Mobil Daihatsu Xenia ini, kondisinya memprihatinkan. Mobil buatan Jepang itu dibiarÂkan menganggur bertahun-tahun tanpa perawatan sama sekali.
Mobil warna biru itu diparkir rapi di sekitar warung maÂkan, tidak jauh dari Masjid Baiturrahman DPR. Saking banyaknya kendaraan yang terparkir, mengakibatkan jalan menyempit. Jalan yang semula selebar 6 meter, hanya tinggal 1,5 meter. Akibatnya, hanya cukup untuk kendaraan roda dua berpapasan.
"Mobil-mobil itu sudah diÂparkir sejak awal tahun 2016," ujar Hartono, Kepala Sub Bagian (Kasubag) Penatausahaan Barang Milik Negara (BMN) Kesekjenan DPR kepada
Rakyat Merdeka. Sebagian besar kendaraan sudah rusak parah. Kaca spion terlipat dan copot, lampu depan pecah, kap berdebu tebal dan dipenuhi dedaunan, hingga ban kempes. Jok mobil pun sebagian ada yang sobek dimakan usia.
Selain Xenia, juga ada beberÂapa bus berukuran kecil yang diÂparkir bercampur menjadi satu. Jarak antara mobil satu dan yang lain cukup sempit, sehingga cukup menyulitkan bila ingin memindahkan mobil tersebut ke lokasi lain. "Totalnya, ada 33 Daihatsu Xenia dan 5 microbus yang terparkir di sini," sebut Hartono kembali.
Tidak jauh dari mobdin itu juÂga teronggok dua sedan Peugeot dengan kondisi lebih mempriÂhatikan. Mobil bercat hitam itu kusam karena terpapar langsung guyuran air hujan dan sengatan matahari. Keempat rodanya juga kempis. Mirisnya lagi, mobil buatan Prancis itu tidak diÂlengkapi surat-surat kendaraan yang sah. "Mobil itu bantuan dari Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) tahun 2010. Belinya secara built up, langsung dari Prancis," ungkap dia.
Menurut Hartono, seluruh mobdin yang teronggok meruÂpakan bekas pejabat eselon tiga di Kesekjenan DPR. Sebab, mereka telah mendapat mobÂdin pengganti berjenis Toyota Innova. "Jadi, mobdin lama harÂus dikembalikan ke Sekretariat DPR," kata dia.
Pria yang mengenakan keÂmeja warna gelap ini menyebut, awalnya mobdin yang terongÂgok di belakang Komplek DPR berjumlah 41 unit, berjenis Daihatsu Xenia dan 6 unit miÂcrobus. Namun, saat dilakukan lelang bulan Juni 2016, 8 mobil Daihatsu telah laku terjual denÂgan harga limit Rp 48 juta, seÂmentara microbus hanya terjual satu seharga Rp 24 juta.
"Mobil lainnya tidak laku karenaterlalu mahal dan kondisinya banyak yang rusak," sebut dia.
Menurut Hartono, saat lelang pesertanya tidak terlalu banyak, hanya dua orang peminat per unit kendaraan yang ditawarkan. Bahkan, sebagian besar kendÂaraan itu tidak ada peminatnya sama sekali.
"Tapi lumayan, lelang tersebut menghasilkan uang ratusan juta ke kas negara," ucapnya.
Sebetulnya, lanjut Hartono, mobil yang laku saat lelang sebelumnya sebanyak 9 unit Daihatsu Xenia, namun peserta lelang digugurkan karena telat menyetorkan uang deposit ke panitia sebesar Rp 20 juta.
"Jadi, peserta mengirimkan uang secara mencicil. Nah saat melunasi cicilan kedua sebesar Rp 10 juta, ternyata sudah telat," sebutnya.
Walhasil, kata dia, mobil yang telah menjadi incaran tersebut dibatalkan oleh panitia. "Kami tegas kalau soal deposit. Kalau telat, ya gagal," tandasnya.
Karena tidak laku, menurut Hartono, seluruh mobil buatan tahun 2005 ini akan kembali dileÂlang pada pertengahan Januari 2018. Saat ini, masih proses appraisal (perkiraan) dari Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Kementerian Keuangan (Kemenkeu).
"Tapi harganya turun separÂuhnya. Mobil Daihatsu limitnya dibuka menjadi Rp 24 juta. Sementara mobil Peugeot dijual hanya Rp 5 juta dengan kondisi tidak ada surat-suratnya," urai Hartono.
Bagi masyarakat yang ingin mengikuti lelang, kata dia, harus menyerahkan uang deposit sebeÂsar Rp 10 juta ke KPKNL. "Tapi saat ini, penyetoran deposit belum dibuka karena tim dari Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang KPKNL belum menetapkan tanggal leÂlang," ujar Hartono.
Deposit yang diserahkan peÂserta lelang, kata Hartono, tidak akan hangus bila peserta tidak mendapat mobil yang menjadi incarannya. "Biasanya beberapa hari setelah lelang, uang deposit akan dikembalikan," ucapnya.
Biasanya, kata Hartono, dua minggu sebelum pelaksanaan lelang, masyarakat bisa menyetorkan deposit sambil melihat-lihat mobil yang akan dilelang. Saat ini, kata dia, sudah banyak orang yang tanya-tanya terkait pelaksanaan lelang, baik melalui telepon maupun datang langsung ke DPR.
"Kami ingin secepatnya dileÂlang agar mobil tidak semakin rusak, sehingga harganya terus turun," tandasnya.
Dia berharap, mobdin yang sudah lama teronggok di halaÂman belakang DPR, bisa seceÂpatnya terjual karena kondisinya sudah semakin memprihatinkan. Apalagi, kata dia, sejak kendaraan tersebut mulai dilelang bulan Juni 2016, anggaran peraÂwatan sudah tidak ada lagi. "Tapi kondisi mesinnya masih bagus," klaim Hartono.
Kendati demikian, lanjutnya, bila ingin menyalakan mobil tersebut, akinya harus terlebih dahulu dijamper karena sudah lama tidak dipanaskan mesinÂnya. "Dulu sering dipanaskan. Tapi sekarang, karena sudah tidak ada bensin, ya dibiarkan saja," pasrahnya
Pelaksana Tugas Sekretaris Jenderal (Plt Sekjen) DPR Damayanti menambahkan, kenÂdaraan yang terlantar di belaÂkang komplek DPR masih dalam proses appraisal (perkiraan) dari Kementerian Keuangan, sehÂingga belum bisa dilakukan peleÂlangan. "Bila sudah diketahui harganya, baru bisa kita lelang. Kita tidak boleh menentukan harga sendiri," ucapnya.
Latar Belakang
Banyak Pula CCTV Yang Rusak Selain Mobdin Tidak Terawat
Puluhan mobil dinas (mobÂdin) yang teronggok tak terawat, mendapat perhatian pimpinan DPR. Pasalnya, aset milik negÂara itu akan turun nilainnya bila lama tidak digunakan.
Pada Jumat (15/12), Pelaksana Tugas (Plt) Ketua DPR Fadli Zon bersama Ketua Badan Urusan Rumah Tangga (BURT) DPR Anton Sihombing melakukan inspeksi mendadak (sidak) di kompleks parlemen. Politikus Gerindra ini mengecek berbaÂgai masalah yang ada di sekitar gedung wakil rakyat itu.
Mereka juga ingin melihat peÂlayanan terhadap anggota Dewan dan fasilitas penunjang lainnya. Salah satu yang menjadi perÂhatiannya adalah mobdin yang terlantar dan banyaknya CCTV di komplek wakil rakyat yang mati.
Fadli cukup kaget dengan deretan mobdin Daihatsu Xenia dan microbus yang terlantar dan diparkir di belakang komplek Dewan.
Fadli lantas meminta kepada Anton untuk melelang kendÂaraan-kendaraan operasional DPR yang sudah tidak digunaÂkan lagi. "Sesuai aturan berlaku, harus dilelang," ujar Fadli.
Menurut Fadli, proses lelang harus secepatnya dilakukan karÂena dikhawatirkan mobil tersebut akan menjadi besi tua dan rongÂsokan. "Kondisinya juga kurang tertata dengan baik," ujarnya.
Fadli juga menilai, lokasi parkir di kompleks parlemen juga kurang memadai. Dia meminta pihak yang bertangÂgungjawab dalam hal ini, yaitu kesekjenan DPR agar mengatur kembali parkiran tersebut. "Ini perlu penataan," tandasnya.
Selain itu, Fadli juga tercenÂgang saat melakukan sidak di control room. Dari 136 unit CCTV di ruang tersebut, hanya 18 yang berfungsi. "Sebagai lembaga tinggi negara, sistem pengamanan DPR ternyata masih sangat lemah," kritiknya.
Fadli mengaku akan mencari tahu mengapa banyak CCTV yang mati di lingkungan DPR, termasuk mengecek perawatan rutinnya. "Monitornya juga tak berfungsi dengan baik. Server nyala, tapi tidak ada apa-apa. ini amatiran," nilainya.
Padahal, kata Fadli, CCTV merupakan bagian dari sistem pengamanan. "Kita akan mengÂgelar rapat yang juga melibatÂkan Sekretariat Jenderal DPR," ujar Fadli.
Tidak hanya itu, dia menilai, akses tamu yang masuk ke wilayah kompleks Parlemen juga tak terlalu ketat. Padahal, kata dia, di beberapa negara lain, akses masuk ke kompleks Parlemen sangat sulit. Bahkan, ada yang mengharuskan tamu memperlihatkan paspor dan dokumen lainnya. "Nanti kami akan rapatkan dan investigasi," pungkasnya. ***