Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Walikota Ini Tak Punya Sofa di Ruang Kerja

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/teguh-santosa-5'>TEGUH SANTOSA</a>
OLEH: TEGUH SANTOSA
  • Kamis, 21 Desember 2017, 10:07 WIB
Walikota Ini Tak Punya Sofa di Ruang Kerja
Foto: Teguh Santosa/RMOL
rmol news logo Meja kayu di depan kami berbentuk oval, terbuat dari kayu bekas yang disusun rapi dengan warna alami dan ditopang rangka besi berwarna hitam. Cukup untuk 14 orang.

Begitu pun kursi yang kami duduki, juga terbuat dari kayu bekas. Bedanya, setiap bilah kayunya memiliki warna yang berbeda-beda. Sepintas seperti kursi di taman kanak-kanak.

Kim Seung-su tersenyum ramah menyambut kami, delegasi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), di ruang kerjanya di lantai tiga gedung bernomor 10 di Nosonggwangjang-ro, Wansan-gu, Jeonju-si, Jeollakbu-do, Korea Selatan, Selasa (19/12).

Pria berusia 48 tahun ini mengenakan kaos hitam yang bagian kerahnya menutup ketat leher, dipadu jas abu-abu bermotif kotak. Celananya berwarna hitam dipadu sepatu yang juga hitam dengan lis putih.

Penampilan diri dan ruang kerjanya memperlihatkan Kim sebagai orang yang mencintai kerapian, keserasian dan kesederhanaan.  

Kim Seung-su adalah Walikota Jonjeu.

Ruang kerjanya yang kira-kira berukuran 5x5 meter persegi ditata sangat rapi. Di  salah satu dinding ada panel yang menampilkan foto-foto hitam putih. Ada juga panel yang menampilkan peta kota Jeonju.

Sebuah dinding selebar lima meter dibagi dua. Satu bagian adalah panel jendela yang menggunakan kertas hanji sehingga ruangan jadi cukup terang oleh pantulan sinar matahari dari luar gedung. Konon kertas hanji bisa bertahan seribu tahun. Sementara bagian lain dinding ini adalah tembok yang dicat ungu.

Selain meja kayu oval di hadapan kami, ada satu meja kayu oval lain yang lebih kecil di antara dua bagian utama ruangan kerja ini. Juga terbuat dari kayu bekas. Beberapa kursi kayu mengelilinginya.

Sebuah vas bunga berukuran besar dengan tanaman hijau terang yang terawat baik diletakkan di tengahnya.

Meja kerja Kim Seung-su ada di bagian lain, dengan latar belakang dinding berwarna hijau terang. Sebuah komputer dan tumpukan kertas menjadi pemandangan utama di atas meja kerja.

Meja yang juga dari kayu bekas ini ditopang rangka besi hitam setinggi perut manusia dewasa.

Di mana kursinya?

"Tidak ada kursi," kata Kim Seung-su menjawab rasa penasaran kami.

"Saya biasakan bekerja sambil berdiri," sambungnya sambil menambahkan dia bisa bekerja dalam posisi berdiri selama tiga jam tanpa henti.

Sejak menduduki jabatan Walikota Jeonju, Kim Seung-su mengeluarkan semua sofa dari ruangan kerja.

"Ada pepatah di Korea yang berbunyi, saat berdiri kita ingin duduk, saat duduk kita ingin berbaring dan saat berbaring kita ingin tidur. Sementara saya ingin kerja, jadi untuk apa ada kursi," kata dia lagi.

Bila sedang berada di luar kota, Kim Seung-su membuka ruang kerjanya untuk anak-anak sekolah.

"Mereka boleh datang, belajar dan makan dk ruangan ini."

Jeonju adalah kota terbesar ke-16 di Republik Korea, dan merupakan ibukota Provinsi Jeolla Utara. Kata "jeonju" berarti daerah yang sempurna. Pada tahun 2012 UNESCO menetapkan Jeonju sebagai Kota Kreatif Makanan. Bimbimbap, makanan khas Korea yang berupa campuran nasi dan sayuran yang terkenal itu  berasal dari kota ini.

Selain makanan, Jeonju juga dikenal dengan bangunan-bangunan tradisional atau hanok yang masih dipelihara dengan baik.

Istana Raja Taejo sang pendiri Dinasti Joseon yang berkuasa di Korea antara 1392 hingga 1897 pun berada di Jeonju.

Kota seluas 206 kilometer persegi ini memiliki populasi sekitar 650 ribu jiwa. Kemampuan mengemas nilai-nilai tradisional dengan modernitas membuat Jeonju menjadi salah satu kota tujuan wisata utama di Korea Selatan.

Menurut Kim Seung-su, kini setiap tahun kotanya dikunjungi 10 juta wisatawan dalam dan luar negeri.

Selain sektor turisme, Kim Seung-su juga memberikan perhatian pada kaum difabel di Jeonju. Dia menciptakan program khusus yang memberi kesempatan kepada kaum difabel untuk bekerja di kafe-kafe yang ada di Jeoenju.

Kafe di lobi kantor walikota juga mempekerjakan barista difabel.

"Setiap orang di kota ini punya hak yang sama dalam hal mendapatkan kesempatan kerja," begitu kata Kim Seung-su. [guh]  

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA