Hal itu diungkap secara inplisit oleh Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia (OHCHR) dan eksplisit oleh Amnesti Internasional dalam sebuah laporan, seperti dikutip dari
African News pada Minggu (14/5).
PBB menuduh tentara Mali dan militer asing telah mengeksekusi lebih dari 500 orang pada Maret 2022 selama operasi anti-jihadis di Moura.
"Para korban FAMa dan personel militer asing yang memiliki kendali penuh atas wilayah tersebut," bunyi laporan tersebut.
Selain pembunuhan, para pelaku juga diduga telah melakukan tindak pemerkosaan dan kekerasan lainnya terhadap perempuan dan anak-anak yang diduga memiliki hubungan dengan gerakan jihadis.
"Sekitar 20 perempuan dan tujuh anak termasuk di antara mereka yang tewas, sementara bukti menunjukkan 58 perempuan dan anak perempuan menjadi korban perkosaan dan bentuk kekerasan seksual lainnya," kata OHCHR.
Di sisi lain, peneliti HAM di Amnesti Internasional Sahel, Ousmane Diallo menyambut baik laporan OHCHR yang mengungkap kekejaman terburuk yang dialami negara Sahel sejak pemberontakan jihadis berkobar pada tahun 2012.
Karena PBB tidak secara spesifik menyebutkan pihak asing yang dimaksud, Diallo mengungkap bahwa mereka diduga kuat merupakan kelompok tentara bayaran Wagner.
"Tetapi kita semua tahu bahwa orang-orang ini adalah anggota perusahaan militer swasta Wagner. Dan apa yang terjadi di Moura merupakan simbol dari operasi militer bersama yang terjadi di Mali tengah pada tahun 2022," kata Diallo.
Ia mendesak agar Jaksa dan Pengadilan Kriminal Internasional menyoroti kasus di Moura yang berpotensi melibatkan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan, terlebih badan PBB sudah mengeluarkan laporan mereka.
Moura, di wilayah Mopti, Mali tengah, dikenal sebagai tempat bagi kubu Katiba Macina, sebuah kelompok jihadis yang berafiliasi dengan Al-Qaeda.
Pada 27 Maret 2022, tentara Mali menguasai daerah tersebut dan menangkap sekitar 3.000 orang.
Kemudian pada 1 April 2022, junta menggambarkan peristiwa di Moura sebagai operasi anti-jihadis yang sukses karena berhasil melumpuhkan 203 orang teroris.
Tapi lima hari berikutnya, Human Rights Watch (HRW) mengatakan 300 warga sipil, beberapa dari mereka diduga jihadis, tewas seketika. Orang asing berkulit putih yakni tentara Wagner diduga terlibat.
BERITA TERKAIT: