"Maka ia mengadakan tabir (yang melindÂunginya) dari mereka; lalu Kami mengutus roh Kami kepadanya, maka ia menjelma di hadaÂpannya (dalam bentuk) manusia yang semÂpurna. Maryam berkata: "Sesungguhnya aku berlindung dari padamu kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, jika kamu seorang yang berÂtakwa. Ia (Jibril) berkata: "Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci". (Q.S. Maryam/17-19). Dalam tulisan ini tidak akan dikaji sudut panÂdang biologis Maryam dengan proses dan perÂan Jibril yang kemudian melahirkan Nabi Isa, akan tetapi tulisan ini akan mengkaji sudut pandang esoterik kehadiran Maryam yang keÂmudian melahirkan Nabi Isa As.
Dalam pandangan esoteris, Maryam meruÂpakan simbol orisinalitas kesucian
(the original holiness) kebalikannya Hawa merupakan simÂbol orisinalitas dosa
(the original sin). MaryÂam dan Hawa simbol dari sepasang karakter feminin. Hawa menjadi simbol kejatuhan anak manusia ke bumi kehinaan dan Maryam menÂjadi simbol kenaikan anak manusia ke langit kesucian. Karena Hawa menggoda suaminÂya, Adam, maka anak manusia jatuh ke lemÂbah kehinaan dan karena sang perawan suci Maryam melahirkan Nabi Isa maka manusia diangkat kembali ke langit, kampung halaman pertama manusia.
Di dalam tradisi Talmud Babilonia, semacam kitab tafsir Taurat (Perjanjian Lama), Hawa dinÂyatakan sebagai penyebab dari segala sumber kehinaan dan malapetaka kemanusiaan sebaÂgaimana dinyatakan dalam Kitab Eruvin pasal 100b. Akibat kekeliruan dilakukan Hawa/Maria maka kaum perempuan dinyatakan menangÂgung 10 macam kutukan, yaitu:
Perempuan mengalami siklus menstruasi, yang sebelumnya Hawa tidak pernah mengaÂlaminya di surga.
Perempuan yang pertama kali melakukan persetubuhan mengalami rasa sakit.
Perempuan mengalami penderitaan dalam mengasuh dan memelihara anak-anaknya. Anak-anak membutuhkan perawatan, pakaian, kebersihan, dan pengasuhan sampai dewasa. Ibu merasa risih manakala pertumbuhan anak-anaknya tidak seperti yang diharapkan
Perempuan merasa malu terhadap tubuhÂnya sendiri.
Perempuan merasa tidak leluasa bergerak ketika kandungannya berumur tua.
Perempuan merasa sakit pada waktu melaÂhirkan.
Perempuan tidak boleh mengawini lebih dari satu laki-laki.
Perempuan masih ingin merasakan hubunÂgan seks lebih lama sementara suaminya suÂdah tidak kuat lagi.
Perempuan sangat berhasrat melakukan hubungan seks terhadap suaminya, tetapi amat berat menyampaikan hasrat itu kepaÂdanya.
Perempuan lebih suka tinggal di rumah.
Bandingkan juga dengan Kitab Kejadian/3:15 yang sering dianggap sebagai
the protoevanÂgelium:
"Dan Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu (benihmu) dan keturunannya (benihnya); keturunannya (benihnya) akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya."