Mitos Hawa sebagai pelengkap hasrat keÂinginan Adam mengesankan perempuan seÂbagai subordinasi laki-laki. Dalam literatur YaÂhudi, sebagaimana digambarkan dalam Kitab Midras, dijelaskan perbedaan asal-usul laki-laki (Adam) dan perempuan (Hawa). Laki-laki diciptakan dalam perspektif intelektual (hokÂmah) dan perempuan diciptakan dalam persÂpektif instink (binah). Jika diperhatikan secara cermat beberapa pernyataan dalam Bible, misÂalnya dalam Kitab Kejadian yang terdiri atas 50 bab dan 1532 pasal, jelas menarasikan poÂsisi dan kedudukan perempuan sangat timpaÂng dibanding kedudukan laki-laki. Kitab-kitab suci pada umumnya dari satu sisi mengakui dan memuji perempuan tetapi pada sisi lain memberikan statmen yang kurang mengunÂtungkan bagi kaum perempuan. Apalagi jika di baca dalam perspektif konteks masyarakat modern.
Mitos-mitos misoginis kelihatannya masih sulit digeser di dalam masyarakat karena sebagian bersumber dari pernyataan kitab suci yang dipahami secara tekstual di dalam masyarakat. Pemahaman secara kontekstual pasal-pasal kitab suci yang cenderung memoÂjokkan perempuan perlu ditafsirkan ulang sesÂuai dengan konteks masyarakat modern yang menjunjung tiggi prinsip-prinsip kesetaraan, kesamaan, dan keadilan. Sepanjang hal ini belum dilakukan amat sulit membersihkan miÂtos-mitos negatif terhadap perempuan.
Persoalan ini menjadi sangat fundamenÂtal karena tersurat di dalam Kitab Suci yang harus diyakini oleh pemeluknya. Beberapa miÂtos yang dapat dinilai destruktif tetap lestari hingga sekarang karena dianggap sebagai bagian dari doktrin agama. Problem teologis seperti ini menjadi hambatan terberat kaum feminis. Carmody mengungkapkan, sejumlah mitos tidak dapat ditolak karena sudah menÂjadi bagian dari kepercayaan berbagai agama, misalnya tidak bisa menolak mitos di sekiÂtar Mary (Maryam) tanpa melepaskan keperÂcayaan, karena dalam kepercayaan Kristen, cerita tentang Jesus dan Mary dianggap sebaÂgai non-mythological aspects.
Di dalam al-Qur'an, tidak dijumpai suatu ayat secara eksplisit menyebutkan cerita tenÂtang asal-usul dan motif penciptaan peremÂpuan sebagai pelengkap laki-laki. Hanya ada sejumlah kisah Israiliyat sering muncul sebaÂgai penafsir terhadap ayat-ayat tertentu. NaÂmun menurut Muhammad Rashid dalam Tafsir Al-Manar, Ridla mengesankan bahwa tradisi pemahaman yang mempersepsikan Hawa dari tulang rusuk kiri Adam, bukan bersumber dari Al-Qur'an tetapi pengaruh ajaran Kitab Suci sebelumnya, "Seandainya tidak tercantum kiÂsah kejadian Adam dan Hawa dalam Kitab Taurat niscaya pendapat yang keliru tidak perÂnah terlintas dalam benak seorang muslim".