Palestina ikut harap-harap cemas dalam menantikan hasil pemilu presiden di negeri Paman Sam. Pasalnya, pemenang pemilu kali ini akan sangat mungkin menentukan masa depan hubungan dengan Palestina.
Meski Presiden Palestina Mahmoud Abbas belum mengeluarkan pernyataan setelah Biden dinyatakan sebagai pemenang pemilihan presiden Amerika Serikat oleh jaringan televisi besar pada hari Sabtu waktu setempat (6/11), namun keputusan penting pertama yang dihadapi Abbas adalah apakah dia akan melanjutkan kontak politik dengan Amerika Serikat atau tidak.
Diketahui bahwa tiga tahun lalu Abbas memutuskan kontak dengan Gedung Putih di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump.
Langkah ini diambil karena Abbas menilai bahwa Amerika Serikat bias pro-Israel atas keputusan Trump untuk memutuskan kebijakan Amerika Serikat selama puluhan tahun dengan mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan memindahkan kedutaan besarnya ke kota tersebut.
Sementara itu, bagi warga Palestina, kekalahan Trump di pemilu Amerika Serikat menjadi sesuatu yang diharapkan.
"Kami tidak mengharapkan transformasi ajaib, tetapi setidaknya kami mengharapkan kebijakan merusak yang berbahaya dari Trump benar-benar berhenti," kata anggota Komite Eksekutif Organisasi Pembebasan Palestina, Hanan Ashrawi.
"Mereka harus mengubah arah dan menangani pertanyaan Palestina atas dasar legalitas, persamaan dan keadilan dan bukan atas dasar menanggapi kepentingan khusus dari lobi pro-Israel atau apa pun," tambahnya, seperti dikabarkan
Reuters.
Selain pengakuan Yerusalem sebagai ibukota Israel, kebijakan era Trump lainnya yang merugikan Palestina adalah pemotongan bantuan, pencabutan dana badan PBB yang menangani pengungsi Palestina, dan menutup misi diplomatik Palestina di Washington.
Bukan hanya itu, Trump juga menerbitkan cetak biru Timur Tengah pada bulan Januari yang membayangkan kedaulatan Israel atas sebagian Tepi Barat yang diduduki Israel, wilayah yang dicari Palestina untuk sebuah negara.
Di sisi lain, semasa kampanye, Biden kerap menyinggung isu Palestina dengan mengatakan bahwa jika dia terpilih, dia akan mengembalikan dana ke Tepi Barat dan Gaza.
Semasa lalu, saat menjabat sebagai wakil presiden Amerika Serikat, Biden juga menentang pembangunan permukiman Israel di Tepi Barat dan mendukung solusi dua negara untuk konflik tersebut.
Meski begitu, agaknya Biden tidak akan memindahkan kembali kedutaan Amerika Serikat dari Yerusalem ke Tel Aviv.
"Kebijakan Biden mungkin menarik bagi warga Palestina, tetapi dia tidak akan terlibat dalam konflik mengingat kehadiran pemerintah (sayap kanan) di Israel, yang akan menjadi hambatan besar baginya. Dia tidak akan mau memberikan tekanan pada Israel," kata analis politik Palestina, Hani al-Masri.
BERITA TERKAIT: