Ormas Islam & Kelompok Radikal (29)

Etika Suksesi Dalam Islam

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/nasaruddin-umar-5'>NASARUDDIN UMAR</a>
OLEH: NASARUDDIN UMAR
  • Senin, 13 Agustus 2018, 10:32 WIB
Etika Suksesi Dalam Islam
Nasaruddin Umar/Net
PEMILUKADA baru saja berlangsung dengan baik. Tahun depan bangsa ini akan melakukan pemili­han Presiden dan anggota legislatif. Sebagai bangsa yang dipadati oleh umat Is­lam, ada baiknya kita mem­perhatikan etika dan akhlak suksesi di dalam lintasan sejarah dunia Islam. Meskipun Islam tidak membakukan sebuah sistem suksesi kepemimpinan, tetapi terdapat sejumlah ayat dan hadis dapat dianggap se­bagai panduan moral di dalam melaksanakan suksesi kepemimpinan.

Mengapa urusan suksesi yang sedemikian penting tidak diatur secara rinci di dalam Al- Qur’an dan hadis? Nabi pun sepertinya eng­gan membicarakan urusan suksesi. Tidak heran kalau urusan suksesi selalu menjadi isu kontemporer di dalam Islam. Mengapa hal yang sepenting ini tidak mendapatkan perhatian khusus di dalam Islam? Apakah ini pertanda Islam membuka diri untuk memberi­kan pengakuan kepada berbagai pola suksesi yang hidup di dalam setiap masyarakat? Atau konsep akhlak berpolitik secara holistik sudah dianggap cukup dijadikan pedoman suksesi? Kenyataan dalam lintasan sejarah dunia Is­lam, pola suksesi tidak pernah seragam, mulai pada masa Nabi dan Sahabat sampai seka­rang.

Proses pergantian kepemimpinan Nabi mela­lui musyawarah terbuka, dihadiri seluruh kom­ponen, baik komponen-komponen golongan Anshar maupun Muhajirin. Pergantian Abu Ba­kar melalui wasiyat meskipun tidak mengikat. Pergantian Umar melalui formatur. Pergantian Utsman melalui formatur terbatas. Pergantian Ali melalui pengambil alihan. Suksesi-sukse­si selanjutnya kembali lagi seperti pra Islam, suksesi kepemimpinan dilakukan secara turun temurun, baik oleh dinasti Mu'awiyah maupun dinasti Abbasiyah. Suksesi secara demokrasi sejati di dalam dunia Islam diawali dalam era Presiden SBY di Indonesia, di mana seluruh rakyat melakukan pemilihan umum memilih secara langsung kepala negaranya.

Al-Qur'an tidak memberikan penjelasan tentang tata cara penentuan pemilihan, dan penetapan pemimpin umat atau kepala pe­merintahan. Rasulullah sendiri juga tidak per­nah memberikan wasiat atau petunjuk tentang proses pergantian kepemimpinan di dalam Islam. Sampai saat-saat terakhir kehidupan­nya pun tidak memberikan stetmen politik. Ini semua pertanda bahwa urusan suksesi ada­lah urusan kontemporer duniawi, yang dapat dilakukan dan dipilih sendiri oleh masyarakat dan umat berdasarkan kebutuhan obyektifnya. Islam hanya menggariskan musyawarah jalur terbaik dalam menyelesaikan segala hal.

Tidak mamadainya ayat-ayat Al-Qur'an membicarakan soal hidup kemasyaraka­tan umat, termasuk politik suksesi, menurut Prof. Harun Nasution, itu banyak hikmahnya. Dia antaranya masyarakat selalu dinamis dan senantiasa mengalami perubahan dan berkembang mengikuti peredaran zaman. Jika peraturan dan hukum absolut yang meng­atur masarakat berjumlah banyak lagi terper­inci maka dinamika masyarakat yang dia­tur oleh sistem peraturan dan hukum absolut tentu akan menjadi terikat. Dengan lain kata perkembangan masyarakat akan menjadi ter­hambat.

Dinamika masyarakat menghendaki agar ayat-ayat yang mengatur masyarakat jum­lahnya sedikit agar lebih supel mengadapta­sikan diri dengan zaman. Di sinilah terletak hikmah mengapa ayat-ayat Al-Qur'an tidak banyak membicarakan soal-soal hidup ke­masyarakatan manusia. Tuhan lebih banyak menyerahkan urusan kontemporernya kepa­da puncak-puncak pemikiran manusia untuk mengaturnya. Tuhan cukup hanya memberi­kan pokok-pokok ajaran di dalam al-Qur'an. Pokok-pokok ajaran atau ajaran dasar inilah nanti yang akan memandu kecerdasan lokal masyarakat di dalam mengatur urusan ke­duniawiannya masing-masing. Kita selalu ber­harap agar umat Islam tetap berpegang teguh terhadap ajaran dasar itu di dalam menempuh suksesi kepemimpinan di dalam seluruh lini kehidupan. 

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA