Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

TKW Berharap Dikirim Sebelum 1 Agustus

Pemerintah Moratorium Pengiriman TKI ke Arab Saudi

Jumat, 24 Juni 2011, 06:47 WIB
TKW Berharap Dikirim Sebelum 1 Agustus
RMOL. Sempitnya lapangan kerja di Tanah Air membuat para calon TKI mengais rezeki di luar negeri. Mereka tak khawatir bakal mengalami kekerasan atau bernasib seperti Ruyati yang dihukum mati di Arab Saudi.
 
Memasuki gerbang kantor perusahaan ini, beberapa orang pria bertampang sangar terlihat berjaga-jaga di sisi kanan di bawah pohon.

Seorang pria berambut gond­rong menghampiri dan mena­nya­kan maksud memasuki tempat ini. Setelah menjelaskan ingin menemui pengelola perusahaan ini, dia meminta mengikutinya.

Berjarak sekitar 20 meter dari gerbang, terlihat gedung me­man­jang di bagian tengah.  Beberapa mobil dan sepeda motor parkir di depannya. Pria yang bekerja se­bagai security itu lalu masuk ke dalam gedung tersebut.  Rakyat Merdeka kemudian di­per­te­mu­kan dengan seorang pria bernama Irwandi. Ia adalah di­rektur ope­rasional di perusahaan ini.

Irwandi kemudian mengajak masuk ke dalam gedung tersebut. Di dalam gedung ini jugalah Rakyat Merdeka melihat seorang pria dan wanita berbincang-bin­cang menggunakan bahasa Arab. Perempuan itu adalah salah satu tenaga kerja yang akan dikirim ke negara petro dollar itu.

Jika diperhatikan, suasana di pe­karangan kantor PT Baham Putra Abadi terlihat ramai. Pulu­han wanita yang kebanyakan ber­kerudung terlihat berseliweran. Dari tampangnya bisa diketahui ada yang masih belia. Tapi, ada juga yang sudah setengah baya.

Beberapa orang wanita itu ter­li­hat menghabiskan waktu nong­krong di sekitar kantin. Sebagaian lainnya, berbincang-bincang di bagian depan kantor.  

Irwandi me­ngajak Rakyat Mer­deka meli­hat-lihat Ba­lai Latihan Kerja (BLK) milik PT Baham Putra Abadi. Posisinya persis di sebelah kanan gedung uta­ma. Di tempat inilah calon TKI diberi untuk men­jadi pem­bantu rumah tangga.

BLK ini memiliki lima ruangan ber­ukuran 3x3 meter. Dua rua­ngan untuk kelas lengkap kursi dan papan tulis. Satu ruangan untuk tempat tidur. Terlihat ada dua kasur springbed.  Ini adalah ruangan praktik. Me­nurut Irwan­di, para calon TKI diajarkan ba­gai­mana cara me­rapikan kamar dan tempart tidur yang benar.

Ruangan lainnya berisi bebe­rapa buah tempat tidur balita. Ruangan ini ditata sedemikian rupa mirip kamar tidur anak-anak. Di tempat ini jugalah calon TKI dilatih bagaimana caranya merawat bayi dan kamarnya.

Ruangan terakhir diset seperti dapur lengkap dengan alat masak dan kompor gas modern serta dua meja makan dengan satu set peralatan makan. Di ruangan inilah para calon TKI dilatih cara menggunakan kompor gas, menata piring dan gelas di atas meja juga cara menggunakan mesin cuci dan setrika.

Puluhan wanita yang baru saja selesai latihan beristirahat di bagian depan kelima ruangan ini. Mereka duduk selonjor di lantai yang sudah dipel bersih. Rakyat Merdeka juga ber­ke­sem­patan melihat asrama tempat para calon TKI menginap selama pelatihan. Posisi gedung kebe­tulan berada di sebelah kiri gedung utama.

Memasuki tempat ini puluhan wanita terlihat duduk-duduk san­tai di teras ruang tidur. Dari pintu yang terbuka, terlihat deretan tem­pat tidur kayu bertingkat di rua­ngan mirip aula.  Di sebelahnya di­­letakkan sebuah lemari ber­uku­ran kecil tempat menyimpan pakaian.

Masih di sekitar ruang tidur terdapat dapur umum. Di tempat ini beberapa wanita terlihat me­nyiapkan makanan. Setiap calon TKI di tempat ini sudah tahu perannya masing-masing. Ada yang me­masak, membersihkan kamar, maupun meyapu pekara­ngan tempat penampungan ini.

Fasilitas yang disediakan bisa dikatakan tidak mewah. Namun, bersih dan terawat baik. Menurut Irwandi, calon TKI diperlakukan cukup manusiawi di tempat ini.  Mereka juga diberikan kebebasan berkeliaran selama masih berada di sekitar asrama. Tak sedikit pun terlihat pengekangan.

Sri Hartati, calon TKI asal Bima, Nusa Tenggara Barat  yang ditemui di tempat penampungan ini berharap bisa di­be­rang­katkan ke Arab sebelum tanggal 1 Agustus, atau sebelum mora­to­rium diberlakukan. “Kasian ke­luarga di kampung kalau kita nggak jadi berangkat. Saya kan berangkat mau mencari nafkah. Kalau nggak jadi saya mau ma­kan apa di sini?” tuturnya.

Sri menuturkan sejak lama bertekad berangkat ke Arab Saudi untuk memperbaiki perekonomi­an keluarganya.

Apa tidak takut mengalami kekerasan di Arab? “Kalau kita memahami budayanya, pasti kita selamat. Pokoknya jangan nge­yellah kalau kita di negeri orang. Selanjutnya saya serahkan ke­pada Allah bagaimana nasib saya selanjutnya,” kata Sri.

Ia mengaku memiliki penga­laman bekerja di luar negeri. Ia pernah menjadi pembantu rumah tangga di Yordania selama dua tahun tujuh bulan.

“Saya sempat mau diperkosa majikan, tapi saya kabur lewat jendela. Saya meminta ke perwa­kilan perusahaan di sana, akhir­nya saya dikasih majikan baru. Alhamdulilah saya diperlakukan dengan baik,” ujarnya.

Nurdihayati, calon TKI juga asal NTB juga sudah bertekad bulat untuk bekerja di Arab. Ia mengaku menjadi tulang pung­gung keluar­ga. “Kalau saya nggak jadi ber­angkat, nanti keluarga saya di Sumbawa mau makan apa? Pe­me­rintah memang mau mem­berikan pekerjaan kepada kita? Saya sangat berharap bisa tetap berangkat Saudi,” tandasnya.

Ini bukan yang pertama kalinya wanita yang belum berumah tangga ini berangkat ke Arab Sau­di. Sebelumnya, Nurdihayati per­nah bekerja selama lima tahun di sana. “Majikan saya dulu baik, ka­rena kesopanan sayalah mere­ka sopan sama saya. Saya tidak pernah diperlakukan kasar,” ujarnya.

PPTKIS:  
Investasinya Besar, Tak Berani Main Api

Direktur Operasional PT Baham Putra Abadi, Irwandi mendukung kebijakan peme­rintah melakukan mora­torium terhadap pengiriman TKI ke Arab Saudi. Apalagi, jika ke­bijakan itu bertujuan untuk memperbaiki perlindungan terhadap TKI.

Namun, Irwandi berharap, moratorium ini tidak ber­lang­sung lama. Sebab, bisa men­ye­babkan pengangguran ber­tam­bah. Calon TKI tak bisa be­rang­kat. Karyawan PPTKIS juga terancam jadi pe­ngang­guran bila perus­a­haan­nya  bang­krut. “Apalagi kalau peru­sa­haan hanya menyalur­kan ke Arab Saudi,” katanya.

Irwandi mendengar ke­pu­tu­san pemerintah untuk mo­ra­to­rium pengiriman TKI ke Arab Saudi itu dari media massa. Me­­nurutnya, tanpa ada surat res­mi pun dari Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) atau Dirjen Pem­binaan dan Penempatan Tenaga Kerja (Binapenta) Kemente­rian Tenaga Kerja dan Trans­migrasi, perusahaannya akan mematuhi kebijakan tersebut.

Me­nge­nai tu­dingan bahwa PPTKIS kerap lepas tangan bila TKI m­e­ngalami masalah di luar negeri, Irwandi mengata­kan, tidak semua PJTKI seperti itu.

Menurut Irwandi, PPTKIS resmi tidak akan berani mem­berangkatkan TKI bermasalah ke luar negeri. Sebab, mereka sama saja bermain api.

Ia menjelaskan investasi yang ditanam untuk men­ja­lan­kan jasa pengerah tenaga kerja ke luar negeri tak sedikit. “Investasi kita Rp 15 juta untuk satu TKI, coba dikalikan 100. Saya rasa PJTKI resmi nggak akan berani macam-macam. Mungkin satu atau dua berani yang main, tapi nggak bisa digeneralisasi. Jujur kita takut melanggar aturan,” ucapnya.

Biaya Rp 15 juta itu dikeluar­­kan untuk mendatang­kan calon TKI dari daerah, bi­aya hidup penampungan, pela­ti­han, pe­ngu­­rus­an doku­men hingga pem­­­be­rang­­katan ke ne­­­­­ga­ra tu­juan. Selain itu, pria yang men­jabat Ketua Umum Pagu­yuban Pe­ngurus PJTKI (PAPKI) ini me­ngungkapkan, ketika men­daf­tar untuk memperoleh izin PJTKI dimintai uang jaminan lumayan besar.

“Kita jaminkan Rp 500 juta ke Kemenakertrans. Total , total investasi kita miliaran. Kalau macam-macam bisa dicabut SIUP-nya. Diskorsing aja kita sudah ketakutan. Itu momok yang menakutkan bagi perusa­ha­an yang melanggar undang-undang,” ujarnya.   [rm]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA