SEJARAH monumental mencatat umat Nabi Luthh yang durhaka dimusnahÂkan dengan cara yang amat mengerikan. MereÂka masuk ke dalam perut bumi yang panas kemuÂdian ditenggelamkan denÂgan air super asin, yang sekarang disebut Laut Mati (Dead Sea). MerÂeka betul-betul disapuh bersih dengan azab Tuhan. Bisa dibayangkan, tanah lapis bawah yang berupa bara api naik ke permukaan bumi yang dihuni manusia yang penuh makÂsiyat ditumpahkan ke dasar bumi yang panas. Siksaannya dilukiskan dalam ayat: "Maka tatÂkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertuÂbi-tubi, yang diberi tanda oleh Tuhanmu, dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang-orang yang zalim. (Q.S. Hud/11:82-83)."
Dalam artikel terdahulu dijelaskan baÂgaimana peran istri Nabi Luth terlibat di dalam skandal yang ada di wilayah antara YordaÂnia dan Palestina antara lain kejahatan hoÂmoseks yang menyebabkan dirinya diklaim sebagai perempuan penghianat. Kisah ini mengingatkan kita pada peringatan dini Al- Qur'an bahwa: "Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuaÂtan tangan manusia, supaya Allah merasaÂkan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)." (Q.S. al-Rum/30:41). PerÂingatan yang sama juga sudah dibayangkan oleh para malaikat ketika Allah Swt merenÂcanakan akan menciptakan manusia di bumi dan kelak manusia diprediksi akan membuat kerusakan alam dan pertumpahan darah: "Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senanÂtiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "SeÂsungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". (Q.S. al-Baraqarah/2:30).
Bukan hanya kerusakan alam tetapi dosa dan maksiat yang dilakukan manusia selaÂlu berbanding lurus dengan azab dan bala yang ditimpakan Tuhan kepada manusia. Berbagai jenis azab Tuhan kepada manusia sebagai akibat perbuatan dosa dan maksiat. Ada dalam bentuk penularan penyakit binaÂtang kepada manusia seperti kasus binaÂtang unta misterius yang ditujukan kepada Nabi Saleh yang kaumnya terkenal dengan kejahatan korupsi yang merajalela (Q.S. al- Syura/26:153 dan Q.S. Hud/11:67), penderiÂtaan pasukan Talut dan Jalut akibah wabah linta (Q. S. al-Baqarah/2:249), dan pasukan Raja Abrahah yang berusaha menghancurÂkan Ka'bah di Makkah berakibat fatal denÂgan gempuran virus "Thairan Ababil" (S. Al-Fil/105:1-5). Kata thairan ababil banyak diterjemahkan oleh para mufassir dengan "binatang yang berbondong-bondong". HanÂya Muahammad Abduh yang menolak menÂgartikan al-thair dengan "burung". Ia menÂgartikannya dengan sejenis serangga atau dewasa ini sering disebut dengan virus. ViÂrus atau mikroba inilah disebarkan melalui angin yang memusnahkan seluruh pasukan gajah Abrahah. Apabila zat tersebut menyentuh anggota badan manusia, maka langsung mengakibatkan luka-luka yang pada akhÂirnya menyebabkan hancurnya seluruh baÂdan, yang mengingatkan kita kepada virus anthrax. Segolongan ahli mengartikan sijjil dengan "tanah yang terbakar", "batu yang diÂpahat". Ibnu Katsir sendiri mengartikan kata sijjil dengan "tanah keras".
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.