Program SLP ini bukan cuma ditujukan bagi pelajar bermasalah, namun dirancang sebagai kegiatan ekstrakurikuler wajib yang bertujuan membangun pemahaman dan praktik nilai-nilai karakter bangsa di kalangan pelajar Jakarta.
Disebutkan, program ini dirancang komprehensif, mulai dari pembelajaran teori, praktik lapangan, hingga penerapannya dalam lingkungan keluarga dan masyarakat.
Program ini sangat berbeda dari gagasan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi yang mengirim anak-anak 'bermasalah' ke barak militer.
Anggota DPD RI asal DKI Jakarta, Happy Djarot turut meninjau pelaksanaan uji coba SLP di SMPN 28 Johar Baru, Jakarta Pusat. Ia mengaku kagum atas perkembangan para pelajar yang mengikuti program tersebut.
“Anak-anak SLP memiliki wawasan kebangsaan yang lebih luas, berani tampil, dan telah dilatih untuk mencegah diri dari perbuatan negatif. Salut atas kerja keras sekolah bersama berbagai pihak,” kata Happy dalam keterangannya yang dikutip Kamis 5 Juni 2025.
Program SLP sendiri bukan gagasan tiba-tiba. Selama 1,5 tahun terakhir, SLP telah diuji coba di dua sekolah, yakni SDN Lagoa 07 Jakarta Utara dan SMPN 28 Jakarta Pusat, dengan hasil yang dinilai positif.
Uji coba ini didampingi oleh Yayasan Pendidikan Laboratorium Pancasila (YPLP) serta peneliti dari Pusat Pendidikan Wawasan Kebangsaan Provinsi Jakarta.
Program ini, menurut Happy, tidak hanya menanamkan nilai Pancasila semata, tapi juga mengasah berbagai aspek hidup pelajar, seperti pola hidup sehat, kepedulian lingkungan, serta jiwa kewirausahaan.
“Saya sepakat dengan konsep SLP. Nilai Pancasila akan lebih hidup jika berkorelasi positif dengan kualitas hidup pelajarnya,” kata Happy.
Happy berharap, keberhasilan dua sekolah percontohan ini menjadi pemantik bagi Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, untuk memperluas program ke seluruh sekolah di Jakarta.
“Kalau bisa diterapkan di semua sekolah, saya yakin akan sangat membantu membentuk sikap mental pelajar yang berakhlak mulia dan mandiri,” pungkas Happy.
BERITA TERKAIT: