Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Toko Ok Oce Didirikan Pakai Peti Kemas

Terhimpit Di Tengah Tempat Parkir Kantor

Sabtu, 13 Januari 2018, 13:18 WIB
Toko Ok Oce Didirikan Pakai Peti Kemas
Foto/Net
rmol news logo Program One Kecamatan, One Center for Entrepreneurship (OK OCE) menemui hambatan. Pasalnya, salah satu program unggulan Gubernur Jakarta Anies Baswedan-Wakil Gubernur Sandiaga Uno ini, dinilai tidak jelas maksud dan tujuannya.

Salah satu bentuk program OK-OCE adalah didirikannya OK-OCE Mart yang berlokasi di Jalan Cikajang, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Toko dibangun dengan konsep berbeda dengan minimarket yang ada selama ini. Sebab, toko dibangun meng­gunakan peti kemas yang sudah dimodifikasi khusus layaknya sebuah gerai.

Dinding yang berada di samping dan depan peti kemas telah diganti dengan kaca bening. Di bagian kacanya ditempel tulisan OK-OCE Mart. Sehingga, aneka makanan dan minuman yang dijual tampak dari luar.

"Toko ini sudah berdiri sejak April 2017. Pertama kali di Jakarta," ujar salah satu penjaga toko yang enggan disebutkan namanya.

Lokasi toko terhimpit di tengah-tengah halaman parkir sebuah kantor dua lantai. Praktis bila halaman parkir penuh dengan mobil, cukup sulit bagi pembeli memasuki toko warna orange dipadu hitam itu. Sebab, pintunya hanya bisa dibuka sebagian kecil karena terhalang bodi kendaraan.

Walhasil, tidak banyak warga yang memasuki toko seukuran 2x6 meter ini. "Setiap hari lebih dari 30 orang yang beli di sini," klaim wanita ini.

Hal itu berbanding terbalik dengan toko lain yang berada tak jauh dari toko tersebut. Beberapa pembeli hilir mudik memasuki toko yang juga menjual berbagai aneka makanan dan minuman ini. "Toko itu lebih dulu ada, jadi mungkin lebih ramai," ucapnya.

Masuk ke dalam toko Ok Oce, kondisinya penuh sesak dengan aneka makanan dan minuman di rak-rak yang ditempel di dinding kontainer. Di tengah-tengahnya juga ditempatkan rak berukuran cukup besar untuk menempatkan makanan itu.

Dengan banyaknya makanan yang disediakan di toko yang tidak terlalu luas itu, mengakibatkan ruang gerak pembeli cukup sulit. Sehingga, bila ada lebih dari dua pembeli akan cukup sulit untuk memilih makanan. Namun demikian, kondisi di dalamnya cukup sejuk karena dilengkapi pendingin ruangan, plafon dan dilapisi lantai kera­mik warna putih.

"Kalau bersih seperti ini, pem­beli betah berbelanja ke sini," ujar wanita berjilbab itu.

Barang, makanan dan minu­man yang dijual, tidak jauh beda dengan yang ada di minimarket. Seperti roti, air mineral, keripik, dan juga beberapa produk binaan dari OK-OCE mart.

"Harga yang kami jual lebih murah dari minimarket lainnya," klaim wanita itu.

Berdasarkan pengamatan, harga makanan dan minuman tidak jauh beda dengan harga di minimarket. Barang-barang yang dijual lebih murah justru lebih banyak berasal dari produk binaan toko tersebut. "Di Jakarta sudah ada 8 gerai OK –OCE mart," sebutnya.

Penjaga toko tersebut mengatakan, OK-OCE Mart yang berada di Jalan Cikajang, merupakan yang pertama di Jakarta dan dimiliki pengusaha Alex Asmasoebrata.

"Seluruh barang yang dijual di sini, didrop langsung oleh produsen, sehingga harganya lebih murah," ucapnya.

Wanita berumur 25 tahun ini, enggan mengungkapkan berapa omzet toko tersebut setiap harinya. Yang pasti, toko ini buka setiap hari mulai pukul 08.00 WIB-20.00 WIB. "Kalau soal itu, atasan yang tahu. Yang pasti untunglah, kalau rugi pasti gulung tikar," kata dia.

Menurut wanita berkaos kuning ini, Wagub Sandiaga ter­golong rajin mengontrol toko ini hampir setiap minggu.

"Biasanya sambil lari pagi dari rumahnya menuju Balaikota, Pak Sandi mampir sebentar ke sini," ceritanya.

Namun, kata dia, hampir satu bulan ini, Sandiaga sudah jarang mengontrol toko tersebut karena mungkin kesibukannya sebagai wakil gubernur cukup menyita waktunya. "Tapi nggak masalah, yang penting toko sudah berjalan dengan baik," tuturnya.

Sementara itu, Direktur Utama OK-OCE Mart, Lilies Noorlismanie mengklaim, beberapa produk yang dijual di dalam OK OCE Mart lebih murah dari harga jual mini market lainnya.

"Kami memang unggul soal harga, tapi banyak orang belum mengenal, sehingga memilih be­lanja di tempat lain," ujar Lilies.

Menurut Lilies, yang paling banyak berbelanja di OK OCE Mart di Jalan Cikajang mayori­tas relawan Anies Sandi. "Biasanya ngumpul sekalian belanja," kata dia.

Namun setelah kerja relawan tuntas dan beberapa dari mereka memilih membuka cabang OK OCE di wilayah lain, lanjutnya, OK OCE Mart di Jalan Cikajang menjadi lebih sepi pengunjung. Apalagi, minimarket ini sudahmenyebar rata di hampir semuawilayah administratif DKI Jakarta. Di Jakarta Selatan, selain di Cikajang, ada juga di Kalibata. Di Jakarta Timur ada yang terbesar di Rawamangun.

Di Jakarta Barat, ada di Puri Kembangan, dan di Jakarta Utara ada di Muara Karang. "Jadi dalam tiga minggu, minimaket sudah bisa didirikan dan lang­sung berjualan," tandasnya.

Lilies menargetkan, OK OCE mart bisa berdiri di 44 kecamatan di Jakarta. "Kalau sudah terpenuhi semua, baru kita cobatambah di tiap kelurahan," harapnya.

Lebih lanjut, kata Lilies, OK OCE Mart mulanya berdiri atas inisiatif sejumlah penderita lupus atau komunitas orang dengan lupus (Odapus). Mereka ingin menyalurkan produk-produk rumahan yang mereka buat.

"Ternyata banyak orang yang berminat membangun OK OCE Mart, yang menampung produk UMKM," kenangnya.

Sebelum membuat OK OCE Mart, Lilies mengaku bersama komunitasnya sudah mendirikan 212 Mother Store di Teluknaga, Tangerang, Banten. Konsep tersebut awalnya hendak dimasukkan ke Jakarta.

Namun, nama 212 dinilai terlalu sensitif sehingga dikhawatirkan dikait-kaitkan dengan Aksi Bela Islam 212. "Saya takut ke depannya malah salah nama dan jadi berantakan. Jadi kita pakai OK OCE Mart saja," tandasnya.

Lilies menambahkan, OK-OCE Mart menerapkan sistem kemitraan, sehingga siapa pun yang tertarik mendirikan toko bisa bergabung. "Cukup sedia­kan modal sebesar Rp 200 juta," ucapnya.

Dengan uang tersebut, lanjut dia, mitra mendapatkan satu unit pendingin ruangan, enam titik lampu LED, lima buah rak barang, satu unit meja kasir, satu unit exhaust, satu unit freezer es krim, satu unit kulkas, hingga satu unit signed.

Juga, satu set mesin kasir beserta software-nya, lantai keramik, dinding, plafon dengan peredam, pintu kaca sliding termasum kaca film, barang dagangan dan ongkos kirim. "Kontainer itu sudah lengkap, sudah dimodifikasi, termasuk ba­rang dagangannya," jelas Lilies.

Untuk syaratnya, dia men­jelaskan, memiliki lahan, memi­liki domisili, memiliki Surat Keterangan Usaha dari pihak kelurahan, NPWP, menandatan­gani akte kemitraan di notaris dan investasi sebesar Rp 200 juta. "Pemilik juga diwajibkan membeli barang dagangannya di distributor mother store 212," jelasnya.

Yang penting, lanjutnya, harga produk tersebut tidak boleh lebih mahal dari yang ditentukan pihak pengelola. "Harga tersam­bung ke server kita, sehingga tidak bisa diutak-atik," ujar Lilies.

Latar Belakang
Seperti Seminar Dan Hanya Cuap-cuap
Pelatihan OK OCE

OK OCE menjadi program ung­gulan Gubernur Jakarta Anies Baswedan-Wakil Gubernur Sandiaga Uno. Program terse­but bertujuan untuk mencetak wirausaha baru di ibukota agar dapat menjadi benchmark di daerah lain.

Ada beberapa fokus dari pro­gram tersebut. Pertama, pemberian modal dan pendampingan usaha. Kedua, pelatihan oleh pengusaha sukses, yaitu pemban­gunan SDM melalui pendampin­gan (mentoring). Ketiga, garansi inovasi bekerjasama dengan swasta. Keempat, lulusan SMK langsung dapat kerja. Kelima, kredit khusus untuk ibu-ibu.

Selain itu, program OK OCE juga akan membangun OK OCE Mart di 44 Pos Pengembangan Kewirausahaan Warga di setiap kecamatan melalui program One Kecamatan, One Center for Entrepreneurship (OK OCE) .

Belum genap setahun pro­gram tersebut dijalankan, su­dah mendapat kritik keras dari Anggota DPRD DKI Jakarta Nur Afni Sajim. Dia menilai, program pelatihan OK OCE aneh, karena pelatih hanya memberikan pelati­han secara lisan tanpa praktik.

"Ini pelatihan paling aneh yang pernah saya datangi. Pelatihan cuap-cuap," kritik Afni.

Menurut Afni, pelatihan yang digelar di tiap kecamatan itu, juga dinilai tidak siap. Pasalnya, dia menilai, peserta pelatihan direkrut secara asal-asalan oleh lurah. Akibatnya, banyak pe­serta tidak mengerti pelatihan yang mereka ikuti. "Jangan dipaksakan kalau tidak siap. Ini memalukan," kritiknya.

Politikus Demokrat ini mem­pertanyakan, apa yang dilakukan Pemprov DKI kepada para calon wirausaha setelah memberikan pelatihan. Sebab, Pemprov DKI tidak menyediakan lokasi se­mentara (loksem) ataupun lokasi binaan (lokbin) untuk peserta pelatihan berwirausaha.

Selain Dinas UMKM, kata dia, ada Dinas Perindustrian danEnergi serta Dinas Tenaga Kerja yang juga memberikan pelatihan dengan praktik. "Lebih baik mengalokasikan anggaran tersebut untuk kebutuhan lain," sarannya.

Selain itu, Nur menyinggung soal bunga pinjaman dari Bank DKI untuk peserta OK OCE yang lebih besar dibanding den­gan bunga pinjaman salah satu Bank swasta. "Pinjaman modal dari Bank DKI dengan bunga 13 persen? Lebih murah bunga dari salah satu bank swasta, 7 persen," tandasnya.

Kepala Dinas UMKM DKI Jakarta Irwandi mengakui, pelatihan yang dilakukan Suku Dinas UMKM setiap wilayah, memang hanya pelatihan lisan.S Sebab pelatihan yang lebih teknis dilakukan Dinas Perindustrian dan Energi serta Dinas Tenaga Kerja.

"Kami cuap-cuap, memberi­kan motivasi bagaimana orang bisa berdagang, bagaimana orang bisa berusaha dan menjadi pengusaha," jelasnya.

Irwandi mengatakan, program OK Oce telah dipersiapkan berdasarkan dasar hukum yang jelas dan telah diatur, yakni Instruksi Gubernur Nomor 152 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Oke Oce di Wilayah. "Kami se­dang mempersiapkan Peraturan Gubernur (Pergub) terkait OK Oce agar lebih detail," ucapnya.

Menurut Irwandi, pihaknya akan menempatkan empat pen­damping peserta OK OCE yang ada di tiap kecamatan. Setiap bu­lan, para pendamping peserta OK OCE menerima gaji Rp 3,6 juta.

Ia menambahkan, warga Jakarta bisa mengajukan diri langsung ke Dinas UMKM jika berminat menjadi pendamping peserta OK OCE. Namun, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi. Seperti, tingkat pendidikan minimal D3, juga harus menyertakan lamaran dan surat keterangan catatan ke­polisian (SKCK), KTP DKI.

"Pendamping itu bukan orang pintar, hanya menjaring peserta, memonitor peserta mengikuti pelatihan," jelasnya.

Selain itu, Irwandi menya­takan, tidak ada anggaran pem­berian modal untuk peserta OK OCE. Pihaknya hanya akan membantu peserta mendapatkan modal dengan cara memberikan rekomendasi ke bank untuk pe­serta OK OCE.

"Peserta bisa mengajukan bantuan modalkepada bank dan Lembaga Penyaluran Dana Bergulir (LPDB) dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah," ujarnya.

Nantinya, lanjut Irwandi, Dinas UMKM akan menentukan pengusaha mana yang layak dibantu modalnya. Pihaknya juga akan mencarikan bank yang memiliki skema peminja­man modal dengan bunga paling rendah. "Kalau yang usahanya bagus, kami rekomendasikan," pungkasnya. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA