Ketatnya pengamanan di kompleks DPR sudah terlihat sejak pintu masuk. Ada tiga pintu masuk yang tersedia. Pintu masuk utama berada di Jalan Gatot Subroto, Jakarta yang hanya dikhususkan bagi kendÂaran roda empat atau lebih.
Sementara dua pintu lainnyaberada di bagian belakang kompleks DPR atau di dekat Lapangan Tembak, Senayan. Di pintu belakang sebelah kanan dikhususkan bagi kendaraan roda empat atau lebih, sedangÂkan pintu masuk dengan ukuran lebih kecil atau di sisi kiri untuk roda dua.
"Penjagaan kami perketat sejak aksi bom bunuh diri di tiga gereja di Surabaya," ujar Rinaldi, salah satu petugas Pamdal di Kompleks Senayan, Jakarta, Rabu (6/6).
Untuk pengamanan di jalur motor, terdapat dua lapis penjagaan. Penjagaan pertama diÂlakukan oleh beberapa Pamdal yang akan menanyakan tujuan pengunjung mendatangi gedung wakil rakyat. Bila mempunyai kartu pengenal yang dikeluarkan pihak Kesekjenan DPR, bisa langsung masuk ke dalam komÂpleks. Bila tidak punya, maka harus menukarkan kartu identitas diri berupa KTP atau SIM dengan kartu pengunjung yang dikeluarÂkan pihak Kesekjenan DPR.
Belum cukup, tidak jauh dari penjagaan pertama, giliran peÂmeriksaan barang-barang yang dibawa pengunjung. Di tempat ini dua petugas Pamdal akan meÂmeriksa secara detail isi di dalam tas. Petugas juga menempelkan alat deteksi metal detector ke tas. Setelah dinyatakan bebas dari barang-barang berbahaya, pengunjung baru diperbolehkan masuk ke dalam.
"Kami antisipasi saja, takutnya pengunjung membawa barang-barang yang membahayakan," ujar Rinaldi kembali.
Pemeriksaan ketat juga diÂlakukan bagi pengendara roda empat. Beberapa petugas Pamdal menyapa dengan ramah seluruh pengendara yang masuk. Setelah itu, pengemudi diminta untuk menghentikan mobil sejenak dan membuka bagasi mobil. Setelah diteliti sebentar dengan mengguÂnakan detector logam dan dinyaÂtakan bersih, baru diperbolehkan masuk lebih dalam.
"Kami juga meminta bantuan personel polisi untuk memperteÂbal pengamanan setelah ancaman teroris di Riau," ujar Rinaldi.
Kendati pihak Kesekjenan DPR telah meminta penambahan personel polisi, tapi tidak terlihat petugas kepolisian berjaga-jaga di pintu masuk di bagian belaÂkang. Mereka hanya berjaga-jaga di pintu masuk utama yang berada di Jalan Gatot Subroto, Jakarta, tanpa membawa senjata laras panjang.
"Pihak kepolisian lebih sering melakukan pengamanan dengan cara berkeliling ke seluruh komÂpleks DPR," kata dia.
Sementara, pengamanan di dalam Gedung DPR berjalan seperti biasa. Tidak ada pemeriksaan ketat terhadap seluruh pengunjung yang mengakses ke beberapa ruangan. Mereka hanya diminta untuk mengenakan data pengenal diri yang telah didapatkan di pintu masuk.
Namun, bila ingin mengakses ke ruang kerja anggota Dewan yang berada di Gedung Nusantara I DPR, pengunjung hanya diperbolehkan mengguÂnakan 4 lift yang tersedia untuk karyawan, PNS dan staf ahli.
Sementara, empat lift lainnya hanya bagi anggota Dewan yang disekat dengan menggunakan kaca. Sehingga, tidak sembarang orang bisa menggunakna lift ini karena dijaga ketat dua petugas Pamdal.
Sekretaris Jenderal DPR Indra Iskandar menambahkan, petuÂgas Pamdal agar memperhatiÂkan kedisiplinan anggotanya, meningkatkan pengamanan guna mencegah dan melindungi seluÂruh pejabat dan pegawai DPR dari ancaman dan kesempatan pelaku kejahatan. Mengingat, maraknya pemberitaan bahwa DPR menjadi salah satu lembaga sasaran ancaman terorisme.
"Pamdal jangan lalai dalam menjalankan tugas. Demi menÂjaga keamanan ke depannya kita akan menjalin kerjasama dengan pihak-pihak keamanan secara lebih serius," pesan Indra.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri, Brigadir Jenderal Mohammad Iqbal mengatakan, kepolisian akan memperketat pengamanan sejumlah objek vital termasuk kompleks Gedung DPR/MPR Senayan, Jakarta.
"Tapi, tidak dalam nuansa ketakutan karena kami yakin seluruh elemen masyarakat membantu polisi," ujar Iqbal dalam keteranganya.
Iqbal menyebut, ada beberaÂpa skema dalam memperketat pengamanan di gedung DPR, mulai dari penambahan jumlah personel polisi dan peningkatan strategi khusus pengamanan. "Yang tadinya patroli tiga kali daÂlam sehari, kami lipat gandakan menjadi enam kali," tandasnya.
Terkait pengamanan objek viÂtal di Jakarta, kata Iqbal, pihaknya akan bekerja sama dengan stakeholder yang ada, salah satunya meminta bantuan TNI. Pasalnya, tidak mungkin Polri mengamankan seluruh obyek vital yang ada. "Karena kami nggak bisa bekerja maksimal kalau sendiri," ucapnya.
Selain itu, Iqbal meminta setiapobjek vital menambah kamera CCTV dan satuan pengaÂmanan swakarsa di masyarakat. "Kami dorong beberapa elemen masyarakat seperti RT, RW untuk wake up agar lebih memberdayaÂkan masyarakat untuk menyamÂbangi masyarakatnya, mengenali semua warganya dan terus ronda keliling," pungkasnya.
Latar Belakang
3 Terduga Teroris Mau Ledakkan Gedung DPR
Tiga terduga teroris, masing-masing berinisial Z, D, dan K ditangkap tim gabungan Densus 88 Mabes Polri dan kepolisian di Gedung Gelanggang Mahasiswa, FISIP, Universitas Riau (Unri), Sabtu (2/6). Mereka diduga meÂnargetkan peledakan di Gedung DPR dan DPRD Provinsi Riau.
Kapolda Riau Irjen Nandang menyatakan, tiga terduga terÂoris merupakan alumni dari kampus Unri. Mereka adalah, tersangka berinisial D alumni Jurusan Administrasi Negara, K alumni tahun 2004 Jurusan Ilmu Komunikasi, dan Z alumni tahun 2005 Jurusan Pariwisata Fakultas ilmu Sosial dan Ilmu Politik. "Z mempelajari cara merakit bom leÂwat media sosial," kata Nandang dalam keterangannya.
Setelah itu, lanjut Nandang, Z lantas mengajak dua tersangka lainnya untuk melakukan aksi bom bunuh diri. "Mereka akan meledakÂkan empat bom yang sudah aktif di kantor DPRD Provinsi Riau dan kantor DPR," sebutnya.
Nandang menuturkan, jajaÂrannya mulai mendeteksi keÂberadaan terduga teroris sejak dua pekan sebelum melakukan penggerebekan.
"Polda Riau bersama dengan Densus 88 setelah mendapat cukup bukti, bermaksud melakuÂkan penggerebekan tersebut pada hari Jumat (1/6)," ucapnya.
Namun, lanjut Nandang, pengÂgerebekan urung dilakukan atas dasar beberapa pertimbangan, baru bisa dilakukan hari Sabtu. Sebelum melakukan penggerebeÂkan, kata Nandang, polisi terlebih dahulu mengumpulkan data terkait dengan siapa, bagaimana, dan bentuk aktivitas mencurigaÂkan di perguruan tinggi negeri terbesar di Riau tersebut.
"Setelah memperoleh data awal akurat, tentang siapa, baÂgaimana, akan lakukan apa, suÂdah diketahui sedari awal, baru digerebek," tegasnya.