Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Mangkrak, Lahan Untuk Waduk Lebak Bulus Jadi Tempat Sampah

Juga Pembuangan Puing Dan Tanah

Kamis, 28 Juni 2018, 10:22 WIB
Mangkrak, Lahan Untuk Waduk Lebak Bulus Jadi Tempat Sampah
Foto/Net
rmol news logo Pembangunan Waduk Lebak Bulus, Jakarta Selatan jalan di tempat. Pembebasan lahan jadi kendala utama untuk meneruskan proyek tersebut.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Lahan bakal Waduk Lebak Bulus berada di wilayah RT 14, RW 4, Kelurahan Cilandak Barat, Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan. Dari pengama­tan, tak mudah mencapai lahan bakal lokasi waduk. Soalnya, letaknya tidak berada di jalan besar yang bisa dilalui kendaraan roda empat.

Untuk sampai ke tujuan, mesti melewati gang-gang sempit yang hanya cukup dilewati satu orang dan cukup licin. Perjalanan berlanjut hingga keluar gang. Begitu keluar, lahan yang akan dibebaskan langsung terlihat.

Sebuah papan bertuliskan 'Tanah Negara' juga tampak berdiri kokoh di sejumlah lahan. Tak jauh dari itu, terlihat pagar besi jenis british reinforced concrete (BRC) mengelilingi sebidang tanah kosong. Lahan kosong itu terletak tepat di sebelah Masjid Darul Ihsan.

Di sekitar lahan, tampak juga berdiri bedeng-bedeng yang digunakan para pengepul barang bekas. Mirip lokasi bakal lahan waduk lain di Jakarta, lahan tersebut dibelah aliran sungai yang disebut warga sekitar sebagai Kali Grogol.

Mizan, salah seorang warga sekitar mengatakan, dulunya lahan tersebut merupakan arealpersawahan. Lahan tersebut, lanjut marbot Masjid Darul Ihsan itu, lebih rendah dari bangunan-bangunan yang berada sekitarnya.

Dia pun mengaku wacana pembangunan Waduk Lebak Bulus kerap didengarnya. Namun, hingga saat ini pembangunan tak kunjung dimulai. Padahal, dirinya telah berulang kali melihat pegawai Pemprov DKI meninjau lahan tersebut.

"Saya sering lihat dulu. Tapi, sekarang ini sudah tidak ada lagi yang menjenguk," kata pria yang telah menjadi marbot selama 12 tahun itu.

Dia mengatakan, beberapa tahun belakangan ini, lahan yang dulunya membentuk cekungan tersebut justru dimanfaatkan untuk membuang tanah, puing-puing dan sampah. Akibatnya, dia dan warga sekitar sempat mengira lahan tersebut tak jadi dibangun waduk, melainkan ban­gunan perumahan atau ruko.

"Waduk kan digali, ini malah diuruk sekitar dua meteran. Warga mikirnya nggak jadi dibuat waduk, tapi ruko," ujar Mizan.

Lebih lanjut Mizan mengatakan, warga sebenarnya su­dah bersedia bila masjid yang berada di lokasi bakal lahan waduk itu dipindahkan. Saat itu, pemimpin masjid, Haji Mansyur memang mengungkapkan kes­ediaan warga soal pemindahan masjid demi pengerjaan proyek waduk.

Ditemui terpisah, Ketua RT 14, RW 4, Kelurahan Cilandak Barat Ahmadi membenarkan perihal pembuangan sampah dan pengurukan tersebut. Namun, pihaknya tidak mengetahui siapa yang melakukannya.

"Saya nggak tau siapa itu yang membuang sampah dan tanah urukan. Tapi, bukan dari Pemprov DKI,"  sebut Ahmadi.

Dia mengaku telah meminta warga untuk berjaga di sekitar lokasi agar pengurukan tak terus menerus terjadi. Menurut dia, tahun lalu pengurukan tersebut sudah berhasil dihentikan.

Sebelummya, lanjut Ahmadi, sejumlah perwakilan Pemprov DKI pun sudah cukup sering datang dan meminta izin kepa­danya untuk melakukan penin­jauan di bakal lahan tersebut. "Ya, dulu mah sering datang. Minta izin waktu mau ninjau," ucapnya.

Perlu Tiga Hektare, Baru Ada Separuhnya

Ketua RW 4 Kelurahan Cilandak Barat, Mursyid menyerahkan sepenuhnya keberlangsungan rencana pembangunan Waduk Lebak Bulus kepada Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta.

Meski demikian, dia mengaku prihatin dengan kondisi kawasan yang telah lama mangkrak terse­but. "Terserah lahan itu (bakal Waduk Lebak Bulus) mau untuk apa. Yang penting wilayah kami tidak kusut,"  ujar Mursyid.

Dia juga tak ingin memaksa pemerintah membangun waduk. Karena menurut dia, masalah banjir di sana telah teratasi oleh pengerukan kali yang telah dilakukan sebelumnya.

"Kami nggak memaksakan harus dibangunwaduk. Kan bagus kalau dibangun taman. Yang penting, daerah kami itu rapi," tuturnya.

Menurut Mursyid, pembangu­nan waduk belum juga dimulai karena terkendala pembebasan lahan. Dia bilang, sudah ada sekitar 1,5 hektaree lahan yang dibebaskan dari rencana sekitar tiga hektare.

"Saya sudah bilang, kenapa tidak dimanfaatkan saja lahan yang sudah ada. Kalaupun mau melakukan pembebasan lahan, di sana tidak terlalu banyak warga yang tinggal. Kalau tidak dibangun, lingkungan itu jadi kusut. Saya sudah pernah bilang ke Pak Anies," ujarnya.

Kembali ke belakang, Mursyid menjelaskan bahwa rencana pembangunan waduk Lebak Bulus bermula ketika Jakarta mengalami banjir besar tahun 2005.

Saat banjir bandang terjadi, warga Lebak Bulus yang juga terkena imbas banjir, meminta pemerintah membangun sebuah waduk untuk mencegah banjir datang kembali.

Pembangunan Waduk Lebak Bulus kemudian masuk dalam salah satu amanat Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) DKI 2030 Ditjen Sumber Daya Air (SDA) Kemen PU untuk Pemprov DKI, yang dikeluarkan tahun 2013.

Saat itu rencananya, ada 11 waduk baru sampai 2030 dan ada 14 situ yang perlu ditata. Saat itu tugas dibebankan ke­pada Dinas Pekerjaan Umum DKI yang sekarang telah ber­ganti nama menjadi Dinas Tata Air DKI.

Kilas Balik
Mayoritas Proyek Waduk Mangkrak

Terkendala Pembebasan Lahan

Masalah klasik pembebasan lahan selalu menghantui proyek infrastruktur. Permasalahan tersebut pun terjadi dalam proyek pembangunan sejumlah waduk di DKI Jakarta.

Selain sulitnya pembebasan la­han di Waduk Lebak Bulus, ken­dala serupa juga ditemui di bakal lokasi Waduk Pondok Ranggon dan Giri Kencana di Jakarta Timur, hingga Waduk Brigif di Cipedak, Jakarta Selatan.

Tiga tempat di Kelurahan Pondok Ranggon, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur, dijadi­kan tempat pembuatan waduk untuk mencegah banjir. Waduk Pondok Ranggon I, Pondok Ranggon II dan Waduk Pondok Ranggon III.

Waduk Pondok Ranggon I, jadi waduk pertama yang mulai dibangun. Peresmian pembangunan dilakukan pada 2014. Empat tahun berselang, lokasi yang seharusnya dijadi­kan Waduk Pondok Ranggon I, malah berubah jadi hutan. Di sisi lainnya, lahan ditanami tanaman perkebunan oleh warga.

Agus, salah seorang warga di sekitar lokasi bakal Waduk Pondok Ranggon mengaku tahu bahwa tempat itu sedianya akan dijadikan waduk oleh Pemprov DKI Jakarta. Namun, kata dia, pembangunan telah terhenti selama beberapa tahun.

Mamat, warga Pondok Ranggon lainnya mengatakan, sudahempat tahun terakhir ini tidak ada tanda-tanda kelanjutan pembangunan waduk. Padahal, warga sangat berharap pembangunannya cepat selesai.

"Warga sini sih sudah mengkhayal punya tempat rekreasi, cuma malah nggak jadi-jadi. Katanya mau menyelesaikan masalah banjir di Jakarta," katanya.

Menurutnya, harapan warga itu karena sebelumnya beredar kabar waduk akan dilengkapi sarana olahraga dan taman. Terlebih, beberapa warga juga sudah melihat gambar pemban­gunan waduk tersebut dengan berbagai fasilitasnya. "Cuma sekarang waduknya nggak dia­pa-apain, cuma dibiarkan begini saja," ujarnya.

Atas kondisi itu, Mamat juga berharap agar pembangunan segara dilanjutkan. Karena dia khawatir jika dibiarkan akan membahayakan anak-anak. Terutama pada lahan yang ter­dapat airnya yang sebelumnya pernah dikeruk.

"Kedalamannya sampai tiga meter. Makanya kami berharap pembangunan waduk segera dilanjutkan,"  harapnya.

Sementara untuk Waduk Brigif, rencananya pun telah di­canangkan sejak 2013. Jauhari, warga sekitar lahan Waduk Brigif mengatakan, tempat tinggalnya telah dibebaskan. Namun seka­rang, lokasi bekas rumahnya malah sudah jadi kubangan.

Katanya lagi, hingga saat inibelum ada kejelasan kapan pembangunan akan dilanjutkan. Sementara, lanjutnya, warga masih terus menunggu proses tersebut. Saat ini, warga sudah rela lahannya dibebaskan untuk pembangunan waduk.

"Baru-baru ini sempat diukur-ukur, dan sudah beberapa yang dibayar, tapi belum ada kelanjutan apa-apa. Kalau nggak salah BPN November 2017 baru ngukur lagi. Sebelumnya memang sempat dikeruk, sempat alat berat masuk empat unit,"  terangnya belum lama ini.

Dia menegaskan, tak ada lagi warga yang tidak mau lahannya dibebaskan. Semua warga sudah sepakat. Hanya saja, tambahnya, Pemprov belum terlihat bergerak untuk segera menyelesaikan pembangunan.

"Dulu iya warga nggak sepa­kat, kalau sekarang kan sudah setuju semua. Kalau biaya pem­bebasan lahan memang belum beres semua dari ratusan KK yang kena," bebernya.

Sementara, setelah sempat mangkrak, perkembangan positif tampak diproyek Waduk Giri Kencana, Cilangkap, Jakarta Timur, beberapa waktu lalu. Menurut Pengawas Proyek Waduk Giri Kencana Wahyu Santoso Mulyadi, pembangunan tetap berlangsung paralel dengan pembebasan lahan.

"Sambil jalan pembebasan lahan, sambil dikerjakan. Anggarannya pun sudah ada. Progresnya juga tiap saat kita lapor­kan," terang Wahyu, kepada Rakyat Merdeka. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA