Marisi Matondang, direktur utama perusahaan dijemput pakÂsa KPK untuk diperiksa meÂngenai proyek tahun 2008 yang diduga merugikan negara lebih dari Rp 3 miliar itu.
Rakyat Merdeka mencoba meÂnelusuri perusahaan itu. InforÂmasi yang diperoleh PT Mahkota Negara beralamat di Jalan Abdullah Syafei Nomor 9, Tebet, Jakarta Selatan.
Ketika sampai di alamat yang dimaksud, terlihat seorang pria tua dengan gergaji besi di tangan teÂngah memotong dengan hati-hati alat untuk mengisi angin ke dalam ban. Di belakangnya terÂdapat seÂbuah kompresor ukuran sedang.
Jika diperhatikan, alamat deÂngan Nomor 9 ini hanyalah seÂbuah rumah biasa. Bagian deÂpanÂnya dijadikan tempat usaha tamÂbal ban. Di sinikah kantor PT Mahkota Negara? Tak ada plang nama maupun petunjuk lainnya yang bisa memastikan bahwa di sinikah kantor perusahaan itu.
Jika diperhatikan, rumah ini tak layak dijadikan kantor karena kondisinya sudah tua. Dari model bangunannya, rumah ini terbilang sudah sangat ketinggalan di banÂding gedung-gedung di sekitarnya.
Meski berlantai dua, banguÂnanÂnya tidak layak dijadikan geÂdung perkantoran. Dindingnya yang diberi cat putih tampak muÂlai kusam. Sementara cat berÂwarÂna hijau di bagian bawah dinding nasibnya juga tak jauh berbeda.
Di bagian tengah halaman ruÂmah tumbuh rindang sebuah poÂhon mangga. Beberapa orang pria terlihat sedang ngaso di baÂwahÂnya sembari menikmati sepoi-seÂpoi angin di tengah teriknya udara Jakarta, kemarin.
Suhardi (66) mengakui rumah yang dijadikan tempat usaha tambal ban ini beralamat di Jalan Abdullah Syafei Nomor 9. Ia tak pernah mendengar nama PT MahÂkota Negara yang memiliki alamat sama dengan rumah ini. “Saya sudah puluhan tahun tinggal di sini.â€
“Bukan disini kali, ada banyak alamat di Jalan Abdullah Syafei dengan nomor sembilan. Emang yang dicari apa RT/RW-nya?†tanyanya.
Menurut Suhardi, di sepanjang Jalan Abdullah Syafei ada tiga bangunan yang memiliki nomor 9. Tapi berbeda RT dan RW-nya. Ia menyarankan untuk meneÂluÂsuri jalan ini untuk mencari alaÂmat perusahaan tersebut. “Coba jalan ke arah Kampung Melayu ,mungkin aja alamatnya di sekitar Lapangan Ros,†ujarnya.
Sekitar setengah kilometer meÂnyusuri jalan itu, benar saja diÂteÂmukan bangunan yang memiliki nomor 9. Hanya saja, alamat suÂdah sedikit berubah. Yakni Jalan Lapangan Roos Raya, Tebet. SeÂbuah plang persegi berwarna meÂrah dengan tulisan angka semÂbiÂlan berwarna putih terpampang di atas pagar di sisi kanan gerbang.
Sebuah gerbang berwarna puÂtih tampak tertutup rapat. Pada gerÂbang melekat empat hiasan binÂtang. Warna putih gerbang tamÂpak kusam ditutupi debu. SemenÂtara pagarnya terbuat dari seng dengan dominasi warna hijau.
Dari depan gerbang, kita seÂbuah melihat bangunan setinggi enam meter yang terbuat dari tripÂlek. Triplek-triplek itu dilekatnya seÂadaÂnya dengan atap seng di bagian atasnya.
Mengintip dari celah yang ada di gerbang tak terlihat bangunan di dalamnya. Yang terlihat justru aktivitas enam pekerja bangunan. Mereka sibuk menggali lubang untuk pondasi bangunan.
Gundukan tanah setinggi satu meÂter setengah memenuhi area ini. Gundukan pasir dan batako yang tersusun rapi juga memeÂnuhi bagian depan lahan ini. BerÂdasarkan penuturan seÂorang waÂnita yang bekerja sebuah peruÂsahaan jasa
perjalanan umrah dan haji di sebelah lahan kosong yang seÂdang dibangun tersebut, diketahui PT Mahkota Negara dulu berÂkanÂtor di tempat itu. “Sekarang pinÂdah. Pindahnya satu bulan yang lalu,†kata perempuan yang meÂnolak menyebutkan namanya.
Menurut dia, sebelum dirobohÂkan bangunan satu lantai itu jadi kantor PT Mahkota Negara dan beberapa perusahaan lainnya. Ia mendengar kabar, di lahan itu akan dibangun gedung lima lantai. “Pembangunannya sudah dimulai tuh, bahan bangunan sama pekerjanya sudah ada di dalam,†kata ujarnya.
Lantas, kemana PT Mahkota Negara pindah? “Saya dengar meÂreka pindah ke Tebet Dalam, tapi saya nggak tahu alamat jeÂlasnya,†katanya.
Hadi, pekerjaan bangunan yang bekerja di lokasi itu juga membenarkan bahwa di sini dulu kantor PT Mahkota Negara. “Tapi sudah pindah sejak sebulan yang lalu karena kantornya mau dibangun ulang. Kemana pindahÂnya saya kurang tahu,†katanya deÂngan logat Jawa yang kental.
Pria yang menjabat sebagai keÂpala mandor ini membenarkan bahÂwa di tempat ini akan di baÂngun gedung berlantai lima. PeÂngerjaan gedung baru ini pun sudah dimulai sejak satu bulan yang lalu.
“Gedungnya dihancurin sekitar sebulan yang lalu. Pembangunan sih baru mulai dibangun sekitar tiga minggu yang lalu. PengerÂjaan masih di bagian pondasinya dulu,†jelasnya.
Kepindahan PT Mahkota NeÂgara dari tempat ini hampir berÂsaÂmaan dengan terungkapnya beÂberapa kasus yang membelit Nazaruddin. Apakah kepindahan ini untuk menghilangkan jejak?
Ketika ditanya alamat terbaru PT Mahkota Negara, Juru Bicara KPK Johan Budi SP mengaku tak tahu. Menurut dia, pemanggilan pemeriksaan terhadap Marisi dialamat ke rumahnya di Medan, Sumatera Utara.
Rakyat Merdeka sempat meÂngiÂtari kawasan Tebet Dalam unÂtuk mencari PT Mahkota Negara. Tak ada satupun bangunan mauÂpun gedung yang memajang nama PT Mahkota Negara.
Warga di kawasan itu tak tahu di mana kantor perusahaan itu. Jangankan tahu kantornya, meÂreka baru kali ini mendengar nama PT Mahkota Negara.
Dua Kali Mangkir, Dijemput PaksaKPK memanggil paksa Dirut PT MahÂkota Negara, Marisi MatonÂdang. Ia dijemput dari rumahnya di Medan, Sumatera Utara. SeÂlanjutnya dibawa ke Jakarta guna menjalani peÂmeÂriksaan Rabu lalu.
Upaya paksa ini ditempuh lantaran Marisi telah dua kali mangkir memenuhi panggilan Komisi. “Kalau dilihat dalam agenda pemanggilan itu (dia) sudah dua kali nggak datang. Ini yang ketiga,†jelas Johan Budi SP, Juru Bicara KPK.
KPK dibantu Polda Sumut dalam melakukan penjemputan paksa ini. “Kita berterima kasih kepada Polda Sumut yang kaÂsih informasi mengenai (kebeÂradaan) yang bersangkutan. KeÂmudian kita ke sana (MeÂdan) dan dia (Marisi) dibawa ke sini,†kata Johan Budi SP, Juru Bicara KPK.
Marisi diduga memiliki peÂran besar dalam proyek pemÂbangkit listrik tenaga surya (PLTS) di Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. ProÂyek ini bernilai Rp 8,9 miliar.
Kepala Sub Bagian Tata UsaÂha Direktorat Pengembangan Sarana dan Prasarana KemenaÂkerÂtrans, Timas Ginting ditetapÂkan menjadi tersangka kasus ini.
Johan mengungkapkan, PT Mahkota Negara memiliki huÂbungan dengan PT Alfindo NuÂratama Perkasa, pemenang proÂyek PLTS. PT Alfindo disebut-sebut memiliki kaitan dengan Neneng Sri Wahyuni, istri NaÂzaruddin. Neneng telah beÂbeÂrapa kali dipanggil KPK untuk diperiksa, tapi mangkir.
“Ada beberapa PT yang meÂngerjakan proyek itu. Mahkota ini salah satu yang mengerjakan PLTS, bukan sub PT Alfindo,†ujarnya. KPK, menurut Johan, tengah menelisik keterlibatan beberapa perusahaan lain dalam proyek ini.
Pulang Menenteng Plastik KresekSeusai diperiksa KPK, MaÂrisi Matondang mengatakan tak tahu apa-apa soal proyek PLTS di Kemenakertrans tahun 2008 berÂnilai Rp 8,9 miliar.
Dia bahkan mengelak kenal dengan bekas bendahara umum Partai Demokrat Nazaruddin, pemilik PT Mahkota Negara dan Neneng Sri Wahyuni. Tak haÂnya itu, Marisi pun menamÂpik sengaja meminjam PT AlÂfindo Nuratama Perkasa untuk bisa mendapatkan proyek PLTS di Kemenakertrans.
Penyangkalan Marisi tak berhenti di situ. Ia mengatakan bukan menjabat direktur utama di PT Mahkota Negara. Juga tak dijemput paksa KPK untuk menjalani pemeriksaan ini. “Saya datang sendiri tadi pagi,†katanya seusai pemeriksaan.
Marisi berdalih tak memeÂnuÂhi dua panggilan pemeriksaan KPK karena suratnya tak sampai. Saat panggilan terÂakÂhir, dia sedang acara keluarga.
Ketika ditanya materi pemeÂrikÂsaan KPK, Marisi mencoba mengalihkan dengan bertanya kepada petugas keamanan KPK yang berdiri di sebelahÂnya. “Saya ditanya apa tadi?†ujarÂnya. Dia menjawab nyaris seÂmua pertaÂnyaan wartawan dengan jawaban “nggak†dan “tidak tahuâ€.
Mengenakan kemeja biru, baju hangat hitam lengan panÂjang, jins biru, dan sandal hÂiÂtam, Marisi menenteng tas plastik kresek saat keluar dari geÂdung KPK. Ia dijemput moÂbil Avanza hitam B 2818 SU.
Informasi yang diperoleh, PT Mahkota Negara juga terlibat proyek alat laboratorium mulÂtimedia di Kementerian PenÂdidikan Nasional pada 2007. Nilai proyeknya Rp 40 miliar.
[rm]