Cegah Teroris, Tito Mau Borong 40 Ribu Pistol Untuk Polantas

Kamis, 27 Juli 2017, 09:42 WIB
Cegah Teroris, Tito Mau Borong 40 Ribu Pistol Untuk Polantas
Kapolri Jenderal Tito Karnavian/Net
rmol news logo Kepolisian akan mempersenjatai para anggota polisi lalu lintas (Polantas) dan Sabhara dengan pistol. Kebijakan ini menyusul meningkatnya ancaman teroris yang bela­kangan menyasar polisi-polisi di lapangan. Salah satunya, serangan bom bunuh diri di Kampung Melayu yang menewaskan tiga polisi 24 Mei lalu.

Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengatakan, ren­cana pemberian senjata ini merupakan usulan dari anggota satuan Lalu Lintas dan Sabhara yang belakangan jadi target teroris, yang selama ini me­mang tidak dilengkapi den­gan alat bela diri yang cukup khususnya senjata api.

"Karena itu, Polri perlu me­lengkapi alat yang cukup untuk bela diri seperti senjata api ke petugas yang berada di ka­wasan rawan teror berdasarkan peta intelijen dengan senjata," kata Tito di kompleks Mabes Polri, Jakarta, kemarin.

Soal kepolisian mana saja yang anggotanya akan dileng­kapi senjata api, Tito enggan merinci. Dia hanya menjelas­kan, bahwa saat ini pihaknya sudah berkoordinasi dengan PT Pindad untuk menjadi mitra kerja.

"Kita prioritaskan kepoli­sian yang daerahnya rawan serangan teror. Beberapa ada di Jawa. Senjata yang akan kita pesan 20.000-30.000 ke Pindad tapi mereka sanggupnya 5.000-15.000 unit," ujarnya.

Untuk jenis senjata api yang dipesan, kata Tito, adalah pistol jenis G2, bukan sen­jata laras panjang. Mengenai anggaran, Tito menegaskan, sudah ada tersedia dan tinggal direalisasikan.

"Ini harus selesai tahun ini karena masuk dalam APBN-P. Jadi ada budget untuk itu, dan pembelian ke PT Pindad ini sekaligus untuk mendorong industri senjata dalam negeri," tuturnya.

Soal kekurangan pistol, Tito mengatakan, bisa ditambah­kan dari senjata produksi luar negeri yang harganya tidak jauh dengan produk Pindad. Sedangkan senjata untuk pa­sukan elite Brimob diutama­kan tetap senjata impor, yang harganya tidak jauh dengan buatan dalam negeri.

"Tapi kalau senjata untuk Brimob kita tetap pakai produksi luar. Ada Styer, AK Rusia, AZ. Karena kalau untuk Brimob kan senjatanya lebih sering digunakan, takut macet. Kalau Polantas dan Sabhara kan di kota, sesekali diguna­kannya," ujarnya.

Selain itu, untuk mence­gah peredaran narkotika, Tito meminta seluruh jajarannya menindak keras pengedar. Termasuk menginstruksikan untuk mengekspos pengedar yang ditembak mati supaya ada efek jera.

"Tapi jangan dijejerin mayatnya seperti habis berburu hewan. Ekspos depan RS. Kenapa, kita termasuk yang agak lemah menurut saya, kita negara besar, penduduk middle class membesar, jadi market yang sangat luar biasa," tutur Tito.

Tito kemudian membanding­kan soal penindakan pengedar narkotika di Indonesia yang belum menimbulkan efek jera dengan negara tetangga. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA