Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Finlandia Ancam Hentikan Bantuan untuk Afrika Jika Berani Dukung Agresi Rusia

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Kamis, 22 Juni 2023, 12:32 WIB
Finlandia Ancam Hentikan Bantuan untuk Afrika Jika Berani Dukung Agresi Rusia
Menteri Pembangunan dan Perdagangan Luar Negeri Ville Tavio/Net
rmol news logo Pemerintah Finlandia mengancam akan menghentikan bantuan pembangunan ke negara-negara Afrika jika mereka berani mendukung Rusia dalam konflik Ukraina.

Ancaman tersebut disampaikan Menteri Pembangunan dan Perdagangan Luar Negeri Ville Tavio dalam pernyataan terbaru awal pekan ini.

Pemerintah baru Finlandia yang dipimpin oleh Petteri Orpo sedang berusaha untuk memotong bantuan pembangunan sekitar 1 miliar dolar AS dan mengalihkan tabungan. Tavio mengatakan kepada televisi lokal bahwa Ukraina akan menjadi negara penerima baru.

Dalam wawancara terpisah dengan The Times, menteri mengklaim tugas utama negaranya adalah mendukung Ukraina, mengatakan bahwa memberikan bantuan kepada negara yang mendukung agresi Rusia adalah sebuah kesalahan.

“Negara-negara berkembang harus fokus pada pembangunan internal mereka daripada mendukung perang Rusia. Saya mengawasi negara-negara yang menerima bantuan dari Finlandia, tetapi memilih untuk tidak menghormati tatanan berbasis aturan internasional dan kedaulatan negara Ukraina,” kata Tavio, seperti dikutip dari RT, Rabu (21/6).

Meskipun menteri tidak menyebutkan nama negara mana pun, Ethiopia, Kenya, Tanzania, Somalia, dan Mozambik adalah mitra utama Finlandia di Afrika, yang telah menerima bantuan asing dari Helsinki selama beberapa dekade.

Beberapa negara di benua itu, termasuk Afrika Selatan, tetap tidak memihak dalam konflik antara Rusia dan Ukraina, meskipun ada tekanan asing untuk mendukung Kyiv.

Politisi Afrika Selatan, Themba Godi, yang merupakan mantan anggota Majelis Nasional, menggambarkan ancaman pemotongan bantuan sebagai aib bagi pemerintah Finlandia.

“Ini adalah kasus klasik diplomasi koersif di mana ancaman dan pemerasan digunakan untuk mencapai posisi tertentu" kata Godi kepada RT.

"Posisi yang diambil negara-negara dalam konflik Rusia-Ukraina belum tentu diinformasikan oleh pemikiran rasional dan keputusan independen, tetapi mungkin merupakan produk pemerasan," tambahnya.

Menurut Godi, sikap Helsinki hanya memperkuat pandangan bahwa negara-negara sekutu AS tidak menghargai orang Afrika.

Negara-negara di benua itu, tambahnya, lebih tertarik pada Rusia dan China akibat intimidasi dari Finlandia dan lainnya. rmol news logo article
EDITOR: RENI ERINA

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA