Garis Merah Dilanggar: Turki Kerahkan F-16 Hadapi Teror Drone Rusia

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Sabtu, 27 Desember 2025, 10:14 WIB
Garis Merah Dilanggar: Turki Kerahkan F-16 Hadapi Teror Drone Rusia
Ilustrasi (Tangkapan layar RMOL dari siaran YouTube RFU News)
rmol news logo Ketegangan di kawasan Laut Hitam meningkat tajam setelah Turki mengambil langkah tegas menyusul serangkaian pelanggaran wilayah udaranya oleh drone Rusia. 

Ankara menilai insiden ini sebagai eskalasi serius dalam dinamika keamanan dengan Moskow, yang juga melibatkan kepentingan NATO.

Dikutip dari RFU News, Sabtu 27 Desember 2025, Angkatan Udara Turki mengerahkan jet tempur F-16 untuk menutup ruang udara tertentu setelah beberapa drone Rusia terdeteksi melintas dan jatuh di wilayah sensitif Turki. Langkah ini menegaskan sikap keras Ankara terhadap setiap pelanggaran kedaulatan udara.

Dalam beberapa waktu terakhir, Rusia meningkatkan aktivitas militernya di atas Laut Hitam, termasuk penggunaan drone pengintai dan drone serang. Moskow berupaya mempertahankan pengaruhnya di kawasan, terutama saat kendali armada lautnya terus tergerus oleh serangan drone laut Ukraina yang menargetkan kapal dan infrastruktur Rusia.

Dalam hitungan hari, tercatat tiga insiden pelanggaran drone Rusia. Insiden pertama terjadi ketika sebuah drone masuk dari arah Laut Hitam dan ditembak jatuh jet F-16 Turki menggunakan rudal AIM-9X Sidewinder. Puing-puingnya jatuh di medan sulit, namun Ankara mengirim pesan tegas bahwa pelanggaran wilayah udara tidak akan ditoleransi.

Insiden kedua memicu kekhawatiran lebih besar ketika drone pengintai Orlan-10 Rusia jatuh di dekat Izmit, sekitar 50 kilometer dari Istanbul. Analis meyakini drone itu diluncurkan dari Krimea untuk memantau Laut Hitam dan mendeteksi drone laut Ukraina, sehingga kedekatannya dengan pusat industri dan wilayah perkotaan utama Turki memicu alarm serius.

Kasus ketiga terjadi saat puing-puing drone pengintai Merlin Rusia ditemukan di Turki bagian barat. Dengan kemampuan terbang hingga 10 jam di ketinggian lima kilometer dan sensor canggih, keberadaan drone ini memperkuat dugaan operasi intelijen sistematis Rusia di dekat lokasi strategis Turki, termasuk fasilitas pertahanan dan pangkalan militer.

Eskalasi ini membuka peluang respons Turki yang lebih keras, termasuk kemungkinan pembatasan lalu lintas kapal sipil Rusia di Selat Bosporus. Langkah tersebut berpotensi berdampak besar karena sekitar 20 persen ekspor minyak Rusia bergantung pada pelabuhan Laut Hitam, sementara jalur alternatif dinilai tidak memiliki kapasitas memadai. rmol news logo article
EDITOR: RENI ERINA

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA