Pada hari Senin (22/3), AS, Inggris, Kanada, dan Uni Eropa mengumumkan sanksi terhadap empat pejabat dan organisasi Partai Komunis China (PKC) yang terkait dengan pelanggaran hak asasi manusia di Xinjiang. Sebagai tanggapan, Beijing segera menjatuhkan sanksi balasan kepada tujuh politisi, dan empat entitas Eropa, termasuk Butikofer.
Dia secara terbuka mengkritik tindakan keras China di Hong Kong dan kerja paksa terhadap Uighur di Xinjiang dan menggambarkan rezim komunis sebagai "penindas internasional ."
Butikofer melalui akun Twitternya mengatakan dia telah diberitahu oleh pemerintah China bahwa sebagai bagian dari sanksi yang dijatuhkan padanya, dia tidak lagi diizinkan untuk mengunjungi China, Hong Kong, atau Makau. Kemudian dia menyindir, "Tapi kemudian ada Taiwan."
Beberapa menit kemudian, sesama anggota parlemen Jerman Engin Eroglu me-retweet postingan Butikofer dan menulis bahwa PKC telah menjatuhkan sanksi kepada beberapa rekannya.
Dalam cuitannya, Butikover bersumpah bahwa dia akan terus berbicara untuk orang-orang Uighur, dan dia kemudian menambahkan satu pukulan ekstra untuk Beijing: "Plus, mungkin sudah waktunya untuk melakukan perjalanan ke Taiwan?"
Sementara, Presiden Parlemen Eropa David Sassoli dalam cuitannya mengatakan bahwa dia berdiri dalam solidaritas dengan Parlemen Eropa yang dikenai sanksi, termasuk Butikofer. Dia juga menambahkan bahwa sanksi China terhadap para pemimpin dan institusi Eropa "tidak dapat diterima dan akan memiliki konsekuensi."
Sebelumnya, Butikofer pernah mengunjungi Taiwan pada 2018, saat dirinya menjabat sebagai anggota delegasi lintas partai. Selama perjalanan, dia bertemu dengan Presiden Tsai Ing-wen dan Wakil Ketua Legislatif Yuan Tsai Chi-chang.
BERITA TERKAIT: