Minggu sore (24/6), ribuan penumpang terus memadati terÂminal terbesar di Jawa Tengah ini. Mereka duduk santai di puluhan kursi yang tersedia. Tapi, sebagian besar penumpang duduk di lantai yang cukup bersih karena tempat duduk terbatas.
Mereka betah berlama-lama di ruang tunggu sembari menunggu bus, karena suasananya cuÂkup nyaman dengan hembusan pendingin ruangan. "Mau balik ke Yogya," ujar Susilo, salah seorang penumpang.
Di Terminal Tirtonadi, keÂberangkatan penumpang dibagi dua tempat. Timur dengan tujuan kota-kota di kawasan Jawa Timur, dan barat dengan tujuan kota di Yogyakarta, Jawa Barat, DKI Jakarta serta Pulau Sumatera.
Mayoritas penumpang berÂkumpul di ruang tunggu terminal sebelah barat. Bagi penumpang yang menunggu di terminal, tidak perlu repot-repot bila ingin sesuatu karena fasilitas termiÂnal terbilang lengkap. Mulai masjid, ATM, ruang menyusui, ruang tunggu berpendingin ruangan, ratusan kios makanan, tempat penjualan tiket hingga sky bridge yang menghubungÂkan ke Stasiun Solo Balapan. "Alhamdulilah sekarang fasilitas terminal lengkap dan aman. Juga tidak ada calo yang menawarkan tiket bus secara paksa," ucap Susilo kembali.
Di pintu kedatangan penumpÂang di sisi utara juga tersedia pintu detector logam untuk mencegah penumpang membawa barang-barang berbahaya. Sayangnya, pintu tersebut belum difungsikan, sehingga seluruh penumpang yang datang tidak melewati pintu tersebut. "Masih belum difungÂsikan karena menunggu protap keamanan dari Kemenhub," ujar salah seorang petugas yang engÂgan disebutkan namanya.
Direktur Prasarana Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Wahyuningrum mengatakan, alat metal detector belum akan dioptimalkan dalam waktu dekat. Sebab, kata dia, masih perlu sosialisasi dahulu kepada masyarakat agar mereka yang berada di terminal mengerti tenÂtang adanya fasilitas keamanan tersebut. "Agar masyarakat tahu. Ketika mereka tahu, maka semuanya akan berjalan dengan lancar," ujar Wahyuningrum.
Menurut Wahyuningrum, fasilitas metal detector yang berada di Terminal Tirtonadi merupakan langkah pemerintah dalam memberikan rasa aman bagi masyarakat. "Fasilitas sama dengan di bandara, ini menjadi bukti pemerintah hadir melayani masyarakat," tandasnya.
Wahyuningrum mengataÂkan, penambahan metal detecÂtor menunjukkan Kemenhub tak membeda-bedakan antara orang yang membeli tiket bus dan tiket pesawat. "Semuanya akan mendapat perlakuan yang sama, terkait sisi pengamanan," tandasnya.
Ke depan, kata dia, terminal yang pelayanannya diindikasiÂkan sebagai sibuk, maka akan disediakan pengamanan tamÂbahan, termasuk metal detector. "Terminal ini termasuk sibuk, maka pengamanan ekstra harus dilakukan," tegasnya.
Selain itu, selama arus balik, pengelola terminal juga memÂbuat program nonton bareng (nobar) Piala Dunia selama sebulan penuh. Tujuannya, agar masyarakat yang menunggu keberangkatan bus tidak mengalami kejenuhan.
Sesaat sebelum pertandingan dimulai, pengelola terminal telah menyiapkan proyektor dan kain putih berukuran besar. Tak lama kemudian, mulai berbondong-bondong datang baik penumpang, tukang ojek, petugas terÂminal hingga sopir bus berbaur menjadi satu di kawasan selasar terminal sisi timur.
Aneka snack dan makanan ringan hingga air minum diseÂdiakan untuk peserta nobar itu. Hal itu membuat peserta nobar kerasan dan berdatangan meÂnyaksikan setiap laga dalam fase penyisihan grup ini.
Kepala Terminal Tipe A Tirtonadi, Joko Sutriyanto mengatakan, nobar Piala Dunia 2018 digelar untuk memfasilitasi dan memberikan kenyamanan kepada pemudik yang akan kemÂbali ke kota tujuan. "Mereka bisa melepas lelah dan istirahat, nonÂton bola sambil makan makanan ringan di sini," kata Joko.
Menurut Joko, nobar mulai digelar sejak laga pembukaan Piala Dunia 2018 yang mempertemukan Rusia melawan Arab Saudi pada 14 Juni 2018 hingga berakhirnya pagelaran ini. "Banyak penumpÂang dan sopir bus yang bilang terhibur dan mendukung fasilitas yang kami berikan," klaim dia.
Selain itu, kata Joko, penumpÂang bisa konsultasi kesehatan atau meminta obat di posko kesehatan yang telah disiapkan.
Joko berharap, segala benÂtuk pelayanan yang diberikan oleh terminal Tirtonadi dapat menjadi pengalaman baik bagi masyarakat yang pernah mengÂinjakkan kaki di Terminal Tipe A Tirtonadi.
Terkait puncak arus balik dari Terminal Tirtonadi, Joko menÂjelaskan, sudah terjadi sejak hari Selasa (19/6) sebanyak 32.105 penumpang.
Tenda Khusus Copet Tak Pernah Absen Sejak 2014
Kepala Terminal Tirtonadi Joko Sutriyanto bersyukur, selama arus mudik dan balik Lebaran 2018, tidak terjadi peristiwa kejahatan sedikitÂpun. "Kalaupun ada, akan kaÂmi tempatkan di tenda khusus copet yang didirikan sejak tahun 2014," ancamnya.
Demi menjamin rasa aman pemudik, Joko mengaku dibantu petugas kepolisian dan TNI sebanyak 25 personel. "Mereka selesai bertugas sejak Sabtu (23/6), karena arus balik telah selesai," ucapnya.
Lebih lanjut, kata Joko, selama mengakses terminal, seluruh penumpang tidak dipungut biaya sepeser pun karena seluruh biaya sudah ditanggung negara. Sebab, kata dia, Terminal Tirtonadi murni pelayanan kepada masyarakat.
Kendati demikian, dia tidak memungkiri biaya yang diberikan kepada negara kaÂdang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan operaÂsional dengan jumlah petugas mencapai 150 orang. "Kami bayar listrik saja habis Rp 100 juta setiap bulan. Belum yang lain," tandasnya.
Tapi hal itu, lanjut Joko, tidak menjadi masalah besar karena memang sejak awal terminal ini tidak mencari untung besar dan hanya fokus kepada pelayanan.
Salah seorang pemudik, Toni mengaku cukup terhibur dengan adanya nobar Piala dunia di terminal. "Enggak bosen menunggu bus, lagi puÂla Piala Dunia pertandingan penting dan bersejarah," ujar warga Sragen yang hendak balik ke Jakarta Barat ini.
Apalagi, ucap pria berumur 50 tahun ini, banyak tersedia makanan ringan sehingga cuÂkup membuat kenyang.
Kilas Balik
Ada Yang Balik Setelah Pilkada Digelar
Terminal Tipe A Tirtonadi, Solo, menjadi salah satu tujuan pemudik selama arus mudik dan balik Lebaran 2018.
Terminal yang menjadi proyek percontohan nasional bagi terÂminal-terminal di daerah ini, memiliki luas 5 hektare, ramÂpung dengan anggaran Rp 161 miliar.
Hasilnya, terminal peningÂgalan bekas Wali Kota Solo, Joko Widodo ini mampu meÂnampung 20 ribu penumpang di terminal barat, tengah dan timur. Dengan fasilitas ruang tunggu ber-AC, toilet gratis dan tempat ibadah nyaman. Khusus kapasÂtitas parkir bus bisa menampung 75 bus, termasuk ruang istirahat kru bus.
Mulai Januari 2017, andil pemerintah pusat terhadap penÂgelolaan terminal tipe A semakin besar. Sesuai dengan amanah Undang-Undang 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan, pemerintah pusat menarik pengelolaan jembatan timbang dan terminal tipe A dari daerah ke pemerintah pusat.
Selama arus balik Lebaran tercatat, sebanyak 236.100 penumpang berangkat melalui Terminal Tirtonadi Surakarta mulai tanggal 16-24 Juni 2018.
Sementara itu, Kepala Bagian Penerangan Satuan Divisi Humas Polri Kombes Yusri Yunus menyatakan, jumlah kecelakaan lalu lintas yang terjadi selama 7-23 Juni 2018, atau saat Operasi Ketupat 2018, mencapai 1.921 kasus. "Turun 30 persen dibandingkan dengan Operasi Ramadniya tahun sebelumnya yang mencapai 2.745 kejadian," ujar Yusri.
Menurut Yusri, penurunan juga terjadi pada kasus kecelaÂkaan lalu lintas. Dia mencatat, sejak Operasi Ketupat 2018 dimulai hingga H+8 Lebaran 2018, kecelakaan lalu lintas meÂnyebabkan 454 korban tewas.
Tercatat menurun 34 persen dibandingkan jumlah korban tewas dalam kecelakaan lalu linÂtas di periode yang sama tahun 2017, yang mencapai 683 jiwa.
Yusri menambahkan, ada sebanyak 177 ribu personel gabungan TNI-Polri, Satpol PP, pemadam kebakaran dan jajaran instansi terkait yang disiagakan dalam operasi tersebut.
Selain itu, kata dia, Polri juga menyiapkan sebanyak 3.097 pos pengamanan di seluruh Indonesia selama pelaksanaan Operasi Ketupat 2018.
Lebih lanjut, menurut Yusri, pada H+8 Lebaran, terpantau ada peningkatan arus balik melalui Tol Jakarta-Cikampek menuju ke Jakarta sebanyak 66.279 kendaraan. Arus kendÂaraan itu berasal dari wilayah Jawa Barat dan Jawa Tengah.
"Arus balik pada H+8 terpanÂtau lalu lintas dari wilayah Jabar dan Jateng menuju Jakarta naik 33 persen dari kondisi normal," sebutnya.
Dia menambahkan, terjadi perlambatan kecepatan dan kemacetan di tol akibat telah beroperasinya truk-truk barang. Padahal hal itu masih dilarang.
"Kurang efektifnya sosialisasi Peraturan Menhub tentang penÂgaturan lalu lintas pada masa angkutan Lebaran," ujarnya.
Selain itu, kata Yusri, kurang tegasnya polantas di lapangan dalam melarang mobil barang beroperasi di tol mengakibatkan mobil-mobil barang sudah banyak yang lewat tol.
Terpisah, Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi menjelaskan, jumlah mobil yang melakukan perjalanan arus balik telah melebihi jumlah mobil yang tercatat saat perjalanan mudik Lebaran 2018.
Budi menjelaskan, berdasarÂkan data dari PT Jasa Marga, hingga H-1 Lebaran, ada seÂbanyak 1.349.000 kendaraan atau mobil yang melakukan perjalanan mudik. Sementara itu, dari H+1 hingga saat ini jumÂlah mobil itu tercatat sebanyak 1.356.000 kendaraan.
Artinya, jumlah mobil saat arus balik yang melalui gerbang tol yang dikelola Jasa Marga suÂdah melewati jumlah mobil yang melakukan mudik. ***