Pengamat politik dari Citra Institute, Efriza memperhatikan, gaya komunikasi Prabowo dalam debat pertama mesti dievaluasi tim kampanyenya.
"Ini sebagai bentuk strategi bertahan, karena posisi dirinya, sebagai capres, lalu bagian dari pemerintah, dan beratnya ia di endorse oleh Presiden Jokowi," ujar Efriza kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Kamis (14/12).
Saat berdebat dengan Capres Nomor Urut 1, Anies Baswedan dan Capres Nomor Urut 3, Ganjar Pranowo, Efriza mendapati Prabowo tidak utuh memaparkan visi misinya terkait tema yang diangkat. Yakni terkait Pemerintahan, Hukum, HAM, Pemberantasan Korupsi, Penguatan Demokrasi, Peningkatan Layanan Publik, dan Kerukunan Warga.
"Ini yang akhirnya membuat dirinya kurang memukau dalam debat ini. Jika disimak selama debat, tampak sekali Prabowo tidak menggambarkan visi-misi lebih detail," tuturnya.
Menurut dosen ilmu pemerintahan Universitas Pamulang (Unpam) itu, Prabowo mengalami gelisah dengan posisi dirinya yang dikepung berbagai pertanyaan dari Anies maupun Ganjar.
"Dalam cara menjawab, maupun bertanya, dan menyanggah terlihat sekali kurang greget. Namun ada poin yang jelas, bahwa gagasan pemerintah tentang KEK (Kawasan Ekonomi Khusus), Hilirisasi, Pelayanan kepada masyarakat masih berkategori positif," jelas Efriza.
"Ketika Ganjar dalam posisi tidak mengiyakan, tapi deskripsi penyampaian Prabowo searah dengan apa yang dikerjakan pemerintah. Ini poin positif dari Prabowo yang kurang maksimal tapi bisa memperoleh poin positif pernyataan untuk mendukung kebijakan pemerintah," pungkasnya.
BERITA TERKAIT: