mengÂhenÂtikan orang-orang menuju banÂdara?†katanya.
MoU Soal TKI Terancam Batal
Pemerintah Arab Saudi memutuskan menghentikan pemÂberian visa untuk TKI mulai 2 Juli 2011. Meski begitu, menurut Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muhaimin Iskandar, pembahasan perlinÂduÂngan TKI dengan PemerÂinÂtah Arab Saudi tak berhenti.
“Perundingan saya selaku MeÂÂnakertrans dan Menteri PerÂburuhan Arab Saudi beberapa waktu yang lalu menyepakati antara lain adanya pembenahan sistem di masing-masing negaÂra,†kata Muhaimin.
Menurutnya, banyaknya TKI illegal membebani Pemerintah Arab Saudi. Sehingga perlu keÂbijakan yang serius dari kedua belah pihak untuk menaÂngaÂniÂnya. Salah satunya dengan meÂngurangi TKI sektor domestik atau melakukan moratorium.
Muhaimin mengatakan, piÂhakÂnya telah menandatangani staÂtement of intent (SoI) pada akhir Mei 2011 dengan KeÂmenÂterian Perburuhan Arab Saudi. SoI ini merupakan jalan untuk mempermulus penanÂdaÂtaÂngaÂnan MoU antar kedua negara.
“Arab Saudi sangat antusias dan pembicaraannya konsÂtrukÂtif, TKI akan terlindungi. LangÂkah Pemerintah Arab Saudi ini bagian dari pembenahan sistem mereka, sama seperti yang kita lakukan saat ini,†katanya.
Namun, menurut Juru Bicara DeÂpartemen Tenaga Kerja Arab Saudi, Hattab Bin Saleh Al-Anzi, dengan keluarnya kepuÂtusan menghentikan pemberian visa bagi TKI, tak ada lagi pemÂbicaraan apapun menyangkut nota kesepahaman.
Menurut Al Anzi, pihaknya teÂlah menjalin bekerja sama deÂngan negara-negara lain untuk meÂmenuhi kebutuhan tenaga kerja di Arab Saudi jika IndoÂnesia menghentikan pengirim TKI.
Pemberian visa bagi TKI, kata dia, distop setelah bebeÂraÂpa neÂgara pengekspor tenaga kerÂja meÂnyatakan minat yang tinggi untuk mengirim pemÂbanÂtu ruÂmah tangga ke Arab Saudi.
Arab Al-Indonesia Penuhi Mekkah
Duta Besar Indonesia untuk Arab Saudi, Gatot Abdullah Mansyur mengatakan, tenaga kerja Indonesia di Arab Saudi tidak tergantikan oleh pekerja dari negara lain. Sebab IndoÂneÂsia memiliki akar budaya yang sama, dan kedekatan emosional dengan orang Arab.
Kata dia, pasar tenaga kerja asal Indonesia di Saudi masih sangat kuat, kendati hubungan kedua negara tengah tegang akibat pemancungan TKW InÂdoÂnesia, Ruyati bin Satubi.
“Masyarakat Saudi butuh InÂÂdonesia, masyarakat sana seÂnang dengan warga kita. ItuÂlah seÂbabnya tenaga migÂran dari InÂdoÂnesia sangat diÂmiÂnati,†katanya.
Menurut Gatot, salah satu alaÂsan pekerja Indonesia lebih diÂpilih dibandingkan pekerja neÂgara lain karena beragama IsÂlam. Sehingga lebih mudah berÂadaptasi dibandingkan peÂkerja asal India yang beragama Hindu.
“Secara kultural kita sama. Inilah yang menyebabkan terÂciptanya kedekatan emosional antara Arab Saudi dan IndoÂnesia,†katanya.
Salah satu bukti persamaan akar budaya antara Indonesia dan Saudi, lanjut dia, banyak orang Arab kelahiran Indonesia yang bermukim di Mekkah. Sekitar 50 persen warga Mekkah adalah orang Arab kelahiran Indonesia.
“Itulah mengapa banyak orang Arab di Mekkah meÂmiÂliki nama belakang al-PalemÂbang, al-Madura, al- SuÂmeÂdang, al-Indragiri, al-Sedayu, sesuai tempat kelahiran mereÂka,†ujarnya.
Satu lagi alasan, pekerja InÂdonesia paling pintar menjaga peÂnampilan. Mereka bersih-berÂsih. Kata Gatot, ini juga keÂungÂgulan pekerja Indonesia diÂbanÂdingkan negara lain. “PeÂkerja Indonesia rajin-rajin, meÂreka juga penurut,†ujarnya. [rm]
BERIKUTNYA >
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.