Penilaian itu disampaikan Direktur Eksekutif Studi Demokrasi Rakyat (SDR), Hari Purwanto, menanggapi dicopotnya Ali, setelah sempat mengkritik dan meminta pimpinan KPK agar untuk evaluasi diri.
"Komisioner KPK saat ini beda dengan era Firli Bahuri yang terbuka dengan kritik. Pergantian Jubir tentu ada alasan tersendiri," kata Hari, kepada
Kantor Berita Politik RMOL, di jakarta, Jumat (7/6).
Pimpinan KPK saat dikomando Firli Bahuri bahkan sangat terbuka dan mau menerima kritik, baik dari internal maupun eksternal.
"Pergantian Jubir KPK bisa saja berlatar belakang politis, seperti peristiwa pergantian ketua KPK," pungkas Hari.
Sebelumnya, Wakil Ketua KPK, Johanis Tanak, membantah pihaknya mencopot Ali Fikri dari posisi Jubir KPK.
"Pak Ali itu bukan dicopot dari jabatan sebagai Jubir, jabatan Pak Ali itu Kabag Pemberitaan, tetapi selama ini beliau merangkap sebagai Plh Jubir, dan sekarang sudah diangkat Jubir definitif, Pak Tesa Mahardika Sugiarto," kata Tanak sebelumnya.
Dia mengklaim sudah melakukan seleksi untuk posisi Jubir KPK, meski belakangan tidak ada informasi soal seleksi posisi Jubir. Terakhir pada 2020 lalu, namun tidak ada yang lolos seleksi.
"Seleksi sudah dilakukan dan yang terpilih Tessa Mahardika Sugiarto. Kalau yang lalu saya tidak tau bagaimana, tapi yang jelas sudah mereka diseleksi," pungkas Tanak.
Saat dikonfirmasi hal itu, Ali Fikri menolak berkomentar.
"Itu kewenangan pimpinan, saya tak bisa komentar dulu," singkat Ali.
Namun, berdasar informasi yang diperoleh redaksi, belakangan tidak ada seleksi Jubir KPK untuk mengganti Ali Fikri.
"Nggak ada seleksi, nggak ada pengumuman, itu maunya NP (Nawawi Pomolango)" kata sumber kepada redaksi.
BERITA TERKAIT: