Dari kedua ayat tersebut dapat dilihat sumÂber kejadian Adam dan Hawa yang secara substantial berbeda. Adam dari tanah dan Hawa dari manusia (Adam). Jika benar Hawa berasal dari tulang rusuk Nabi Adam berarti Hawa bersumber dari sesuatu yang suci dan sakral, dari anggota badan Adam yang perÂnah menjadi obyek sujud para malaikat dan jin. Bandingkan dengan asal-usul laki-laki dari tanah tembikar yang membuat iblis tidak mau sujud kepada Adam, karena secara substansi api yang menjadi substansi kejadian Iblis lebih mulia daripada tanah.
Meskipun manusia kedua (Hawa dikaitÂkan dengan jatuhnya anak manusia ke bumi). Awalnya ketika Adam diciptakan sendirian di surga, kemudian ia diciptakan pasangannya dari dirinya sendiri. Dalam riwayat-riwayat IsÂrailiyyat, diceritakan Adam merasa tidak nyaÂman sendirian. Ia sepertinya membutuhkan sesuatu tetapi ia tidak tahu apa yang dibutuhÂkan. Akhirnya ia diminta tidur. Pada saat tertiÂdur terjadi proses "
cloning", Hawa diciptakan dari tulang rusuk bengkok sebelah kiri paling bawah. Setelah selesai Adam diminta membuÂka matanya lalu ia menemukan Hawa di sebeÂlahnya, kemudian ia dikawinkan dengannya.
Selama di surga, keduanya bebas menikmaÂti apa saja: "Hai Adam diamilah kamu dan isÂterimu di surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim". (Q.S. al- Baqarah/2:365). Persoalan mulai muncul keÂtika Iblis selalu datang menggoda keduanya (Q.S. al-A'raf/7:20). Dramatisasi godaan setan atau iblis mencapai puncaknya ketika mereka berhasil mendekati sang isteri tercinta, Hawa (Q.S. al-A'raf/7:22). Akibatnya, keduanya diÂjatuhkan dari langit kebahagian ke bumi pendÂeritaan (Q.S.al-Baqarah/2:36).
Kisah kejatuhan manusia ke bumi, para teÂolog banyak menyalahkan Hawa. Dalam Kitab Perjanjian Lama dijelaskan lebih gambelang, kuhususnya dalam Kitab Kejadian (3:12): "MaÂnusia itu menjawab: "Perempuan yang Kau tempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan". Sebagai sanksi terhadap kesalahan peremÂpuan itu maka kepadanya dijatuhkan sanksi sebagaimana disebutkan dalam Kitab KejaÂdian 3:16: "FirmanNya kepada perempuan itu: Susah payahmu waktu mengandung akan kubuat sangat banyak; dengan kesakitan engÂkau akan melahirkan anakmu; namun engkau akan berahi kepada suamimu dan ia akan berkuasa atasmu".
Perlu diingat bahwa jatuhnya manusia ke bumi membawa hikmah besar. Seandainya Adam dan Hawa tidak turun ke bumi maka kita semuanya tidak ada, karena surga bukan tempat untuk melahirkan. Kita boleh memojokÂkan Hawa tetapi kita juga perlu berterima kasih kepadanya karena tanpa Hawa maka tidak mungkin kita ada. Jangan pernah memojokÂkan perempuan secara teologis karena ulah Hawa seperti faham Missoginisme. Memang perempuan yang membumikan tetapi peremÂpuan juga yang melangitkan manusia melalui Maryam, sebagaimana dapat dilihat dalam arÂtikel mendatang.