Nabi Ibrahim sesungguhnya Nabi paling beruntung karena anak keturunannya menjaÂdi Nabi dan sekaligus membawa agama dan kitab suci. Agama Yahudi, Nasrani, dan Islam sering disebut para orientalis dengan "
AbrahaÂmic Religion" (Agama anak cucu Nabi Ibrahim). Jika para penganut ketiga agama ini mendalaÂmi sejarah genetik agamanya masing-masing maka niscaya mereka akan kompak. Ketiga pembawa ajaran agama Samawi ini berasal dari satu nenek yang sama. Sangat ironis jika antara sesama penganut "
Abrahamic Religion" ini bermusuhan satu sama lain. Seharusnya mereka bersatu di dalam menghadapi gelomÂbang peradaban baru yang sangat menantang inti ajaran agama ini. Namun kenyataannya, dalam lintasan sejarah ketiga agama ini selalu berhadap-hadapan bahkan bermusuhan satu sama lain. Sejarah kelam pernah mencatat baÂgaimana antara penganut agama Yahudi dan Kristen pernah bunuh-bunuhan. Bagaimana dahsyatnya Perang Salib yang pernah berÂlangsung 250 tahun, antara penganut agama Kristen dan penganut agama Islam perang habis-habisan. Bagaimana Israel dan PalestiÂna sampai sekarang masih terus berlangsung peperangan secara sporadis, padahal mereka masih satu turunan genetik.
Pertarungan antara Israel yang sering menÂgusung bendera Yahudi dan penduduk PalesÂtina yang juga sering mengusung bendera IsÂlam terus saja berlangsung. Israel bagaikan tidak punya telinga untuk mendengarkan seÂruan badan-badan resmi dan tidak resmi inÂternasional agar menghentikan pembantaian dan pendudukannya ke tanah-tanah Palestina. "Perang Saudara" antara Israel dan Palestina jika diurut ke atas maka sesungguhnya meruÂpakan jejak persaingan dua ibu atau dua istri. Istri pertama, Sitti Sarah, dibela oleh kelomÂpok Yahudi-Israel dan istri kedua, Sitti Sarah, dibela oleh Muslim-Palestina. Kedua kelompok ini masing-masing mengklaim Yerusalem dan Palestina adalah tanah leluhur mereka. SebetÂulnya masing-masing memiliki kebenaran seÂbagai sama-sama anak cucu Nabi Ibrahim, tetapi kebenaran matril, dilihat dari perspektih hokum ketatanegaraan, Israel telah vertindak tidak adil terhadap muslim Palestina. Bukan hanya membantai penduduknay tetapi juga merampas tanah dan kekayaan alamnya.
Bayangkan, wilayah Hamas memiliki benÂtangan pantai cukup panjang tetapi mereka tidak diperbolehkan mengaksesnya karena suÂdah dipagar dengan tembok tinggi. Wilayah-wilayah perbatasan, termasuk wilayah pantai semua sudah dikuasai oleh Israel. Bukti autenÂtik bahwa Palestina pernah memiliki luas lahÂan sekitar 80% di negerinya tetapi kini terbalik, wilayahnya tersisa hanya sekitar 20%. Itu pun sudah berdiri tembok-tembok tinggi pertanÂda di bawah penguasaan Israel. Sejarah keÂmanusiaan seperti ini seharusnya tidak boleh lagi terulang di dalam sejarah umat manusia. Agama yang seharusnya mengangkat martaÂbat kemanusiaan berganti sebagai kekuatan penindas.