Memasuki gerbang kantor perusahaan ini, beberapa orang pria bertampang sangar terlihat berjaga-jaga di sisi kanan di bawah pohon.
Seorang pria berambut gondÂrong menghampiri dan menaÂnyaÂkan maksud memasuki tempat ini. Setelah menjelaskan ingin menemui pengelola perusahaan ini, dia meminta mengikutinya.
Berjarak sekitar 20 meter dari gerbang, terlihat gedung meÂmanÂjang di bagian tengah. Beberapa mobil dan sepeda motor parkir di depannya. Pria yang bekerja seÂbagai
security itu lalu masuk ke dalam gedung tersebut.
Rakyat Merdeka kemudian diÂperÂteÂmuÂkan dengan seorang pria bernama Irwandi. Ia adalah diÂrektur opeÂrasional di perusahaan ini.
Irwandi kemudian mengajak masuk ke dalam gedung tersebut. Di dalam gedung ini jugalah
Rakyat Merdeka melihat seorang pria dan wanita berbincang-binÂcang menggunakan bahasa Arab. Perempuan itu adalah salah satu tenaga kerja yang akan dikirim ke negara petro dollar itu.
Jika diperhatikan, suasana di peÂkarangan kantor PT Baham Putra Abadi terlihat ramai. PuluÂhan wanita yang kebanyakan berÂkerudung terlihat berseliweran. Dari tampangnya bisa diketahui ada yang masih belia. Tapi, ada juga yang sudah setengah baya.
Beberapa orang wanita itu terÂliÂhat menghabiskan waktu nongÂkrong di sekitar kantin. Sebagaian lainnya, berbincang-bincang di bagian depan kantor.
Irwandi meÂngajak
Rakyat MerÂdeka meliÂhat-lihat BaÂlai Latihan Kerja (BLK) milik PT Baham Putra Abadi. Posisinya persis di sebelah kanan gedung utaÂma. Di tempat inilah calon TKI diberi untuk menÂjadi pemÂbantu rumah tangga.
BLK ini memiliki lima ruangan berÂukuran 3x3 meter. Dua ruaÂngan untuk kelas lengkap kursi dan papan tulis. Satu ruangan untuk tempat tidur. Terlihat ada dua kasur
springbed. Ini adalah ruangan praktik. MeÂnurut IrwanÂdi, para calon TKI diajarkan baÂgaiÂmana cara meÂrapikan kamar dan tempart tidur yang benar.
Ruangan lainnya berisi bebeÂrapa buah tempat tidur balita. Ruangan ini ditata sedemikian rupa mirip kamar tidur anak-anak. Di tempat ini jugalah calon TKI dilatih bagaimana caranya merawat bayi dan kamarnya.
Ruangan terakhir diset seperti dapur lengkap dengan alat masak dan kompor gas modern serta dua meja makan dengan satu set peralatan makan. Di ruangan inilah para calon TKI dilatih cara menggunakan kompor gas, menata piring dan gelas di atas meja juga cara menggunakan mesin cuci dan setrika.
Puluhan wanita yang baru saja selesai latihan beristirahat di bagian depan kelima ruangan ini. Mereka duduk selonjor di lantai yang sudah dipel bersih.
Rakyat Merdeka juga berÂkeÂsemÂpatan melihat asrama tempat para calon TKI menginap selama pelatihan. Posisi gedung kebeÂtulan berada di sebelah kiri gedung utama.
Memasuki tempat ini puluhan wanita terlihat duduk-duduk sanÂtai di teras ruang tidur. Dari pintu yang terbuka, terlihat deretan temÂpat tidur kayu bertingkat di ruaÂngan mirip aula. Di sebelahnya diÂÂletakkan sebuah lemari berÂukuÂran kecil tempat menyimpan pakaian.
Masih di sekitar ruang tidur terdapat dapur umum. Di tempat ini beberapa wanita terlihat meÂnyiapkan makanan. Setiap calon TKI di tempat ini sudah tahu perannya masing-masing. Ada yang meÂmasak, membersihkan kamar, maupun meyapu pekaraÂngan tempat penampungan ini.
Fasilitas yang disediakan bisa dikatakan tidak mewah. Namun, bersih dan terawat baik. Menurut Irwandi, calon TKI diperlakukan cukup manusiawi di tempat ini. Mereka juga diberikan kebebasan berkeliaran selama masih berada di sekitar asrama. Tak sedikit pun terlihat pengekangan.
Sri Hartati, calon TKI asal Bima, Nusa Tenggara Barat yang ditemui di tempat penampungan ini berharap bisa diÂbeÂrangÂkatkan ke Arab sebelum tanggal 1 Agustus, atau sebelum moraÂtoÂrium diberlakukan. “Kasian keÂluarga di kampung kalau kita nggak jadi berangkat. Saya kan berangkat mau mencari nafkah. Kalau nggak jadi saya mau maÂkan apa di sini?†tuturnya.
Sri menuturkan sejak lama bertekad berangkat ke Arab Saudi untuk memperbaiki perekonomiÂan keluarganya.
Apa tidak takut mengalami kekerasan di Arab? “Kalau kita memahami budayanya, pasti kita selamat. Pokoknya jangan ngeÂyellah kalau kita di negeri orang. Selanjutnya saya serahkan keÂpada Allah bagaimana nasib saya selanjutnya,†kata Sri.
Ia mengaku memiliki pengaÂlaman bekerja di luar negeri. Ia pernah menjadi pembantu rumah tangga di Yordania selama dua tahun tujuh bulan.
“Saya sempat mau diperkosa majikan, tapi saya kabur lewat jendela. Saya meminta ke perwaÂkilan perusahaan di sana, akhirÂnya saya dikasih majikan baru. Alhamdulilah saya diperlakukan dengan baik,†ujarnya.
Nurdihayati, calon TKI juga asal NTB juga sudah bertekad bulat untuk bekerja di Arab. Ia mengaku menjadi tulang pungÂgung keluarÂga. “Kalau saya nggak jadi berÂangkat, nanti keluarga saya di Sumbawa mau makan apa? PeÂmeÂrintah memang mau memÂberikan pekerjaan kepada kita? Saya sangat berharap bisa tetap berangkat Saudi,†tandasnya.
Ini bukan yang pertama kalinya wanita yang belum berumah tangga ini berangkat ke Arab SauÂdi. Sebelumnya, Nurdihayati perÂnah bekerja selama lima tahun di sana. “Majikan saya dulu baik, kaÂrena kesopanan sayalah mereÂka sopan sama saya. Saya tidak pernah diperlakukan kasar,†ujarnya.
PPTKIS: Investasinya Besar, Tak Berani Main ApiDirektur Operasional PT Baham Putra Abadi, Irwandi mendukung kebijakan pemeÂrintah melakukan moraÂtorium terhadap pengiriman TKI ke Arab Saudi. Apalagi, jika keÂbijakan itu bertujuan untuk memperbaiki perlindungan terhadap TKI.
Namun, Irwandi berharap, moratorium ini tidak berÂlangÂsung lama. Sebab, bisa menÂyeÂbabkan pengangguran berÂtamÂbah. Calon TKI tak bisa beÂrangÂkat. Karyawan PPTKIS juga terancam jadi peÂngangÂguran bila perusÂaÂhaanÂnya bangÂkrut. “Apalagi kalau peruÂsaÂhaan hanya menyalurÂkan ke Arab Saudi,†katanya.
Irwandi mendengar keÂpuÂtuÂsan pemerintah untuk moÂraÂtoÂrium pengiriman TKI ke Arab Saudi itu dari media massa. MeÂÂnurutnya, tanpa ada surat resÂmi pun dari Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) atau Dirjen PemÂbinaan dan Penempatan Tenaga Kerja (Binapenta) KementeÂrian Tenaga Kerja dan TransÂmigrasi, perusahaannya akan mematuhi kebijakan tersebut.
MeÂngeÂnai tuÂdingan bahwa PPTKIS kerap lepas tangan bila TKI mÂeÂngalami masalah di luar negeri, Irwandi mengataÂkan, tidak semua PJTKI seperti itu.
Menurut Irwandi, PPTKIS resmi tidak akan berani memÂberangkatkan TKI bermasalah ke luar negeri. Sebab, mereka sama saja bermain api.
Ia menjelaskan investasi yang ditanam untuk menÂjaÂlanÂkan jasa pengerah tenaga kerja ke luar negeri tak sedikit. “Investasi kita Rp 15 juta untuk satu TKI, coba dikalikan 100. Saya rasa PJTKI resmi nggak akan berani macam-macam. Mungkin satu atau dua berani yang main, tapi nggak bisa digeneralisasi. Jujur kita takut melanggar aturan,†ucapnya.
Biaya Rp 15 juta itu dikeluarÂÂkan untuk mendatangÂkan calon TKI dari daerah, biÂaya hidup penampungan, pelaÂtiÂhan, peÂnguÂÂrusÂan dokuÂmen hingga pemÂÂÂbeÂrangÂÂkatan ke neÂÂÂÂÂgaÂra tuÂjuan. Selain itu, pria yang menÂjabat Ketua Umum PaguÂyuban PeÂngurus PJTKI (PAPKI) ini meÂngungkapkan, ketika menÂdafÂtar untuk memperoleh izin PJTKI dimintai uang jaminan lumayan besar.
“Kita jaminkan Rp 500 juta ke Kemenakertrans. Total , total investasi kita miliaran. Kalau macam-macam bisa dicabut SIUP-nya. Diskorsing aja kita sudah ketakutan. Itu momok yang menakutkan bagi perusaÂhaÂan yang melanggar undang-undang,†ujarnya.
[rm]