Jalan tol yang dibangun dan dioperasikan oleh PT Pelindo Solusi Logistik Group melalui PT Cibitung Tanjung Priok Port Tollways (PT CTP Tollways) itu diresmikan pengoperasiannya oleh Wakil Presiden Ma’ruf Amin pada Selasa pekan lalu (9/7).
Senior Consultant Supply Chain Indonesia (SCI) Sugi Purnoto mengatakan jalan tol itu sudah ditunggu banyak pihak cukup lama, termasuk industri transportasi dan logistik.
“Konektivitas jalan tol itu berdampak penting untuk aliran logistik, terutama untuk pengiriman ke wilayah selatan Jakarta sampai Bogor, Cianjur, Ciawi, dan Sukabumi yang selama ini tersentralisasi di akses simpang susun Cikunir dan JORR atau akses Halim, Cawang, dan Tol Jagorawi,” kata Sugi dalam keterangannya yang diterima redaksi, Jumat (19/7).
Lanjut dia, akses tol ini dapat mengurangi waktu tempuh antara 30-60 menit jika dibandingkan akses Cikunir dan Cawang. Jika tarif tol kompetitif, maka efisiensi transportasi logistik bisa mencapai 30-50 persen yang diperoleh dari penurunan biaya operasional, biaya perawatan (
maintenance), utilisasi aset, serta peningkatan kecepatan (
lead time) pengiriman dan penurunan risiko kecelakaan.
Bagi industri manufaktur, jalan tol tersebut akan memperlancar dan mempercepat proses pengiriman bahan baku (inbound), baik dari pelabuhan maupun pemasok lokal, juga pengiriman produk ke perusahaan-perusahaan pelanggan.
Peningkatan akses dengan jalan tol itu akan mendorong pembangunan dan pengembangan kawasan industri di dekat jalan tol dengan akses khusus. Beberapa ruas tol telah mendukung keberadaan sejumlah kawasan industri seperti jalan tol Japek, Jagorawi, Jakarta-Tangerang, Jakarta-Merak, Surabaya-Malang, dan lain-lain.
Bagi industri transportasi dan logistik, keberadaan jalan tol berpotensi meningkatkan utilisasi armada, karena waktu tempuh (
lead time) pengiriman menjadi lebih cepat antara 30-50 persen. Biaya operasional dan biaya pemeliharaan armada lebih efisien, karena akses tol memungkinkan armada berjalan dalam kondisi yang konstan dalam kisaran kecepatan 60-80 km/jam.
Secara nasional, keberadaan jalan tol akan mengurangi kepadatan lalu lintas di jalan nasional atau jalan arteri, seperti jalan pantura, jalan arteri Cikopo-Padalarang, dan jalan lintas Sumatra. Hal ini juga berdampak terhadap pengurangan biaya pemeliharaan jalan nasional.
Penggunaan jalan tol juga berpotensi menurunkan risiko kecelakaan karena pengurangan kontak armada transportasi dengan kendaraan roda dua dan lainnya.
Sugi mengusulkan tarif JTCC untuk semua golongan maksimal 20-30 persen lebih tinggi dari tol JORR.
“Jika terlalu mahal seperti Jalan Tol Pelabuhan dari Cibitung ke Priok, maka JTCC ini berpotensi kurang diminati penggunanya dan hanya digunakan sebagai alternatif
emergency, bukan untuk kegiatan operasional rutin termasuk bagi pelaku transportasi dan logistik,” jelasnya.
Tarif tol yang kompetitif akan mendorong pelaku usaha transportasi dan logistik untuk menggunakannya, sehingga potensi pendapatan operator jalan tol yang tinggi dapat diharapkan dari volume tinggi (jumlah yang banyak) kendaraan yang melaluinya.
BERITA TERKAIT: