Goenawan Mohamad:

Nadiem Diminta Perbaiki Sistem tapi Dihancurkan Sistem itu Sendiri

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/diki-trianto-1'>DIKI TRIANTO</a>
LAPORAN: DIKI TRIANTO
  • Senin, 22 Desember 2025, 19:28 WIB
Nadiem Diminta Perbaiki Sistem tapi Dihancurkan Sistem itu Sendiri
Menteri Pendidikan, Budaya, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) era Presiden Joko Widodo, Nadiem Makarim saat selesai diperiksa Kejaksaan Agung, Senin, 23 Juni 2025. (Foto: RMOL/Bonfilio)
rmol news logo Dakwaan memperkaya diri sendiri hingga Rp809,5 miliar terhadap mantan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbud Ristek) Nadiem Makarim dalam kasus korupsi pengadaan laptop Chromebook adalah tuduhan serius.

Tokoh intelektual Indonesia, Goenawan Mohamad tidak meyakini dakwaan tersebut. Secara terbuka, ia mendorong Nadiem menjadi amicus curiae atau sahabat pengadilan.

“Saya tahu Nadiem. Saya tahu betul tidak mungkin dia melakukan hal itu,” kata Goenawan kepada wartawan dikutip redaksi, Senin, 22 Desember 2025.

Goenawan mengaku sudah mengenal lama keluarga Nadiem, jauh sebelum menjadi menteri era Presiden Joko Widodo dan bahkan sebelum dikenal sebagai pendiri Gojek.

Bagi Goenawan, Nadiem adalah produk dari tradisi keluarga yang menanamkan integritas sebagai nilai utama. Nadiem merupakan cucu tokoh Partai Sosialis Indonesia (PSI), Hamid Algadri dan orang dekat Sutan Sjahrir. Nadiem adalah generasi politisi yang dikenang karena kejujuran dan keteguhan moral.

“Zaman itu belum ada anggota parlemen kaya karena disogok-sogok. Dan itu tertanam kuat dalam keluarga. Jangan merusak Indonesia," jelas Goenawan.

Tuduhan korupsi terhadap Nadiem dengan menitikberatkan dugaan memperkaya pihak lain dan korporasi dinilai membuka pertanyaan besar tentang cara negara mendefinisikan kerugian dan tanggung jawab hukum.

Jaksa menyebut kerugian negara mencapai Rp2,1 triliun dari dugaan kemahalan harga Chromebook serta pengadaan Chrome Device Management (CDM) yang dinilai tidak perlu.

Bagi Goenawan, persoalannya tidak berhenti pada benar atau salahnya satu individu. Yang lebih mengkhawatirkan adalah dampak lanjutan terhadap social capital, kepercayaan sosial yang menjadi fondasi kehidupan bersama.

“Korupsi itu bukan hanya soal uang negara. Ia merusak kepercayaan,” katanya.

Goenawan mengingatkan, kasus yang dialami Nadiem bisa menjadi sinyal buruk mematahkan niat anak-anak muda berintegritas untuk masuk ke pemerintahan. Bukan karena mereka tidak mampu, melainkan karena sistem yang tidak memberi ruang aman bagi kerja yang lurus.

“Orang-orang seperti Nadiem diminta masuk untuk memperbaiki, tapi ketika sistemnya rusak, mereka justru bisa ikut dirusak atau dihancurkan oleh sistem itu sendiri," kritiknya. rmol news logo article
EDITOR: DIKI TRIANTO

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA